MEMOIRS OF QUEEN SEOHYEONG

Page 17 : 새로운 희망



Page 17 : 새로운 희망

0새로운 희망(saeloun huimang /A New Hope)     

Musim semi sudah menyapa Hanyang selama seminggu. Tanah yang semula berwarna putih karena di selimuti salju, perlahan mulai memperlihatkan beragam warna kehidupan khas musim semi. Orang – orang bersuka cita menyambut datangnya musim semi, hal ini dibuktikan dengan banyaknya orang yang memadati jalanan. Mereka semua terlihat begitu bersemangat untuk melaksanakan aktivitas harian.     

Sementara di rakyat tengah bersuka cita menyambut musim semi, suasana tegang dan cemas justru menghiasi salah satu paviliun di istana. Terlihat dua ibu suri masing – masing tengah menikmati teh bunga pagi mereka. Meski tak ada obrolan yang terjadi diantara keduanya, siapapun bisa melihat jelas jika keduanya tengah mengibarkan aroma dingin.     

Dini hari tadi, kedua ibu suri mendapat kabar jika Ratu Heo mengalami kontraksi dan bersiap melahirkan. Tanpa membuang waktu, keduanya segera menuju istana tengah untuk menunggu proses kelahiran dari Ratu Heo. Kedua ibu suri saat ini berada di salah satu paviliun yang letaknya tak begitu jauh dari paviliun utama Ratu Heo.     

Ibu Suri Agung Park kembali menyesap perlahan teh bunga miliknya dalam diam. Meski rautnya memperlihatkan ketenangan yang luar biasa, jauh di lubuk hatinya Sang Ibu Suri Agung gelisah bukan main. Wanita tua itu sangat berharap jika anak yang dilahirkan Ratu bukanlah seorang putra. Jika sampai Ratu Heo ternyata melahirkan seorang putra, maka akan sulit bagi Ibu Suri Agung Park dan Selir Hong untuk melengserkan wanita itu dari tahtanya. Kepala wanita paruh baya itu dengan cepat mereka – reka rencana yang perlu siapkan untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkannya.     

Berbanding terbalik dengan Ibu Suri Agung Park yang sebenarnya gelisah, Ibu Suri Min tak kalah gelisah sekaligus bersemangat. Hatinya menjerit kepada Langit agar memberikan anugrahnya melalui kelahiran bayi hari ini. Bagi Ibu Suri Min, waktu berjalan begitu lambat karean ia benar – benar tak sabar mendengar jenis kelamin bayi yang dilahirkan Ratu Heo. intuisinya sebagai wanita istana menyebutkan jika menantu kesayangannya itu akan melahirkan seorang putra. Dan Ibu Suri Min tak sabar untuk melihat rona pucat dari wanita tua di dekatnya tersebut.     

"Waktu terasa berjalan lambat. Rasanya aku sangat tak sabar mendengar tangisan seorang wonja di istana," gumam Ibu Suri Min seolah ingin memulai perdebatan kecil dengan Ibu Suri Agung Park. Senyum tampak menghiasi raut wajahnya.     

Ibu Suri Agung Park melirik tajam ke arah Ibu Suri Min. Rasa kesalnya perlahan telah merayap ke permukaan hati mendengar gumaman Ibu Suri Min yang begitu jelas mengharapkan kelahiran seorang putra dari Ratu Heo.     

"Ada baiknya kita tak perlu sesumbar, daebi. Lebih baik kita menunggu dan berharap yang terbaik untuk kelahiran pertama jungjeon," balas Ibu Suri Agung Park dengan tenang. Wajahnya tetap memperlihatkan ekspresi datar, seakan tak terpengaruh dengan ucapan Ibu Suri Min yang jelas – jelas menyindirnya.     

Ibu Suri Min terkekeh mendengar balasan Ibu Suri Agung Park yang sarat dengan rasa cemas. Kembali, irisnya bergulir memperhatikan ekspresi yang terpeta di wajah tua seniornya tersebut.     

