Istri Kecilku Sudah Dewasa

Raja Hua You, Aku Mohon Selamatkan ibuku (2)



Raja Hua You, Aku Mohon Selamatkan ibuku (2)

0

Demi bisa tetap bertahan, Liuli Guoguo memilih untuk memejamkan matanya. Dia berusaha menenangkan pikirannya, tapi, setelah mendengar ucapan pangeran kedelapan, dia menggigit bibirnya. Terlihat matanya seperti tanaman anggur, matanya langsung melotot ke arah pangeran kedelapan.

 "Ya kamu itu yang arang kecil, bukan akulah!" tutur Liuli Guoguo.

"Gila, ternyata arang kecil ini bisa melototi orang? Matanya yang berair itu sedikit lucu, deh..." tutur Xuanyuan Poxi, dia seperti melihat peliharaan yang menyenangkan. Dia pun memukulkan kipas lipat yang di tangannya, ke kepala Liuli Guoguo yang seperti kandang ayam itu.

"Aduh! Sakit! Si gendut putih, dilarang memukul kepalaku!" tutur Liuli Guoguo, alisnya tampak mengkerut. Bahkan, sampai tersambung karena marah. Kepalanya memang terasa sakit, karena dipukul dengan kipas lipat itu.

"Hei? Siapa yang kamu maksud? Siapa yang gendut putih?" tanya Xuanyuan Poxi.

"Siapa yang merasa, ya itu dia." jawab Liuli Guoguo.

Liuli Guoguo tampak sudah mengangkat ember kayu itu sangat lama, serta menahan emosi dan kesalnya. Di waktu inilah dia pun meluapkan semua emosinya ke Xuanyuan Poxi. Wajahnya memerah seperti pantat monyet karena terpapar terik matahari, selain itu karena kelelahan, dan karena marah.

"Huwaaaahhh!!! Aku ini bukan gendut! Liuli Fu, arang hitam kecil ini siapa, sih? Sifat pemarahnya tidak cukup baik, ya? Berani-beraninya mengejekku, aku mananya yang gendut?" tanya Xuanyuan Poxi sambil bertolak pinggang.

"Dia biasanya paling tidak suka kalau orang lain mengatakan dia gendut!" tutur Liuli Fu.

"Apabila dibandingkan dengan orang lain, aku hanya berwajah lebih bulat, kemudian perutku lebih besar. Lalu, paha dan betisku lebih berisi saja, kan? Mananya yang gendut? Kalau mau disalahkan, ya salah kan kalian yang terlalu kurus ya kan?" tutur Xuanyuan Poxi.

Liuli Fu langsung panik, lalu dia pun berkata, "Ya ampun, sifat pemarah pangeran kedelapan cukup tidak bagus. Padahal nama pangeran kedelapan ini sangat disegani di dalam kerajaan kaisar, sekarang Liuli Guoguo malah membuat masalah dengannya, bahaya ini!"

"Ya ampun... Pangeran kedelapan, maaf ya maaf. Ini anak hamba, dia masih kecil, dan belum dewasa. Hamba harap belas kasih pangeran kedelapan." tambah Liuli Fu, lalu dia segera merunduk dan meminta maaf, sambil menganggukkan kepalanya kepada pangeran kedelapan. Selain itu, dia juga menendang badan kecil Liuli Guoguo dengan keras, tanpa sedikitpun rasa kasihan dan keraguan.

"Aaahh!" teriak Liuli Guoguo.

Brruukkk! 

Tiba-tiba terdengar suara seperti ada barang yang jatuh. Liuli Guoguo yang berumur lima tahun itu, tidak kuat menahan tendangan kaki yang yang secara tiba-tiba itu. Karena tidak seimbang, dia pun menelungkup terjatuh dan menjatuhkan ember besar kayu tepat di tangannya. Air panas di dalam ember itu terguyur tepat di lengan tangannya, bahkan air panas itu juga terpercik ke kakinya.

"Arggghh..." teriak Xuanyuan Poxi, sambil melihat kejadian di depannya. Kemudian dia langsung mundur dan menghembuskan napasnya dengan lega. Bukan karena dengan cepat dia bisa menghindari dan tidak ikut terpercik air panas itu. Tapi, bunyi itu untuk si arang hitam. "Ya ampun. Kejam sekali, pasti itu sangat panas, sepertinya sakit sekali." tuturnya.

Liuli Guoguo segera menutup luka yang berada di kaki kecilnya, kemudian dia memegangnya dengan erat. Tampak kepalanya ditempelkan di lututnya, sambil menahan isak tangisnya. Sepertinya dia tidak berani menangis dengan bersuara, di batinnya selain menahan rasa sakit, dia juga memaki-maki diri sendiri dengan keras. Kenapa tidak bisa menahan! Kenapa tidak bisa menahan! batinnya.

"Hiks Hiks Hiks… mengangkat embernya gagal, terus bagaimana dengan ibunya? Hiks Hiks Hiks..." tutur Xuanyuan Poxi.

"Pelayan cepat kesini, cepat bawa Nona keenam kembali ke kamarnya! Anak ini setiap harinya cuma bisa mencari masalah saja. Dia cuma bisa membuat dirinya jadi kotor seperti ini!" tutur Liuli Fu, sambil memakinya dengan kejam.

"Siap!" jawab pelayan.

Mendengar perintah dari Liuli Fu, kedua pelayan langsung bergerak. Tampak satu pelayan menarik lengan Liuli Guoguo dan menyeretnya ke kamar.

"Eh? itu...." kata Xuanyuan Poxi karena merasa ada yang tidak benar.

"Adik kedelapan, sudah jangan ribut lagi!" terdengar suara pemuda berjubah hitam yang berdiri jauh di depan halaman. Pemuda itu sejak tadi tidak membuka mulut sama sekali, akhirnya sekarang mengatakan sesuatu. Jubah khas Tiongkoknya dengan dipadu jubah punggung berwarna ungu gelap yang terbang dengan pelannya tertiup angin membuatnya terlihat gagah dan berwibawa.

Walaupun masih muda, tapi wajah yang putih bersinar namun garang itu, justru membuatnya terkesan lebih dewasa dibandingkan orang dewasa pada umumnya. Setiap bagian tubuhnya membuat orang bergidik, tatapan mata seperti elang di bawah alis tebal itu seperti tatapan yang akan menelungkupkan gunung apapun.

Pangeran kedelapan Xuanyuan Poxi tidak takut apapun, kecuali ayahnya, ibu tiri dan kakak keenamnya ini. Seusai kakak keenamnya berbicara, dia tidak berani bersuara lagi.

Di sisi lain, Liuli Fu begitu lega melihat Raja Huayou yang tidak ingin melanjutkan permasalahan yang ditimbulkan oleh Liuli Guoguo. Kemudian dia maju dan berkata, "Terima kasih kemurahan hati Raja Huayou, hamba menggantikan anak hamba berterima kasih kepada Raja Huayou. Silakan masuk ke dalam, hamba sudah menyiapkan jamuan untuk Raja Huayou dan pangeran kedelapan, semoga kalian suka." tutur Liuli Fu.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.