Tidak Mudah Menjadi Pria Setelah Bepergian Ke Masa Depan

Impian Mempunyai Anak!



Impian Mempunyai Anak!

0"Mengapa tidak? Jika kau tidak punya tujuan, maka mari kita bangun satu. Setelah kau punya tujuan, Bos, maka kau tidak akan ragu dan tidak pasti lagi." Semakin Si Kecil Empat berbicara, ia semakin sombong, kemudian tiba-tiba dia menyadari bahwa dia benar-benar, seperti harapan, adalah salah satu bio-entitas cerdas yang paling cerdas.     

Itu masuk akal! Ling Lan memutuskan untuk mencoba metode Si Kecil Empat, meskipun Si Kecil Empat benar-benar tampak agak gila … Mungkin dia bisa beruntung, seperti kucing buta tersandung tikus mati, dan tersandung pada solusinya.     

Ling Lan merenung cukup lama, kemudian dengan wajah penuh kebingungan, dia bertanya, "Kecil Empat, apa tepatnya tujuan yang harus kubangun?"     

Si Kecil Empat tidak dapat berbicara. Bukankah ini sesuatu yang harus diputuskan sendiri oleh Bosnya? Mengapa dia bertanya padanya?     

Namun, tak diragukan lagi, Si Kecil Empat adalah pengikut yang setia. Tanpa sepatah kata keluhan, dia segera melihat-lihat kumpulan datanya, dan kata demi kata yang disorot mulai bermunculan di hadapannya. Dengan semangat, Si Kecil Empat berkata, "Bos, mari mendominasi galaksi!"     

Ling Lan memutar matanya dengan dramatis pada Si Kecil Empat. "Apa kau kira aku idiot?" Siapa pun yang ingin melakukan sesuatu yang sangat merepotkan -- memberi begitu banyak usaha mental dan fisik tanpa mendapatkan pujian sebagai manfaatnya -- pastilah seorang idiot.     

"Lalu … bagaimana jika menjadi raja di suatu tempat?" Si Kecil Empat menurunkan ambisinya dengan margin yang besar.     

"Tidak tertarik," kata Ling Lan tergesa-gesa. Bisakah Si Kecil Empat memberikan usulan yang lebih normal? Dia jelas bukan tipe orang yang ingin menjadi seorang pemimpin -- Ling Lan cukup mengenali dirinya untuk mengetahui hal itu.     

"Membangun dunia yang harmonis dan sempurna?" … "Menjadi pahlawan tiada tara?" …     

Ling Lan sangat kesal. Mengusulkan semua ambisi besar ini, Si Kecil Empat jelas hanya mengejeknya. Sial, dia bukan orang suci!     

Di bawah tatapan Ling Lan yang semakin tak senang, suara Si Kecil Empat menjadi lebih lembut dan lebih lembut … Huhuhu! Bos, semua ini adalah hasil temuannya dari kumpulan datanya -- bahkan jika Ling Lan tidak suka, tidak ada yang bisa ia lakukan.     

Oh? Masih ada satu lagi. Si Kecil Empat tiba-tiba membaca satu hasil yang belum dibaca. "Benar, kita bisa mulai sebuah harem dan menaburkan benih?" Meskipun dia sama sekali tidak tahu apa yang dimaksud dengan 'memulai sebuah harem dan menaburkan benih', frasa ini muncul dengan peringkat yang sama dengan usulan-usulan sebelumnya.     

Mendengar ini, Ling Lan menjadi marah, dengan segera memukulkan tinju ke kepala Si Kecil Empat. "Bodoh, aku perempuan!" Sial, 'menaburkan benih' adalah sesuatu yang dilakukan pria, bukan? Lagi pula, dia tidak memiliki mentalitas ratu-perempuan. Dan dia telah dibesarkan dengan konsep 'satu suami satu istri' -- dengan demikian, ini adalah sesuatu yang tidak bisa ia terima.     

"Jadi perempuan tidak bisa menaburkan benih di sebuah harem?" Si Kecil Empat cemberut, masih agak tidak yakin. Dia sama sekali tidak mengerti apa hubungannya dengan gender. Namun, karena Bos jelas membenci hal ini, tentu saja ide itu dibuang tanpa pertanyaan.     

Keduanya terus memikirkan masalah ini, duduk berdua dengan wajah mereka bersandar pada kedua tangan mereka, mengerutkan kening dengan berat.     

Sepuluh menit berlalu … Setengah jam berlalu … dan akhirnya, satu jam berlalu … Masih tidak bisa mendapat usulan yang baik, Si Kecil Empat menjadi gila. Menarik rambutnya sendiri, ia berteriak, "Aaaah … Aku tidak bisa memikirkan apa pun! Ada tujuan besar lain apa lagi?"     

"Besar? Mengapa tujuan itu harus besar?" Ling Lan tampaknya terpicu oleh Si Kecil Empat dan menemukan jalan pikiran baru. "Mungkin kita bisa mulai berpikir dari keinginan-keinginan kecil …"     

Si Kecil Empat tidak mengerti. "Apa maksudmu?"     