"Kenapa balasan Anda terkesan tak bersemangat menyambut kelahiran ini, daewang daebi mama ? Ho, apa mungkin Anda tak ingin jungjeon melahirkan seorang wonja ? Ah aku tahu, daewang daebi mama pasti masih berharap Hong Gwi in-lah yang akan melahirkan putra pertama jusang. Apa benar dugaanku ini, daewang daebi mama ?"     

Kembali senyum mengejek tersungging di wajah Ibu Suri Min. Wanita yang pagi ini mengenakan dangui berwarna biru keemasan itu begitu menikmati kecemasan dari Ibu Suri Agung Park.     

Iris gelap Ibu Suri Agung Park berkilat tajam mendengar tuduhan yang diberikan Ibu Suri Min. Tangan wanita itu mengepal kuat pertanda ia menahan emosinya. "Daebi, ucapanmu benar – benar tak masuk akal. Bagaimana mungkin tetua sepertiku menginginkan hal seperti itu ? Aku hanya menginginkan yang terbaik untuk masa depan keluarga kerajaan."     

"Sekarang, lebih bijak jika kita tak melanjutkan topik pembicaraan ini. Aku benar – benar tak ingin melihat wajah kecewamu ketika jungjeon tak memberikan apa yang kau inginkan, daebi," tambah Ibu Suri Agung Park lengkap dengan senyum mengejeknya.     

Ibu Suri Min memilih menyesap kembali tehnya mendengar sindiran yang diberikan Ibu Suri Agung Park. Rasanya ia benar – benar tak sabar untuk menyingkirkan wanita tua itu selamanya dari istana.     

Keheningan kembali mewarnai paviliun tersebut. Kedua ibu suri memilih sibuk dengan pikirannya sendiri alih – alih melanjutkan debat mereka. Hingga suara langkah tergesa membuat perhatian kedua ibu suri teralihkan. Seorang dayang muda dengan tergopoh – gopoh mendekati keduanya. Dayang muda itu tersungkur saat akhirnya tiba di hadapan kedua ibu suri.     

"Apa terjadi sesuatu ? Segera katakan!" perintah Ibu Suri Min dengan nada suara sedikit gemetar karena hatinya dilingkupi rasa cemas.     

"Daewang daebi mama, daebi mama, hamba datang membawa kabar kelahiran dari jungjeon mama," sapa dayang muda tersebut dengan nafas terengah.     

"Bagaimana ? Apa proses kelahirannya berjalan lancar ? Cepat beritahu kami!"     

Ibu Suri Agung berdecak kesal melihat Ibu Suri Min yang terdengar tak sabar. Wanita tua itu memberikan tatapan mencela pada Ibu Suri Min. "Daebi, tidak bisakah kau bersabar ? Dayang ini jelas – jelas akan menceritakannya pada kita," perhatian Ibu Suri Agung Park beralih dan memperhatikan dayang muda yang tengah bersimpuh di depannya. "Ceritakan pada kami."     

Segera saja, untaian kata membentuk cerita terucap dari bibir pucat si dayang muda. Dayang muda itu menceritakan proses kelahiran dan kendala yang sempat di alami Ratu Heo selama persalinan. Hingga tiba saatnya ia mengatakan jenis kelamin dari bayi pertama Sang Ratu. Ekspresi tercengang dengan cepat menghiasi wajah kedua ibu suri kala mengetahui jenis kelamin bayi dari Ratu Heo.     

~MoQS~     

Rasa lelahnya terbayar sudah bagi Ratu Heo kala menatap lembut bayi mungil yang terlelap dalam pangkuannya. Kebahagiaan membuncah mengisi hati Sang Ratu hingga menerbitkan likuid bening di kedua sudut matanya. Sang Ratu tak berhenti mengucapkan rasa syukur atas kebaikan Langit padanya.     

Ratu Heo merasa hidupnya menjadi berwarna setelah kelahiran putranya. Senyum tak sedikitpun pudar dari roman cantiknya. Tak peduli dengan rambutnya yang masih basah karena keringat setelah pertarungan hidup dan mati, Ratu Heo tak jemu memandangi wajah rupawan putranya. Perlahan, tangan lentiknya mengusap lembut dahi putranya dan memberikan kecupan kasih sayang di sana.     

