Bos Mafia Playboy

Kebenaran Yang Tak Terduga



Kebenaran Yang Tak Terduga

0"Laura!" teriak Adi Prayoga saat wanita itu tiba-tiba datang dan langsung menghalangi sebuah peluru yang mengarah ke dirinya.     

Sontak saja, Vincent langsung membuka matanya. Dia melihat kekasihnya sudah tergeletak di lantai rumah itu. Mendadak tangannya tak berkekuatan, senjata itu jatuh begitu saja.     

"Laura!" Hanya sebuah rasa bersalah dan juga penyesalan yang dirasakan oleh Vincent. Pria itu bergerak ke arah kekasihnya yang sudah berada di tangan Adi Prayoga. "Mengapa kamu melakukannya, Laura?" tanya Vincent dalam suara bergetar dan tidak stabil.     

Wanita itu masih saja bisa tersenyum tulus pada Vincent. Tak ada penyesalan di hati Laura. Dia berharap jika sedikit pengorbanannya bisa meluluhkan hati kekasihnya. Laura berharap jika kekasihnya itu dapat memaafkan segala kesalahan dari Adi Prayoga.     

"Aku tak apa-apa, Brian," jawab Laura dalam wajahnya yang terus menahan kesakitan. "Aku hanya tak ingin kamu menyesali semuanya. Terlebih, aku tak ingin kekasihku membunuh ayah kandungnya." Meskipun suara wanita itu semakin lirih, Vincent dan Adi Prayoga masih bisa mendengarnya.     

"Apa maksudmu, Sayang?" Untuk pertama kalinya, Vincent mengucapkan panggil mesra kepada kekasihnya. Dia sama sekali tak mengerti ucapan dari Laura.     

Begitu pula Adi Prayoga, dia sangat terkejut dengan sesuatu yang baru saja dikatakan oleh wanita yang sudah sangat pucat itu. Dia berpikir Laura hanya merancau karena sedang menahan rasa sakit.     

Tanpa mereka semua sadari, Davin Mahendra dan juga Jeffrey sudah berada di dalam rumah itu. Mereka pun melangkah mendekati segala kekacauan yang telah terjadi.     

"Cepat bawa Laura ke rumah sakit!" perintah Davin Mahendra pada anaknya.     

"Papa jelaskan dulu maksud dari ucapan Laura!" teriak Brian tanpa peduli jika pria itu adalah ayahnya sendiri.     

"Sepertinya kamu menginginkan kekasihmu mati karena kehabisan darah." Davin Mahendra sengaja memperingatkan Vincent atas keadaan kritis yang mungkin saja bisa terjadi dengan Laura.     

Melupakan ego di dalam dirinya, Vincent pun akhirnya membawa Laura ke dalam mobil. Dia pun melaju kencang menuju ke klinik Kevin yang berada tak jauh dari lokasi itu.     

Sedangkan Adi Prayoga masih sangat syok mendengar sebuah kenyataan yang selama ini ditutupi oleh Davin Mahendra. Selama hidupnya, dia tak pernah berpikir jika Vincent adalah anak kandungnya sendiri.     

"Apa yang selama ini kamu sembunyikan dariku, Mahendra?" Adi Prayoga melangkahkan kakinya mendekati seorang pria yang selama ini telah menutupi sebuah kebenaran yang cukup besar.     

Karena sudah tak sabar untuk mendengar jawaban itu, Adi Prayoga terlalu emosi hingga dia menarik kerah baju Davin Mahendra dengan tatapan yang mengerikan. Bos mafia itu sudah tak mampu lagi menahan dirinya.     

"Katakanlah, Mahendra!" seru Adi Prayoga dalam suara yang sangat keras.     

"Lebih baik kita menyusul Vincent dan Laura. Aku akan menjelaskan semuanya jika mereka sudah berkumpul." Davin Mahendra meninggalkan pria yang terbakar amarah begitu saja. Dia sangat mengerti dengan perasaan dari sahabatnya itu.     

Jeffrey yang sejak tadi berada di samping Davin Mahendra tak mampu mengatakan apapun pada mereka. Dia tak pernah menyangka jika anak sulung dari rekan kerjanya itu adalah anak Adi Prayoga. Segalanya cukup mengejutkan dan juga membuat syok dirinya.     

Kedua pria itu bergegas menyusul Vincent yang sudah melaju lebih dulu. Sedangkan di belakang mobilnya, Adi Prayoga dan dua orang bodyguard-nya juga sama-sama mengejar Vincent yang masih berjuang untuk menyelamatkan kekasihnya.     

