Bos Mafia Playboy

Misteri Di Rumah Martin



Misteri Di Rumah Martin

0"Tidak ada yang aku sembunyikan, Eliza! Sudah sangat lama aku tak melihat rumahku." Martin merasa tak menyembunyikan siapapun di rumahnya. Selama ini dia tinggal seorang diri, hanya sesekali mendatangi apartemen adiknya.     

"Jika tak ada siapapun di rumahmu, apa yang sebenarnya kamu cemaskan?" Eliza mulai tak bisa menahan dirinya lagi. Sudah beberapa kali kekasihnya itu menolak setiap kali akan datang ke rumahnya.     

Di saat pasangan itu mulai meributkan sesuatu yang seharusnya tak terlalu penting, Brian dan juga Imelda baru saja selesai mengurus administrasi kepulangan Eliza. Mereka berdua memandang aneh kedua pasangan itu dengan penuh arti.     

"Apakah terjadi sesuatu?" tanya Imelda pada kedua pasangan yang sama-sama terdiam dengan wajah masam. Tak ada yang menjawab pertanyaan itu, mereka hanya saling memandang satu sama lain.     

Hingga tak berapa lama, Eliza bangkit dari sisi Martin lalu mendekati wanita hamil yang berdiri di samping Brian. Dalam wajah memelas dan juga memohon, Eliza mengatakan sesuatu pada Imelda.     

"Bisakah kamu mengantar kami ke rumah Martin, Imelda?" tanya Eliza pada istri dari Brian Prayoga.     

Mendengar pertanyaan itu, Imelda langsung melemparkan pandangan pada suaminya, dia sama sekali tak mengetahui di mana tempat tinggal Martin. Selama ini, kekasih dari Eliza itu juga tak pernah mengatakan di mana tempat tinggalnya.     

"Apakah kamu bisa mengantarkan mereka ke rumah Martin, Brian?" tanya wanita itu pada suaminya.     

Sebelum memberikan jawaban, Brian lebih dulu menatap orang kepercayaan dari ayahnya itu. Dia merasa ragu untuk memberikan persetujuan atas permintaan Eliza. Sudah cukup lama mengenal Martin, tak sekalipun pria itu mengundang Brian ke rumahnya. Hal itu juga menjadikan tanda tanya besar baginya.     

"Aku akan mengantar kalian ke rumah Martin. Hanya aku saja yang mengetahui rumahnya," celetuk Vincent sebelum bangkit lalu berdiri di antara mereka. "Asal kamu jangan membuat keributan apapun selama berada di sana!" tegasnya sembari memandang lekat pada kekasih sahabatnya itu.     

"Baiklah!" jawab Eliza sangat menyakinkan.     

Dengan perasaan tak tenang dan juga cukup panik, Martin menatap tajam sahabatnya itu. Dia merasa sedikit kesal karena Vincent akan membawa mereka semua ke sebuah rumah yang sudah cukup lama tak disambanginya.     

"Sudah saatnya kamu membawa kami ke rumahmu, Martin!" ucap Vincent sembari mengulum senyuman tipis penuh kemenangan. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh pria itu, Vincent tampak sangat senang untuk membawa mereka semua mendatangi rumah misterius itu.     

Brian menangkap ada keanehan di setiap tatapan Vincent dan juga Martin. Seolah mereka berdua sedang saling melemparkan isyarat yang hanya bisa dimengerti oleh mereka berdua.     

"Sebenarnya ada apa, Kak?" Karena tak bisa menahan rasa penasarannya, Brian pun bertanya secara langsung pada kakaknya. Dia sangat yakin jika Vincent mengetahui sesuatu yang tak diketahuinya itu.     

"Tidak ada apa-apa, Brian. Kamu tak perlu mengkawatirkan apapun, nanti kamu juga akan melihatnya sendiri," bisik Vincent sembari melirik sosok pria yang tak mampu menutupi kegelisahan di dalam dirinya.     

Mereka semua akhirnya berangkat ke sebuah rumah yang ternyata berada tak jauh dari kediaman Keluarga Mahendra. Beberapa dari mereka saling memandang satu sama lainnya. Banyak pertanyaan yang memenuhi sudut hati yang terdalam.     

"Bukankah ini jalan menuju ke rumah Papa?" Imelda tampak cukup terkejut saat mengetahui rumah Martin berada tak jauh dari rumahnya.     