"Terima kasih sudah hadir dan melengkapi hidup aemi, aga. Aemi berjanji akan melindungimu dari apapun yang akan terjadi. Kau ditakdirkan menjadi penguasa dan aemi pastikan tak akan melepaskan tanganmu untuk mengarungi perjalanan tersebut."     

Perhatian Ratu Heo beralih ketika mendengar suara pengumuman kedatangan Raja Uiyang di kediamannya. Segera, ia bangkit untuk memberikan salam hormat tetapi Raja Uiyang menghentikannya.     

"Tak perlu bangun untuk memberi salah hormat jungjeon. kembalilah duduk kau sudah melalui hari yang berat," ucap Raja Uiyang sembari membantu Ratu Heo duduk di futonnya.     

Obsidian Raja Uiyang bergulir dan menjatuhkan tatapannya pada wajah putranya yang berada di pangkuan Ratu Heo. Sang Ratu yang seakan memahami keinginan Raja Uiyang untuk menggendong putranya, dengan segera menyerahkannya perlahan pada pangkuan suaminya.     

"Jungjeon, aku takut akan membangunkannya," ucap Raja Uiyang panik saat Ratu Heo menyerahkan putra mereka ke dalam pangkuannya.     

"Tidak akan,jeonha. Sebaliknya, ia pasti akan merasa nyaman dan semakin lelap karena berada dalam pangkuan jeonha selaku ayahnya."     

Raja Uiyang tak mampu berkata – kata saat memperhatikan dengan seksama wajah putra pertamanya. Dilihat dari sisi manapun, wajah putranya merupakan perpaduan sempurna gen miliknya dengan Sang Ratu. Seketika, perasaan bersalah meluap memenuhi hatinya. Raja Uiyang mengingat perlakuan dinginnya pada Ratu Heo selama kehamilannya. Terlebih, lelaki berjubah merah itu menjatuhkan hukuman kurungan bagi Ratu Heo atas kasus yang menimpa Selir Hong. Sungguh, Raja Uiyang merasa sangat menyesal memperlakukan Ratu Heo seperti itu.     

"Jungjeon..."     

Ratu Heo mengangkat wajahnya dan menatap ke arah suaminya. "Ye, jeonha."     

"Mianhae. Maafkan atas segala perlakuanku yang begitu dingin dan buruk saat kau hamil. Aku sungguh seorang suami yang buruk untukmu,jungjeon. jeongmal mianhae."     

Setetes cairan bening jatuh dari sudut mata Raja Uiyang setelah mengatakan permohonan maafnya. Hal itu jelas membuat Ratu Heo merasa sedih sekaligus terharu karena Raja Uiyang kembali memperhatikan dirinya. Tangan lentik Sang Ratu terulur untuk menggenggam lembut tangan suaminya. Senyum menenangkan terbit di roman Sang Ratu.     

"Jeonha...."     

"Aku berjanji tidak akan berpaling lagi darimu,jungjeon. Aku akan mengerahkan seluruh kekuatanku untuk melindungimu dan putra kita. Tak akan kubiarkan seorangpun jika kelak ingin menggoyahkan tahtamu juga putraku. Aku berjanji padamu,jungjeon," tegas Raja Uiyang.     

Ratu Heo hanya bisa melebarkan senyumannya dan menundukkan kepalanya. Kembali, setetes airmata jatuh menuruni pipinya. "Anugrah Anda sungguh tak terkira,jeonha."     

~MoQS~     

Ketika seluruh istana bersuka cita menyambut kelahiran putra pertama Raja Uiyang, awan gelap justru merundung dan melingkupi salah satu sudut paviliun. Tak ada ekspresi bahagia yang terpasang di wajah rupawan pemilik Youngil-dang. Sebaliknya, wanita cantik itu tengah memikirkan sebuah rencana nyata.     

