Bos Mafia Playboy

Pembunuhan Masal?



Pembunuhan Masal?

0Waktu begitu cepat berlalu, perut Imelda mulai kelihatan membesar. Tak mungkin lagi wanita itu menyembunyikan kehamilan yang telah memasuki trimester ketiga. Rasanya begitu mendebarkan menantikan kelahiran penerus pertama dari keluarga Prayoga dan juga Mahendra.     

Hari itu, seluruh orang telah berkumpul di sebuah ruangan pengadilan. Setelah melewati proses yang cukup panjang dan juga begitu pelik, akhirnya tibalah di saat pembacaan putusan pengadilan.     

Nampak Natasya yang terlihat sedikit kurus setelah tinggal dari balik jeruji besi. Wanita itu sudah mengerahkan segala kemampuan dan juga kekayaannya untuk bisa terbebas dari sana. Sayangnya ... tak ada sedikit pun celah yang bisa dilewatinya. Seluruh orang penting yang dulu berada di belakangnya, sudah tak berani melakukan apapun untuk membantu Natasya. Sepertinya sebuah ancaman dari Rizal Hartanto telah berhasil memukul mundur mereka semua.     

Di sebuah kursi, duduklah Brian, Imelda dan juga Adi Prayoga. Di sisi lain, ada Davin Mahendra, Vincent dan juga Laura duduk di kursi sebelahnya. Mereka benar-benar tampak sangat tegang menantikan sebuah putusan yang telah ditunggunya setelah beberapa bulan lamanya.     

Di depan ruang sidang, Eliza Hartanto nampak sangat berwibawa dengan jubah kebesaran berwarna hitam yang sangat cocok dengannya. Sayangnya, Rizal Hartanto tak ingin ikut campur dalam proses persidangan yang menjerat kekasihnya itu. Dia masih memiliki perasaan tak tega pada ibu dari Brian Prayoga itu.     

"Menyatakan terdakwa Natasya Prayoga telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana .... "     

"Menimbang segala bukti-bukti dan juga saksi-saksi .... "     

"Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama seumur hidup .... "     

Ada kelegaan dan juga kesedihan yang hadir secara bersamaan. Mereka lega karena Natasya telah mendapatkan hukuman setimpal atas kesalahannya. Namun juga sedih karena harus kehilangan seorang ibu, sahabat dan juga pasangan hidup.     

"Apakah Mama akan baik-baik saja, Brian?" Imelda masih saja sangat mengkawatirkan ibu mertuanya itu. Sejahat apapun Natasya, wanita itu masih cukup peduli pada sosok sahabat dari ibunya itu.     

"Mama pasti akan baik-baik saja, Sayang. Jangan berpikir yang tidak-tidak," bujuk Brian pada seorang wanita hamil yang kebetulan duduk di sebelahnya.     

Sebelum Natasya dipindahkan ke rutan, wanita itu sempat melemparkan tatapan tajam yang sarat dengan kilatan amarah yang sangat membara. Seakan Natasya memiliki dendam pada mereka semua.     

Begitu proses hukum selesai, Eliza terlihat cukup lelah mengurus banyak hal. Termasuk proses hukum Natasya dan juga proses pernikahannya.     

"Apakah Martin tak ikut ke sini?" tanya Eliza pada pasangan suami istri yang masih belum meninggalkan ruang sidang.     

"Kebetulan Martin menunggu di luar. Katanya hari ini kalian akan melakukan fitting baju pengantin." Brian sempat mendengar hal itu dari Martin saat mengantarkannya tadi.     

Eliza menganggukkan kepala sembari memandang sekeliling, dia sedang mencari seseorang di sekitar sana.     

"Di mana Vincent dan Laura? Apakah mereka berdua sudah berangkat duluan?" tanya Eliza pada mereka berdua.     

"Segeralah bersiap! Nanti kalian bisa bertemu di lokasi," sahut Brian pada sosok wanita yang kelihatan sudah tak sabar untuk mencoba gaun pengantin yang akan dipakainya saat acara resepsi pernikahan mereka.     

Eliza langsung bergegas membereskan pekerjaannya lalu menemui Martin yang sejak tadi menunggu di dalam sebuah mobil yang telah terparkir di depan gedung pengadilan.     