Tak ada yang menjawab pertanyaan itu, bahkan Martin hanya terdiam tanpa mengatakan apapun. Pria itu terlalu gelisah dan terlihat tidak nyaman dengan dirinya. Rasanya sangat mendebarkan bagi Martin saat membawa mereka untuk mendatangi rumahnya.     

"Eliza! Kuharap apapun yang ada di dalam rumahku, tidak merubah perasaanmu padaku." Martin mengatakan hal itu dengan nada memohon. Dia khawatir jika Eliza akan murka saat masuk ke dalam rumahnya itu.     

"Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan dariku, Martin?" tanya Eliza dengan segala kekhawatiran di dalam hatinya. Dia tak bisa menebak ataupun memikirkan sesuatu yang mungkin saja bisa terjadi di sana.     

Martin tak ingin menjelaskan apapun pada mereka. Toh ... pada akhirnya mereka semua akan melihatnya sendiri.     

"Tak perlu dijelaskan! Kalian juga pasti akan melihatnya sendiri," celetuk Vincent sembari melirik sahabatnya. Perkataan itu semakin membuat mereka bertambah penasaran dengan sebuah rumah yang selama ini ditinggali oleh Martin.     

Tak berapa lama, mereka pun memasuki sebuah rumah yang tampak cukup besar. Sebuah bangunan dua lantai dengan desain minimalis modern. Satu persatu mereka semua keluar dari mobil, begitu juga beberapa bodyguard yang tadi mengawal perjalanan mereka.     

Meskipun Martin sudah sangat lama tak mendatangi rumah itu, kondisi rumahnya cukup bersih. Dia sengaja membayar beberapa orang untuk mengurus rumah miliknya.     

"Ayo kita langsung masuk saja," ajak Vincent tanpa mempedulikan sang tuan rumah yang tampak enggan dan tak baik-baik saja.     

Mereka pun meninggalkan Martin yang masih terdiam di sebelah mobilnya. Pria itu benar-benar tak bisa membayangkan saat mereka semua mulai masuk ke dalam rumahnya.     

"Rumahnya tampak nyaman," ucap Eliza sambil berjalan menuju ke sebuah pintu yang berada tak jauh dari dirinya.     

"Sangat nyaman di luar, kita bisa masuk ke dalam dan melihat ... apakah di dalam sana juga akan terasa sangat nyaman bagimu, Eliza?" balas Vincent dengan nada suara yang menimbulkan kecurigaan di antara mereka.     

Brian yang mendengar ucapan kakaknya, merasa cukup bingung. Seakan setiap kata yang diucapkannya mengandung makna lain yang masih menjadi teka-teki.     

Belum juga mereka semua berhasil masuk ke rumah itu, Martin sudah bergerak cepat dan langsung berdiri di depan pintu untuk menghalangi mereka semua.     

"Tunggulah di sini lima menit saja, aku akan membereskan pakaianku yang berserakan di dalam." Tidak ada yang tahu, apakah ucapan Martin itu jujur atau malah sebaliknya. Pria itu langsung masuk ke dalam lebih dulu dan kembali menutup pintunya.     

Eliza semakin melihat hal yang sangat mencurigakan dari kekasihnya. Dia pun ingin menyusul masuk ke dalam, sayangnya Martin justru mengunci pintunya.     

"Brian! Vincent! Tolong bantu aku membuka paksa pintu ini, aku yakin jika Martin telah menyembunyikan seseorang di dalam sana," pinta Eliza dengan nada memohon pada kedua pria itu.     

Kedua pria itu sangat kasihan dan juga tak tega saat melihat wajah Eliza. Mereka pun akhirnya mendobrak pintu rumah Martin sesuai permintaan dari jaksa muda itu.     

Dalam gerakan yang hampir bersamaan, Brian dan juga Vincent membuka paksa pintu rumah Martin. Dengan sekali tendangan dari dua pria itu, pintu itu langsung terbuka.     

Martin yang sedang menurunkan beberapa bingkai foto dari dinding terlihat sangat terkejut dengan keberadaan mereka di dalam rumahnya.     

"Apa-apaan ini!" Eliza dan Imelda mengatakan kalimat yang sama dalam waktu yang hampir bersamaan.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.