Berulang kali Selir Hong mencengkram kuat rok tradisional yang ia kenakan. Matanya memancarkan sorot kebencian sekaligus kekecewaan yang begitu dalam. sementara itu, bibirnya tak berhenti menggumamkan kata umpatan atas berita yang dibawakan dayang kediamannya beberapa saat lalu. Sungguh, Selir Hong tak menyangka Langit berpihak nyata pada Ratu Heo. bagaimana bisa wanita itu begitu beruntung melahirkan putra pertama Raja Uiyang ?     

Ingin rasanya Selir Hong berteriak menumpahkan rasa benci dan amarah yang menguasainya. Tapi, Selir Hong sadar ia justru harus berhati – hati. Ia tak ingin bertindak ceroboh memperlihatkan kebenciannya pada Ratu Heo setelah kelahiran putranya. Selir Hong jelas harus menyusun sebuah rencana brilian.     

"Jika saja bukan karena tindakan licik wanita itu, gelar ibu dari pewaris tahta pasti sudah menjadi milikku. Karena keserakahannya, ia membunuh bayiku!" gumamnya disertai linangan airmata.     

"Mama, teguhkan hati Anda. Jangan sampai Anda goyah karena berita ini. Hamba yakin, Langit akan memberikan balasan atas rasa sakit dan kehilangan Anda."     

Dayang Kang yang berada di dalam ruangan menemani Selir Hong berusaha meredakan rasa sedih yang dialami majikannya. Wanita tua itu menatap prihatin pada Selir Hong yang jelas begitu terluka setelah mendengar kabar kelahiran putra pertama Ratu Heo.     

"Putranya itu pasti milikku,Kang sanggung. Wanita serakah itu telah merebutnya dariku. aku yakin, bayi yang lahir hari ini adalah putraku. Kupastikan akan merebutnya kembali darinya. Aku akan memberikannya pembalasan atas rasa kehilanganku," geram Selir Hong dengan nada sarat dendam.     

"Hamba yakin Anda bisa merebutnya, mama. Segala yang telah direbut dari Anda kelak akan kembali pada Anda," ujar Dayang Kang menguatkan Selir Hong.     

Senyum mengembang di wajah Selir Hong mendengar balasan Dayang Kang. Sebuah rencana dengan cepat telah tersusun rapi di kepala cantiknya.     

"Kita lihat saja. Kita hanya perlu bersabar sampai waktu yang tepat datang menghampiri kita," sahut Selir Hong diakhiri tawa yang sarat akan emosi.     

~MoQS~     

Hari ketujuh musim semi tahun 15xx,     

Merupakan hari dimana aku merasa terlahir kembali. Aku tak akan pernah melupakan segala yang terjadi pada hari itu. Hari dimana matahari-ku, harapan baruku terlahir dengan selamat ke dunia.     

Saat mendengar tangisnya yang pertama, sungguh aku merasa itu adalah musik terindah yang pernah kudengar seumur hidupku. Tak pernah terbayangkan jika aku akhirnya menjadi seorang ibu. memiliki seorang anak yang kelak menjadi tumpuanku kelak. Seseorang yang kelak akan menjadi harapanku di masa depan. Seseorang yang akan selalu kulindungi sepenuh hatiku. Putraku--Yi Jae.     

Seolah Langit tak berhenti mencurahkan kasih sayang padaku, hari itu pula suamiku, Raja Uiyang meminta maaf padaku. Aku tak bisa menampik rasa haru dari dalam diriku kala mendengar permohonan maafnya yangbegitu tulus dan janjinya untuk tak lagi berpaling dariku. sungguh hari tersebut merupakan hari terbaik yang pernah kualami selama aku tinggal di istana.     

Aku tahu, perjalananku mengarungi derasnya kehidupan istana baru saja memasuki babak awal. Aku yakin, bahaya tengah mengincar putraku. Terlebih, aku yakin pemilik Youngil-dang pasti sangat marah jika aku semakin mencengkram kuat tahta yang kududuki ini. aku tak akan pernah membiarkan putraku terseret dalam permainan kotor Selir Hong.     

Demi matahari-ku, kebahagiaan-ku, serta harapan baru-ku, aku akan melakukan apapun untuk melindunginya. Karena aku tak akan membiarkan genggaman tangan mungil Yi Jae terlepas dariku.     

~MoQS~     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.