Enam Suami Tampan

Aku Ingin Memenggal Kepalanya



Aku Ingin Memenggal Kepalanya

0Para bandit yang datang mendekati kamar Si Tuan ini memang menduga bila si gadis kecil itu masuk ke kamar ini. Mereka pun ingin memastikan pada Si Tuan mengenai gadis mencurigakan yang kebetulan lewat sini.     

Si Tuan menelan air ludahnya. Sementara belati itu semakin kuat menekan pada lehernya.     

Sungguh, gadis mungil yang menodongnya ini tampak seperti binatang buas kecil yang brutal.     

Ancaman di dalam tatapan matanya sangat jelas. Gadis ini seakan mengisyaratkan bila Si Tuan sampai berani buka mulut bahkan hanya satu kata pun, gadis ini bisa memenggal kepalanya.     

Bola mata si Tuan mulai berputar-putar.     

"Tuan?" Para bandit itu mulai mengetuk dan curiga jika sesuatu terjadi pada Tuannya.     

Namun Si Tuan memang orang yang pintar. Ia berusaha melepaskan diri dari ancaman gadis kecil itu dengan cara menipunya, "Sepertinya ada suara dari arah timur sana."     

Dong Huiying yang perasaannya sedang kacau langsung lengah dan menurunkan kewaspadaannya. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh si Tuan untuk menepis pisau yang dipegangnya lalu dengan cepat membungkam mulutnya. Mereka berdua berada di jarak yang sangat dekat hingga hampir menempel.     

Seketika salah satu bandit yang ada di luar juga mendengar suara Si Tuan itu dan bertanya, "Arah timur?"     

Bandit yang lain pun langsung merespon, "tangkap dia!"     

Dong Huiying hendak meraih pisaunya lagi namun gerakannya kalah cepat dengan Si Tuan. Si Tuan pun langsung menangkap tangannya dan menariknya ke pinggir kamar. Dalam sekejap, ia memasukkan Dong Huiying ke dalam lemari, dan menguncinya di dalam.     

Pada saat yang sama, dengan suara keras, seseorang menggedor-gedor pintunya lagi.     

"Tuan… Tuan!"     

Orang yang datang ini bernama Hou Han, ia adalah wakil ketua untuk markas Hei Feng ini. Ketika memasuki pintu, ia melihat Tuannya sedang menghadap ke arah pintu.     

Si Tuan kebetulan sudah memegang sebuah baskom berisi air di depannya. Ia pun juga mengambil handuk lalu menyeka lehernya dan menutupi luka yang ada di lehernya.     

Ia melirik dingin ke arah Hou Han, "Ada apa, Hou Han?"     

"Aku dengar ada yang tidak beres dengan Tuan, jadi aku masuk untuk memeriksa."     

Si Tuan tersenyum, "Kalau ada bahaya, tentu kamu harus waspada, tapi jika tidak ada masalah di sini, bisakah kamu keluar? Aku sedikit tidak nyaman jika sampai ada keributan di kamarku."     

Hou Han yang terlihat kesal menjawab, "Tuan adalah tamu kami, sudah seharusnya kami menyenangkan hati Anda seperti keluarga kami sendiri. Selain itu, menjaga keselamatan Anda adalah kewajiban Hou Han."      

Di mata Hou Han, Si Tuan memang orang asing yang pernah menolong kelompok ini. Bahkan kemarin, ia sudah membuatkan strategi untuk menyudutkan ketiga tahanan tersebut. Walau demikian, ia tetap tidak menganggap Si Tuan sebagai salah satu dari mereka secara resmi.     

Sambil pura-pura mengeringkan wajahnya, Si Tuan menekan lehernya untuk mencegah darahnya menetes.     

"Begini saja, aku akan menceritakan sesuatu kepadamu. Dua bulan yang lalu, Su Lang menjarah sebuah karavan, dan karena kecerobohannya, dia hampir tertangkap oleh para tentara. Aku tidak ingin menuduh sembarang, tapi entah kenapa aku merasa ada mata-mata disini, apa kamu yang memanggil tentara-tentara itu?"     

Wajah Hou Han menegang dan memaki di dalam hati. 'Tentu saja tidak, barusan ada pencuri kecil masuk ke dalam markas dan markas kita dipenuhi oleh barang-barang berharga. Aku terlahir untuk bekerja keras, tidak seperti Tuan yang selalu mujur.'     

Hou Han melihat kondisi di sekeliling kamar Si Tuan, ketika merasa sudah aman, ia pun undur diri dan memutuskan untuk segera meninggalkannya.     

Setelah Hou Han pergi, Si Tuan kembali ke arah lemari.     

Ketika pintu lemari terbuka, tangan kecil itu segera melayang ke arah wajahnya.     

Menyadari ada bahaya yang mengancamnya sekali lagi, Si Tuan dengan sigap langsung mengelak. Tetapi, si gadis kecil itu sepertinya enggan untuk menyerah dan terus berusaha menangkap topengnya. Akhirnya, Si Tuan memeluk gadis itu dan membenamkan wajahnya di dadanya. Sekejap kemudian, ia pun melemparkannya ke atas tempat tidurnya.     

Dalam sekali gerakan, Si Tuan pun langsung menekan tubuh Dong Huiying di atas tempat tidur itu. Sebaliknya, Dong Huiying langsung menatap tajam pria yang berani berada di atas tubuhnya ini.      

Dalam posisinya ini, Dong Huiying mencium bau napas pria itu terasa akrab baginya, aroma tubuhnya juga memiliki wangi khas hutan pinus. Dong Huiying juga merasa bila ia mengenal penampilan fisik pria ini.     

Entah kenapa tiba-tiba pria ini membuatnya teringat pada Liang Zhichen.     

"Tuan!?" Dong Huiying menekankan perkataannya sambil menggertakkan giginya. Sesungguhnya, ia sangat ingin menampar pria ini.     

Sebaliknya, tatapan mata Si Tuan itu tiba-tiba berkaca-kaca dan memandangi Dong Huiying seakan penuh makna. Tidak berselang lama, matanya memerah dan mulai mengeluarkan air mata. Seketika suaranya terdengar sangat lembut dan berkata, "Xiao Zhu, bagaimana bisa kamu berubah menjadi seperti ini? Ke mana saja kamu selama ini?"     

 Dong Huiying pun langsung melihatnya dengan tatapan penuh tanya saat mendengar ucapannya itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.