Selama perjalanan, Adi Prayoga terus menerus memikirkan perkataan wanita yang sudah menyelamatkan dirinya. Berulang kali dirinya berpikir, dia masih saja tak mengerti dengan semuanya. Segalanya terlalu rumit dan terlihat tak masuk akal baginya.     

"Percepat laju mobilnya!" perintah Adi Prayoga pada seorang bodyguard yang kebetulan menjadi sopir untuknya.     

"Baik, Bos." Dengan sekali injakan kaki, mobil semakin cepat melaju ke jalanan kota menuju ke klinik Kevin.     

Dalam waktu yang tak terlalu lama, Adi Prayoga sudah berada di depan klinik dari seorang anak laki-laki yang pernah ditemukannya di pinggir jalanan. Dia pun membuka pintu lalu masuk ke dalam klinik.     

Adi Prayoga tentunya sangat hapal dengan tata letak ruangan di klinik itu. Dia berjalan menyusuri sebuah lorong sepi menuju ke tempat di mana ruangan operasi berada. Dari kejauhan, terlihat Brian dan juga Vincent sedang berdiri di depan ruang operasi.     

Meskipun klinik Kevin tidak terlalu besar, fasilitas di klinik itu cukup lengkap. Terlebih, Kevin sering melakukan operasi ilegal pada anak buah Adi Prayoga yang terluka. Baik itu luka tembak ataupun luka-luka yang lainnya. Dan Laura lah yang menjadi dokter anestesi di klinik itu. Kebetulan sekali, Laura dan Kevin memiliki hubungan yang cukup dekat sejak mereka masih kuliah.     

"Di mana Imelda, Brian?" tanya seorang pria yang baru saja datang dan langsung menghampiri mereka semua.     

"Imelda dan Kevin ada di ruang operasi. Kebetulan sekali aku dan istriku baru saja ingin menemui Kevin," jelas Brian pada ayahnya.     

Awalnya Brian dan Imelda ingin Kevin memeriksa jahitan di bekas luka tembak yang ada di lengan. Belum juga mereka mengatakan maksud dan tujuannya, Vincent datang dengan Laura yang sudah hampir kehilangan kesadarannya.     

Imelda pun bergegas menuju ruang operasi untuk menyelamatkan kekasih dari kakaknya. Dia juga sangat penasaran dengan penyebab Laura yang bisa tertembak sebuah peluru di dekat dadanya.     

"Apa yang sebenarnya terjadi, Pa? Kak Vincent tak mau menjelaskan apapun padaku. Siapa yang sebenarnya telah menembak Laura?" Brian sangat penasaran pada seseorang yang tega melukai seorang wanita yang sudah sangat baik pada keluarganya.     

"Itu semua karena kesalahpahaman, Brian," sahut Adi Prayoga. Pria itu sama sekali tak menjelaskan apapun pada anaknya. Adi Prayoga tak mungkin mengatakan jika seseorang yang telah melukai Laura adalah kekasihnya sendiri.     

Davin Mahendra dan Jeffrey sengaja tak mengatakan apapun pada Brian. Mereka berdua ingin melihat apa yang akan dikatakan oleh Adi Prayoga untuk melindungi Vincent. Sepertinya dugaan mereka, bos mafia itu tak mungkin mengatakan segalanya pada Brian.     

"Semua gara-gara papamu, Brian. Andai Om Adi Prayoga tak membuat Mama Irene tewas, aku tak mungkin melakukan ini," celetuk Vincent dalam kesedihan dan juga rasa penyesalan yang sangat mendalam karena telah melukai kekasihnya sendiri.     

Mendengar ucapan Vincent yang terdengar semakin tak masuk akal, Davin Mahendra bangkit dari tempat duduknya lalu mendekati ketiga pria itu. Dia harus menjelaskan segala kebenaran yang selama ini tak diketahui oleh anak sulungnya itu.     

Selama ini, Vincent selalu menutup telinganya agar tak mendengar penjelasan apapun dari keluarganya. Pria itu justru mendengar seorang wanita yang jelas-jelas telah melakukan banyak kejahatan pada dua keluarga itu. Bahkan keluarga Hartanto juga menjadi korban kekejian seorang Natasya.     

"Siapa yang telah mengatakan jika Prayoga yang telah membuat Irene tewas, Vincent?" tanya Davin Mahendra pada anak dari istrinya dan juga sahabatnya sendiri.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.