Bos Mafia Playboy

Mencintai Istri Orang?



Mencintai Istri Orang?

0Martin baru saja menurunkan beberapa pigura, saat pintu rumahnya berhasil diterobos paksa oleh kedua kakak beradik yang berada di depan rumah. Cukup mengejutkan baginya, dua wanita itu sudah berada di dalam ruang tamu dan melemparkan tatapan tajam ke arahnya.     

"Apa-apaan ini!" celetuk Imelda dan Eliza dalam waktu yang hampir bersamaan. Kedua wanita itu menatap tajam dalam ekspresi ingin memangsa Martin.     

Laura yang masuk bersamaan dengan Brian dan juga Vincent juga ikut terbelalak menyaksikan sebuah pemandangan yang tak terduga. Bagaimana tidak? Di dalam rumah itu terpasang beberapa gambar Imelda dalam berbagai pose. Bisa dipastikan jika semua foto itu sengaja diambil diam-diam.     

"Kamu benar-benar sudah gila, Martin! Bagaimana kamu bisa memajang banyak foto istriku di dinding rumahmu?" Brian tampak begitu marah dengan tatapan ingin membunuh kaki tangan ayahnya itu. Dia memang mengetahui Martin pernah menyukai Imelda, tetapi tak pernah menduga hingga sampai seperti itu.     

"Tolong! Kalian dengarkan dulu penjelasanku." Martin turun dari kursi lalu menghampiri dua wanita yang tak mengalihkan pandangannya dari dirinya. Pria itu merasa seperti seorang penjahat yang telah tertangkap basah oleh polisi.     

Di antara mereka semua, hanya Vincent yang masih bisa tersenyum sembari melirik sahabatnya. Rasanya sangat menyenangkan bisa mengerjai seorang pria yang sudah sangat lama menyukai adik perempuannya.     

"Semua sudah sangat jelas, Martin! Apalagi yang bisa kamu jelaskan padaku?" Kali ini Eliza melangkah maju lalu memandang kekasihnya dalam amarah yang hampir meledakkan dirinya.     

Tak ada yang menyangka jika Martin pernah sangat tergila-gila pada Imelda. Bahkan kelakuan pria itu justru tampak seperti seorang penguntit. Apa sebutan dari seorang pria yang menyimpan puluhan gambar wanita yang tak ada hubungan dengannya? Hanya penguntit lah sebutan yang paling pas dari pria itu.     

Benar-benar telah terperangkap oleh perbuatannya sendiri. Martin harus meluruskan dan juga memperbaiki kesalahannya.     

"Ini semua tak seperti yang kalian pikirkan. Foto-foto ini sudah sangat lama. Bahkan sudah cukup lama aku tak tinggal di sini." Martin mencoba menjelaskan hal itu pada mereka. Sebenarnya ... sudah sejak lama ia sudah tak tinggal di sana. Terlalu banyak hal yang harus dilakukan untuk mengurus segala sesuatu di Keluarga Prayoga.     

"Apakah kamu benar-benar sudah tak mencintai istriku, Martin?" Kali ini giliran Brian yang bertanya langsung pada pria itu. Dia khawatir jika orang kepercayaan dari ayahnya itu masih mencintai istrinya.     

Pandangan semua orang langsung tertuju pada Martin. Mereka semua menunggu sebuah jawaban yang begitu mendebarkan hati. Segalanya berubah begitu mencekam dan terkesan sangat menakutkan.     

"Aku akui ... jika dulu aku memang sangat menyukai Imelda. Dan mungkin aku sudah jatuh cinta padanya. Namun begitu Imelda menikahi sosok pria yang sangat aku kenal ... aku bisa apa. Saat itu juga aku menyerah akan perasaanku. Namun ... aku sudah berjanji pada Vincent untuk menjaga adik perempuannya." Martin mengungkapkan segala perasaan yang dulu pernah tersimpan untuk Imelda. Dia tak pernah berniat untuk menutupi apapun dari mereka semua.     

Mendengar penjelasan Martin yang cukup panjang, Eliza merasakan sakit dan juga perih di dalam. Dia takut jika perasaan kekasihnya masih belum berubah pada Imelda. Tak dapat ditahannya, kedua pandangannya mulai berkaca-kaca. Ada sebuah kecemasan yang masih tertahan di dalam dirinya.     

