Bos Mafia Playboy

Sebuah Bayaran Atas Kesalahan



Sebuah Bayaran Atas Kesalahan

0Mendadak ... jantung Brian seakan berhenti sejenak. Mendengar nama istrinya sendiri, membuat bulu kuduk berdiri. Entah mengapa, pria itu menjadi sangat takut membayangkan wanita yang sangat dicintainya itu.     

"Tak perlu dijawab." Begitulah jawaban Brian pada seseorang yang sedang memegang ponsel miliknya.     

"Bagaimana jika Nona Imelda murka?" Mereka sangat tahu jika wanita itu sampai marah ... bisa berubah sangat menakutkan. Bahkan suaminya sendiri bisa dibuat tak berdaya di hadapan Imelda.     

Brian langsung masuk ke dalam mobil tanpa menghiraukan pertanyaan itu. Ia sangat tahu, bagaimana seorang Imelda Mahendra akan marah. Meskipun hal itu membuatnya tak tenang, tak ada apapun yang bisa dilakukannya.     

"Untuk Imelda, biar aku yang mengurusnya," celetuk Brian sebelum menutup pintu mobil yang akan membawanya untuk pulang.     

Hal yang sedang dipikirkannya sekarang adalah menemui istrinya. Brian tak ingin jika Imelda harus menunggu lebih lama lagi. Terlebih, jalanan mulai padat dan pastinya sangat macet di sore saat jam pulang kantor.     

Semua orang lalu masuk ke dalam mobil dan bersiap untuk berangkat. Di depan klinik, Kevin hanya bisa memandangi mobil yang membawa sahabatnya itu meninggalkan halaman parkir klinik miliknya.     

"Semoga Dokter Imelda tak marah padamu, Brian." Pemilik klinik itu tentunya sangat mencemaskan Brian. Apalagi dia sangat tahu, bagaimana seorang Imelda Mahendra. Kevin pun kembali masuk dan melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karena kedatangan Brian yang tak terduga.     

Beberapa menit perjalanan dari klinik Kevin, mereka semua sudah berada di depan vila keluarga Prayoga. Terlihat mobil Eliza sudah terparkir di halaman rumah itu.     

Brian merasa sedikit ragu saat akan keluar dari mobil. Ia pun memandang beberapa anak buah yang semobil dengannya.     

"Jangan sampai ada yang tahu jika aku telah terluka!" perintah Brian pada mereka semua. Ia tak mau membuat seisi rumah itu terlalu mengkhawatirkan keadaannya.     

Setelah memberikan perintah pada beberapa pria itu, Brian pun membuka pintu mobil lalu berjalan menuju ke pintu utama. Ia masuk dalam perasaan cemas dan tentunya dengan hati yang berdegup cukup kencang.     

"Apa kamu sudah merindukan aku, Sayang?" goda Brian pada seorang wanita yang duduk di sebelah ayahnya dengan wajah gelisah.     

"Brian!" Imelda berlari ke arah suaminya dengan pelukan hangat yang penuh arti. Wanita itu sempat khawatir jika suaminya sampai terluka. Sejak Imelda mengetahui Brian pergi untuk menyelamatkan Eliza, ia menjadi sangat cemas.     

"Tidak bisakah kamu menghubungi aku. Sudah sejak siang tadi Eliza kembali, mengapa kamu baru kembali sekarang?" Imelda ingin sekali melakukan protes pada suaminya. Pria itu sudah hampir seharian membuatnya senang cemas.     

Eliza yang duduk di sebelah Martin juga ikut lega melihat Brian kembali dengan selamat. Ia akan merasa sangat bersalah jika suami Imelda Mahendra itu sampai terluka karena menyelamatkan dirinya.     

"Aku sudah mengatakan pada Imelda jika kamu baik-baik saja. Namun istrimu itu masih saja tak percaya dan terus berpikir jika kamu terluka, Brian." Eliza mencoba menjelaskan kegelisahan Imelda saat suaminya itu belum datang. Ia pun menjadi ikut panik karena Imelda terus saja tak bisa duduk dengan tenang.     

"Siapa sebenarnya mereka semua, Brian?" Martin sudah sangat tak sabar untuk mendengar orang-orang yang ingin mencelakai kekasihnya. Ia harus tahu identitas mereka semua sebelum orang-orang itu semakin membahayakan Eliza.     