"Apakah kamu juga akan memesan pakaian untuk acara pernikahan mereka, Sayang?" tanya Brian pada sosok wanita hamil yang tak lain adalah istrinya sendiri.     

"Aku sudah memesan gaunku, Brian. Mereka akan datang ke rumah untuk melakukan fitting. Apakah aman membawa mereka ke rumah?" Imelda tentunya juga mengetahui jika titik lokasi rumah yang ditinggalinya benar-benar sangat rahasia.     

Brian mencoba untuk memikirkan solusi terbaik dalam hal itu. Dia tak mungkin membawa orang luar untuk masuk ke dalam rumahnya.     

"Kita bisa bertemu di rumah papa saja, Sayang. Kalau perlu, malam ini kita menginap sana di rumah papa," usul Brian atas sesuatu yang dinilainya cukup darurat.     

"Baiklah. Tapi ke rumah Papa Adi saja ya ... Akhir-akhir ini Papa terlalu sibuk dan sedikit mengabaikan aku," keluh Imelda pada ayah mertuanya. Dia sudah terbiasa dimanjakan dan juga sangat dicintai oleh Adi Prayoga. Di saat pria itu menjadi sibuk akan segala bisnisnya, waktu untuk bersama Imelda menjadi tersita banyak.     

Tanpa memberikan jawaban, Brian langsung membawa Imelda ke rumah ayahnya. Dia bisa melihat dan juga merasakan jika istrinya itu mulai merindukan sang bos mafia yang sudah beralih bisnis. Banyak hal yang telah berubah di bisnis Keluarga Prayoga. Tak ada lagi bisnis ilegal yang dilakukan oleh mereka. Meskipun cukup sulit untuk melepaskan bisnis gelap yang selama bertahun-tahun dilakukannya, Adi Prayoga dan beberapa anak buahnya sedang berupaya untuk bangkit dan membangun bisnis baru.     

Di tempat yang lain, Natasya baru saja dipindahkan ke rumah tahanan di mana dia akan menghabiskan sisa hidupnya. Baru juga sampai di sana, seseorang datang ingin menemui ibu dari Brian Prayoga itu.     

"Apa yang kamu dapatkan? Apakah waktu dan lokasinya benar-benar sudah terkonfirmasi?" tanya Natasya pada seorang pria yang masih belum terlalu tua.     

"Saya sudah mendapatkan lokasi pernikahan mereka. Semua sudah terkonfirmasi dengan pihak hotel."     

Natasya langsung mengembangkan sebuah senyuman kecut penuh kemenangan. Setidaknya, dia sudah bisa memastikan lokasi dan juga waktu diadakannya pesta pernikahan paling menarik perhatian khalayak ramai itu.     

"Jalankan sesuai rencana kita. Aku sudah mempertaruhkan segala milikku di sana. Asal bisa menghabisi mereka semua, aku rela hidup menderita di sini seumur hidupku." Natasya benar-benar telah merencanakan segalanya dengan sebaik mungkin. Dia sudah mempertaruhkan semua harta dan juga keegoisannya di sana.     

"Tenang saja, Bos. Aku sengaja membayar orang-orang yang bekerja secara profesional. Semua pasti akan terjadi sesuai dengan rencana Anda," ucap seorang pria yang selama ini sudah bekerja bersama dengan Natasya selama bertahun.     

"Kalau perlu ... Keluarkan seluruh bahan peledak yang kita miliki. Aku ingin gedung pernikahan itu luluh lantah bersamaan dengan orang-orang di yang menghadiri acara pernikahan itu." Natasya benar-benar merencanakan sebuah pembunuhan masal yang mungkin saja akan melibatkan banyak pihak yang tidak bersalah.     

Namun dia sama sekali tak peduli jika harus mengorbankan banyak nyawa untuk membalaskan segala dendam di dalam hatinya.     

"Jika kita memasang seluruh bahan peledak, itu bisa menghancurkan seluruh gedung," cemas pria itu. Dia takut jika lebih banyak nyawa tak bersalah yang harus dikorbankan.     

"Jangan banyak bicara! Lakukan saja seluruh perintahku! Tak peduli jika itu akan membuat aku jatuh miskin." Natasya sudah memantapkan hatinya untuk menghabisi nyawa seluruh keluarga Prayoga, Mahendra dan juga Hartanto. Dia sangat yakin jika mereka semua akan berada di pernikahan itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.