Bos Mafia Playboy

Hamil Duluan!



Hamil Duluan!

0Dengan kegelisahan yang tampak begitu jelas, Brian dan juga Imelda menunggu seseorang di ruang tamu. Mereka tak sabar untuk mengkonfirmasi sebuah berita terbaru tentang Natasya. Antara percaya dan juga tak percaya, pasangan itu masih saja ingin memastikan kebenaran itu.     

Setelah menunggu beberapa lama, tampak Adi Prayoga baru saja turun dari mobilnya. Pria itu terlihat sangat lelah dan juga mengantuk. Mungkin saja, sejak semalaman ayah dari Brian Prayoga itu sama sekali tak tidur.     

"Apakah berita itu benar, Pa?" Secara mengejutkan, Imelda menghampiri ayah mertuanya dan menuntut sebuah penjelasan atas sebuah berita yang sudah didengarnya.     

Adi Prayoga merangkul pundak Imelda dengan penuh kasih sayang. Dia pun mengajak menyatunya itu untuk masuk ke dalam. Begitu mereka berdua duduk, pria itu memandang sosok wanita cantik yang merupakan anak dari mantan kekasihnya.     

"Semua memang benar, Sayang. Natasya sudah ditangkap dan sekarang berada di kantor polisi," jelas Adi Prayoga dengan tatapan lembut yang penuh arti. Dia merasa sangat bersalah karena tak seharusnya membiarkan mantan istrinya itu berkeliaran terlalu lama.     

"Mungkinkah Mama akan kembali bebas seperti biasanya?" Kali ini Brian yang menanyakan hal itu pada ayahnya. Selama ini, telah banyak kejahatan yang sudah dilakukan oleh ibunya. Bahkan Natasya telah berani menculik Imelda dan juga menyekapnya di sebuah rumah tua. Dia tak ingin membiarkan ibunya bebas berkeliaran dan mengancam nyawa istrinya.     

Sebuah pertanyaan yang sebenarnya masih belum bisa dijelaskan oleh Adi Prayoga. Dia merasa harus mengkonfirmasi sesuatu hal pada seseorang yang selama ini sangat dipercayainya.     

"Kita hanya bisa berharap agar Natasya benar-benar mendapatkan hukumannya kali ini. Sebenarnya ... papa sangat penasaran, bukti apa yang sudah diberikan oleh Martin pada Rizal Hartanto?" Rasa penasaran menyeruak dan tampak sangat jelas di wajah pria tua itu. Adi Prayoga tentunya sangat penasaran dengan hal itu.     

"Bukti? Biar nanti aku yang menanyakan hal itu secara langsung pada Martin. Kebetulan sekali kami ingin menjenguk Eliza dan juga Laura," balas Brian tanpa mengurangi rasa penasaran yang dirasakan oleh mereka semua.     

Baru saja selesai mengatakan hal itu, tampak sebuah mobil memasuki halaman luas rumah itu. Keluarlah Vincent dan juga Laura lalu berjalan menuju pintu masuk rumah itu. Melihat kedatangan mereka berdua, Imelda langsung bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri pasangan kekasih itu.     

"Kak Vincent!" sapa Imelda dengan wajah girang setelah berhari-hari tak bertemu dengan kakaknya itu. Sebuah pelukan hangat diberikan Imelda pada sosok pria yang sudah sekian tahun tinggal negeri orang.     

Setelah memeluk kakaknya, Imelda beralih pada Laura. Sebuah pelukan lembut dan juga penuh kasih sayang.     

"Apa kabar calon kakak ipar? Apakah kondisimu sudah jauh lebih baik?" Dua buah pertanyaan terdengar cukup menyentuh dan menggetarkan hati Laura.     

Laura merasa sangat bahagia mendapatkan sebuah sambutan hangat dari Imelda. Baru kali ini istri dari Brian itu memanggil dengan sebuah sapaan ya penuh arti mendalam.     

"Jangan khawatir, Adik ipar. Aku sudah sangat baik-baik saja, hanya sedikit merindukan keponakan kecilku ini." Dengan gerakan lembut, Laura membelai perut Imelda yang mulai membesar. Rasanya sudah sangat tidak sabar, menyambut kehadiran sang buah hati yang akan menjadi cucu pertama dari keluarga Prayoga dan juga Mahendra.     

"Tidakkah kamu juga ingin segera hamil, Kakak ipar?" goda Imelda sembari tersenyum melirik Vincent yang tampak sangat terkejut mendengar pertanyaan dari adiknya itu.     