Sebelum memberikan jawaban, Brian mengajak Imelda untuk duduk bersama mereka. Sebenarnya Brian merasakan rasa sakit di lengannya. Sedangkan dirinya harus menunjukkan jika dirinya baik-baik saja. Dalam wajahnya yang terlihat sangat lelah, Brian mencoba untuk menahan rasa sakit di hadapan mereka semua.     

"Mereka semua adalah anak buah Yudha Fabian. Sepertinya Mama Natasya sengaja ingin menargetkan Eliza. Mungkin Mama sedang melakukan balas dendam atas semua yang telah dilakukan Eliza di Queen Hotel." Brian mencoba menjelaskan situasi yang mungkin saja bisa terjadi. Ia juga tak ingin jika harus ada korban lagi karena dendam ibunya sendiri.     

"Apalagi yang ingin dilakukan oleh Natasya? Seakan ibumu itu ingin mencari masalah dengan semua orang," sahut Adi Prayoga yang semakin tak tahan melihat kegilaan dari mantan istrinya. Semua yang telah dilakukan oleh Natasya benar-benar di luar bayangan dari sang bos mafia itu.     

Seketika itu juga, Eliza menunjukkan wajah terkejut. Ada perasaan takut yang tiba bersarang di dalam hatinya. Wanita itu tak menyangka jika seseorang yang selama ini sangat dekat dengan ayahnya bisa melakukan perbuatan yang sangat mengerikan.     

"Apa yang harus aku lakukan, Martin?" Eliza tak bisa menutupi kecemasan dalam dirinya. Seakan ia ingin mencari perlindungan pada sang kekasih.     

"Apa kamu takut, Eliza? Jika kamu takut ... kamu bisa berhenti sekarang juga." Martin tak mungkin memaksakan Eliza untuk menangani kasus itu. Dia tahu jika musuh yang sedang dihadapinya sangat berbahaya. Terlebih, Natasya bisa melakukan apapun tanpa rasa takut di dalam dirinya.     

Sontak saja, Eliza langsung menatap tajam pria di sebelahnya. Ia bisa melihat jika Martin sangat mencemaskan dirinya. Namun Eliza sudah berjanji akan memberikan hukuman setimpal pada seseorang yang telah melakukan kejahatan pada dua keluarga itu. Dia tak pernah berpikir untuk mengingkari janjinya itu.     

"Tidak, Martin! Aku tidak akan berhenti sekarang. Sebenarnya ... aku hanya takut tak bisa membongkar kejahatan Tante Natasya. Ia melakukan semuanya dengan sangat rapi dan hampir tak meninggalkan barang bukti." Eliza tak ingin menyerah sebelum menyelesaikan sesuatu yang sudah dimulainya. Ia tak peduli jika harus mempertaruhkan nyawa untuk membongkar semuanya.     

Semua orang tertegun melihat dan juga mendengarkan pembicaraan Eliza yang sangat menyakinkan. Mereka tak menyangka jika seorang Eliza Hartanto bisa rela melakukan banyak hal untuk keluarga Prayoga dan juga Mahendra. Bahkan ia tak peduli dengan keselamatan dirinya sendiri.     

"Aku tak menyangka jika kamu akan melakukan banyak hal untuk kami, Eliza." Imelda sangat tersentuh dengan keberanian Eliza mengambil kasus yang akan sangat berbahaya untuk dirinya.     

"Sejujurnya ... aku ingin membayar kesalahan yang telah kulakukan pada Brian di masa lalu. Selain itu ... Aku ingin selalu membantu Martin dalam menyelesaikan apapun," terang Eliza atas semua yang telah dilakukannya untuk keluarga Prayoga dan juga Mahendra. Ia tak mengharapkan bayaran sepeserpun atas semua yang sudah dilakukannya.     

Akhirnya, mereka semua mengetahui alasan Eliza melakukan banyak hal bagi dua keluarga itu.     

Brian berniat untuk bangkit dari tempat duduknya. Namun tiba-tiba saja Imelda menarik lengannya agar suaminya tetap tinggal.     

"Aduh!" pekik Brian spontan.     

Seluruh isi ruangan langsung mengarahkan pandangan pada Brian. Dalam tatapan tajam, mereka semua seakan berusaha untuk menelanjangi suami dari Imelda.     

Brian merasa sangat bodoh karena menyerukan hal itu. Mendadak ia ketakutan jika semuanya akan terbongkar.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.