"Bagaimana dengan aku, Martin?" lirih Eliza dalam suara bergetar yang tak terlalu jelas. Dia takut ... bahkan sangat takut jika kekasihnya itu hanya mempermainkan dirinya.     

Martin mendekati Eliza lalu berdiri tepat di hadapannya. Dia bisa merasakan segala kegelisahan dan juga ketakutan wanita itu atas perasaannya. Memandang wajahnya dalam sebuah perasaan yang mendalam, yang tak mampu terlukis hanya dengan kata-kata manis.     

"Aku mencintaimu, Eliza. Dan hanya mencintaimu saja. Untuk sekarang ... besok ... dan sampai aku menutup mata. Percayalah ... jika hanya dirimu yang ada di hatiku." Sebuah ungkapan yang penuh dengan perasaan yang begitu dalam, akhirnya terlontar dari mulut Martin untuk kekasihnya. Untuk pertama kalinya, pria itu mengungkapkan perasaannya pada seorang wanita yang sekarang sangat dicintainya.     

Tak peduli dengan dua pasangan kekasih yang sedang menatapnya, Martin menarik tubuh Eliza lalu memberikan sebuah kecupan hangat yang terasa begitu lembut dan sangat memabukkan. Rasanya ... segalanya tampak sangat indah dan juga berbunga-bunga. Seolah musim semi telah tiba.     

"Sepertinya ... kita harus pergi dari sini, Kak. Kupikir mereka berdua akan berbulan madu sebelum pernikahannya," sindir Brian sembari tersenyum melirik pasangan kekasih yang masih saja menautkan kedua bibirnya menjadi satu.     

Vincent hanya tersenyum kecut mendengar perkataan Brian kepadanya. Dia sangat tahu jika Martin benar-benar sudah jatuh cinta pada Eliza. Selama hidupnya, ia tak pernah melihat Vincent menyatakan perasaannya pada seorang wanita manapun.     

"Kalau begitu ... aku dan Eliza akan pergi duluan. Kami harus bersiap untuk ke luar negeri esok hari." Vincent pun merangkul pundak Laura lalu bergegas keluar dari rumah itu. Dia pun meminta seorang bodyguard yang tadi mengawal untuk mengantarkannya pergi dari sana.     

Sedangkan Brian dan Imelda masih berada di sana. Awalnya Brian ingin segera meninggalkan rumah Martin. Namun ... wanita hamil itu ingin tinggal lebih lama di rumah itu. Dia ingin melihat beberapa gambar dirinya yang masih terpasang rapi di dinding rumah itu.     

Ada sebuah foto yang cukup menarik perhatian Imelda. Gambaran dirinya yang sedang tenggelam dalam kesedihan yang sangat mendalam. Tak jauh dari sana, nampak seorang pria muda berseragam SMA yang berdiri sembari memandang ke arahnya.     

"Bukankah pria itu kamu, Brian?" ucap Imelda sembari menunjuk ke sebuah sisi dari foto itu.     

Brian pun merasa sangat penasaran dan juga menatap ke arah yang sama. Dia cukup terkejut mendapati Martin memergoki dirinya yang menguntit Imelda.     

"Bagaimana Martin bisa mendapatkan foto ini? Itu berarti ... dia sudah mengetahui jika sejak SMA aku telah jatuh cinta padamu, Sayang." Rasanya Brian tak bisa mempercayai hal itu. Dia tak menyangka jika Martin sudah mengenalinya sebelum dia masuk ke dalam bisnis Keluarga Prayoga.     

Tanpa mereka sadari, Martin dan Eliza sudah berdiri tak jauh di belakang mereka berdua. Pasangan itu telah mendengar pembicaraan Brian dan juga Imelda.     

"Itu adalah pertama kalinya aku melihatmu, Brian," celetuk Martin di belakang pasangan suami istri itu.     

Brian dan juga Imelda lalu membalikkan badannya dan memandang pasangan kekasih yang sebentar lagi akan menikah itu.     

"Mengapa kamu tak pernah mengatakannya, Martin?" Brian merasa tak senang saat pria itu sengaja merahasiakan semuanya.     

"Apa yang harus aku katakan, Brian? Di pertemuan kita berikutnya, kamu sudah menjadi anak dari Bos Adi Prayoga." Martin merasa tak ada lagi yang harus dijelaskan tentang masa lalu mereka. Toh ... Imelda juga sudah menjadi bagian dari Keluarga Prayoga.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.