"Jangan berbicara sembarangan, Imelda! Kalau kami belum menikah, masak mau hamil duluan," sahut Vincent dalam senyuman penuh kemenangan menyindir Imelda yang sudah hamil duluan sebelum meresmikan pernikahan mereka.     

Seketika itu juga, Imelda mengerucutkan bibirnya pada sosok pria di sebelah Laura. Dia tak marah pada kakaknya, hanya sedikit kesal mendengar sindiran itu.     

"Jadi sekarang ... Kak Vincent mulai pandai meledekku!" kesal seorang perempuan hamil yang menatap tajam kakak laki-lakinya.     

Melihat dan juga mendengar pembicaraan mereka semakin memanas, Brian pun berpikir untuk menghentikan perdebatan itu sebelum segalanya bertambahnya runyam. Dia menarik pelan istrinya lalu merangkulkan tangan di pundak Imelda.     

"Kehamilan Imelda adalah murni kesalahanku, Kak Vincent tak perlu menyindir istriku," protes Brian pada kakaknya sendiri. Meskipun hubungan mereka masih terkesan canggung, Brian tentunya sudah bisa menerima kenyataan jika Vincent adalah kakaknya. Meskipun mereka berdua memiliki ibu yang berbeda, bagi Brian sama saja. Vincent tatap saja kakak kandung baginya.     

Untuk pertama kalinya, Brian berbicara secara langsung kepada Vincent setelah mereka mengetahui hubungan diantara dua pria itu. Vincent mengulum sebuah senyuman hangat penuh arti, dia tak mungkin membuat hubungan kakak beradik itu kembali renggang.     

"Baiklah, Adikku sayang. Sejak SMA kamu sudah mencintai Imelda. Meskipun adik perempuanku ini tidak hamil duluan, pada akhirnya kamu juga akan menikahinya. Bukankah begitu, Brian?" ujar Vincent dalam bahasanya yang cukup lembut dan terkesan cukup dalam. Tak bisa dipungkiri, sejak dulu Vincent sudah sangat menyayangi Brian. Meskipun dia tak pernah menyadari hal itu, seolah hanya kebencian yang dirasakannya. Padahal sebenarnya Vincent benar-benar mencintai adiknya itu.     

"Tentu saja, Kak. Tak peduli aku bersama dengan wanita manapun, Imelda adalah pelabuhan terakhirku. Aku sangat mencintai istriku," terang Brian dalam ucapan yang sangat meyakinkan. Dia tak pernah meragukan seluruh perasaannya pada sosok wanita yang sedang mengandung anaknya itu.     

Adi Prayoga cukup senang melihat kedua anaknya bisa menjadi semakin akrab. Meskipun mereka berasal dari ibu yang berbeda, setidaknya ia telah menyatakan mereka berdua sejak bayi. Tak kurang-kurang Adi Prayoga menyayangi seorang anak dari sahabatnya itu. Meskipun pada kenyataannya, Vincent adalah anak kandungnya sendiri.     

"Papa ingin berbicara denganmu sebentar, Vincent," ucap Adi Prayoga pada seorang pria yang selama ini diketahui sebagai anak dari sahabatnya dan juga mantan kekasihnya.     

"Tidak bisakah berbicara di sini saja, Pa," sahutnya dalam tatapan lembut yang penuh arti. Vincent merasa jika mereka semua adalah keluarganya. Tak ada sesuatu apapun yang seharusnya disembunyikan.     

Adi Prayoga tampak sedikit ragu untuk menjawab pertanyaan itu. Dia memandang mereka satu persatu lalu kembali beralih pada anak sulungnya.     

"Tak masalah jika kamu ingin berbicara di sini." Adi Prayoga tentunya tak akan mempersalahkan hal itu jika memang Vincent ingin seperti itu. Padahal sesuatu yang akan dibicarakannya, mungkin akan sangat mengejutkan mereka.     

"Itu tentang apa, Pa? Sepertinya sangat serius .... " Vincent merasa jika pembicaraan Adi Prayoga akan menjadi sesuatu yang sangat penting dan juga cukup serius.     

Tak langsung menjawab pertanyaan itu, Adi Prayoga memandang Laura sebentar lalu kembali menatap Vincent. Ada sesuatu yang ingin dikatakannya tentang kekasih dari anak sulungnya itu.     

"Ini tentang hubunganmu dan Laura," jawab Adi Prayoga cukup serius.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.