Enam Suami Tampan

Burung Phoenix Memang Tidak Sebanding Dengan Seekor Ayam



Burung Phoenix Memang Tidak Sebanding Dengan Seekor Ayam

0Walau mengaku sebagai keturunan dari orang terkaya di Pingchang, Tuan muda dari keluarga Li ini malah terlihat seperti pengemis kecil. Anak ini tampak mengenakan pakaian yang compang-camping dan terkesan kotor. Bau badannya bahkan juga terasa tidak sedap. Andaikan anak ini sedang menyamar menjadi gelandangan, lalu pengemis mana yang pakaiannya di rampok oleh anak ini? Lihat saja, penampilan anak ini sangat mirip dengan gelandangan.      

Walau demikian, kulit wajah memang tampak putih dan mulus. Namun tetap saja telah tertutupi oleh banyak kotoran yang menjijikkan. Saat anak ini meneteskan air matanya pun, hal itu malah membuat wajahnya semakin tidak sedap dipandang. Benar-benar terlihat menyedihkan seperti anak kucing yang terlantar.      

Meski begitu, Tuan muda dari keluarga Li ini memiliki tatapan mata yang polos. Dalam sekali lihat saja, orang pasti tahu jika dia berasal dari keluarga yang berada.     

Seketika Liang Shujun meletakkan lengannya di lutut dan menggigit batang rumput sambil bertanya, "Keluarga Li dari Pingchang? Ah, tentu aku tahu jika keluarga itu kaya raya. Tetapi, tidakkah kamu khawatir jika dalam 10 tahun kedepan keluargamu bisa saja jatuh miskin dan bangkrut?"     

Tuan muda Li dengan marah berkata, "Keluargaku adalah orang terkaya!"     

"Hm, burung phoenix memang tidak sebanding dengan seekor ayam. Sekarang, kamu memang dalam keadaan berlimpah harta, kekayaan, dan juga ketenaran. Akan tetapi, kamu belum tentu bila kedepannya kamu masih bisa seperti itu atau tidak. Malahan, bisa jadi sedetik berikutnya, keluargamu bisa menjadi bangkrut dan jatuh miskin. Bahkan lebih miskin dari siapapun yang pernah kamu kenal."     

Jujur saja, Liang Shujun memang terlihat bahagia setelah mengatakan hal itu. Ketika melihat anak kecil itu menyeka air matanya, Liang Shujun terus menerus menggodanya. Namun, ia tetap tidak sampai melupakan batasan-batasan yang ada.     

"Baiklah, kalau memang kamu adalah anak orang terkaya di Pingchang, kenapa kamu mencuri dan menangis seperti ini? Aku juga mendengar tadi kamu menyebutkan nama seorang perempuan, siapa tadi namanya? Kak Qiu?"     

Tuan Muda Li mulai terlihat sedih lagi, "Dia sudah meninggal. Wang bersaudara awalnya direncanakan akan menikah dengan kakakku, tetapi kemudian kakakku mengalami kecelakaan dan meninggal. Kemudian mereka malah menikah dengan perempuan lain. Mereka sungguh tidak manusiawi!"     

Tuan muda Li mulai menangis lagi. Ia mengepalkan tangan kecilnya dengan sangat marah. Liang Shujun benar-benar tidak tahan melihat anak kecil yang sedang menangis. Ia pun mengambil segenggam jerami dan melemparkannya ke arah anak kecil itu. Tuan muda itu langsung terpana, dan mendengar Liang Shujun bertanya dengan santai, "Oke, kamu tidak boleh menangis. Lagi pula, kamu ini seorang pria. Berapapun usiamu, Apa kamu tidak malu jika menangis?"     

"Aku bukan anak kecil, umurku sudah 16 tahun!" Walau Tuan muda Li menyebutkan umurnya yang seperti itu, namun badannya yang tampak kurus dan pendek tidak terlihat seperti anak yang seusia dengannya. Anak ini pun melirik ke arah Liang Shujun dengan kesal, "Memang kata siapa pria tidak boleh menangis? Aku bukan perempuan, aku juga memiliki perasaan yang lembut. Kalau aku sedih dan ingin menangis, apa salahnya?"     

"Hey, itu benar-benar menggangguku. Aku saja tidak pernah menangis sejak kecil. Ketika ayahku meninggal, aku tidak menangis, ketika ibuku lumpuh dan kemudian meninggal, aku juga tidak menangis. Karena sudah besar, bukankah kita tidak seharusnya menangis dan bisa menghadapi musibah dengan tabah serta selalu percaya diri?"     

Tuan Muda Li sekejap menegang, "Ehmmm benarkah?"     

"Tentu saja itu benar." Liang Shujun pun mengangkat alisnya. Bahkan ketika Liang Shujun dijual ke Tian Qinglou oleh He Su sejak setahun yang lalu, ia pun tidak pernah meneteskan air matanya setetes pun.     

Tuan Muda Li segera tampak simpatik, "Menyedihkan sekali."     

Mendengar anak ini malah mengasihaninya, Liang Shujun malah terdiam tertegun.      

"Keluargamu pasti memperlakukanmu dengan buruk, ya? Kamu tidak bisa menangis ketika kamu ingin menangis dan mungkin kamu diminta untuk harus menahannya. Hal ini sungguh menyedihkan. Kamu ingin orang-orang disekitarmu mengetahui kesedihanmu?"     

Sial, Tuan muda ini benar-benar naif dan Liang Shujun merasa benar-benar ingin mencekiknya sekarang.     

Liang Shujun menggertakkan giginya dengan kesal dan kemudian menutup matanya sambil mengambil napas panjang.     

"Hei, Bisakah kamu pedulikan aku? Di sini tampak gelap dan membuatku takut."     

"Dasar brengsek." Liang Shujun berbalik lalu berbaring miring dengan bantal di lengannya. Ia jadi merasa kesal ketika teringat kejadian hari itu. Jelas-jelas Liang Haoming tahu kalau dirinya sedang mengikutinya, tapi adiknya itu justru bersembunyi dan hanya diam saja ketika melihat kakaknya tertangkap oleh petugas patroli. Liang Haoming jelas-jelas mengabaikannya. Sekarang, ia merasa cemas karena sudah berhari-hari berlalu dan tidak ada kepastian dirinya akan dibebaskan.     

Tuan muda Li ini mungkin seorang bajingan. Ketika ia menangis dengan ekspresi wajah yang jelek, Liang Shujun berusaha menghiburnya. Sayangnya ketika suasana hatinya membaik seperti ini, anak ini justru mengabaikan perasaan Liang Shujun, 'Dasar kurang ajar.'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.