"Misalnya, Kecil Empat, apa tujuan yang sangat ingin kau penuhi sekarang?"     

Mendengar ini, Si Kecil Empat membusungkan dada kecilnya dan berkata, "Aku ingin menjadi pengikut nomor satu Bos."     

Ling Lan tidak dapat berkata apa-apa. Tidakkah dia memiliki pemikiran yang agak lebih ambisius? Lagi pula, Ling Lan sudah mengumumkan bahwa dia adalah pengikut nomor satunya -- mengapa dia masih terpaku pada masalah itu?     

Si Kecil Empat tampak sudah mengerti maksudnya. Dia memandang Ling Lan dengan mata berbinar dan berkata, "Bos, apa yang ingin kau capai sekarang?"     

"Terus mempertahankan posisiku di Kelas Khusus-A." Jawaban Ling Lan cepat dan tanpa keraguan. Hal ini sesungguhnya yang telah mengganggunya baru-baru ini.     

"Mempertahankan? Tidakkah kau ingin menjadi nomor satu?" Si Kecil Empat bingung. Dengan kekuatan Ling Lan, mendapat posisi pertama seharusnya mudah.     

"Tidak ada rencana untuk itu. Tentu saja, jika aku mendapatkannya secara tidak sengaja maka itu tidak masalah juga. Aku hanya akan mengikuti arus saja." Ling Lan tidak terlalu terganggu dengan masalah ini.     

Saat ia selesai berbicara, Ling Lan tersentak. Mungkinkah bahwa tanpa tujuan dan keraguan yang dimaksudkan Instruktur Nomor Sembilan adalah justru sikap tidak pedulinya ini? Karena dia selalu mengikuti arus, menerima apa yang diberikan hidup padanya -- entah itu nilainya, latihannya, atau bahkan misi latihan di ruang pembelajaran. Sejujurnya, dia tidak pernah mengejar semua itu karena inisiatifnya sendiri.     

"Aku sudah tahu …" Ling Lan merasa tercerahkan.     

"Mungkinkah bahwa aku harus mengejar peringkat pertama?" Meskipun Ling Lan merasa bahwa dia sedang melakukan sesuatu di sini, hatinya masih agak terganggu. Jauh di dalam hatinya, dia tidak terlalu ingin membuat gelombang dan mendorong dirinya sendiri ke bawah sorotan -- apakah memaksa dirinya melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan dapat menyelesaikan masalahnya sekarang? Atau apakah dia akhirnya akan semakin jauh di jalan yang salah?     

"Jika kau merasa tidak menyukainya maka tinggalkan. Lagi pula, bahkan jika kau mendapat peringkat satu, tidak banyak keuntungannya. Biaya dan keuntungannya tidak sesuai." Si Kecil Empat tidak terganggu oleh semua pikiran kacau yang berjalan di pikiran Ling Lan; dia hanya mencari jawaban murni dari sudut pandang biaya - manfaat. Memperoleh peringkat pertama -- tidak ada keuntungannya selain reputasi yang meningkat, jadi Si Kecil Empat tidak peduli tentang apakah bosnya menjadi siswa peringkat pertama.     

"Bos, kau perlu mencari sesuatu yang lebih menguntungkan untuk dilakukan." Karena bosan, Si Kecil Empat menyulap sebuah lolipop di tangannya dan menjilatinya beberapa kali. Dia yakin bahwa apa pun bisa dilakukan, asal bukan pekerjaan yang sia-sia.     

"Lebih menguntungkan? Benar-benar tidak ada." Ling Lan, yang kehabisan hasrat, tidak dapat memikirkan apa pun yang sesuai dengan kriteria Si Kecil Empat.     

Si Kecil Empat bingung. Dia menjilati lolipopnya dengan keras, kemudian dengan sangat serius berkata pada Ling Lan, "Begini saja. Bos, hidup seperti apa yang kau inginkan di masa depan?"     

"Hidup yang damai, bebas. Dan ketika aku bosan, aku bisa melahirkan seorang anak, membesarkannya, dan bermain bersamanya." Senyuman bermain di bibir Ling Lan. Dia benar-benar ingin mempunyai anaknya sendiri. Jika dua kehidupannya dijumlahkan, dia sungguh tidak muda lagi.     

Ketika Si Kecil Empat mendengar kata-kata Ling Lan, ekspresinya berubah menjadi sengsara.     

Melihat ekspresi Si Kecil Empat yang berlebihan, Ling Lan kesal. "Apa? Aku tak bisa punya anak?"     

"Tentu saja kau bisa," Si Kecil Empat dengan segera meyakinkannya. "Tapi Bos, kau tidak memikirkan tentang situasimu sekarang?"     

"Situasi? Mengenai identitasku sebagai pria palsu?" Ling Lan tiba-tiba kembali ke dunia nyata. Dengan identitas ini, pada dasarnya sudah ditakdirkan bahwa dia tidak akan bisa menikah dengan seseorang secara terbuka. Jika dia mau meminjam sperma dari seorang pria, dia bahkan harus melakukannya secara rahasia …     

"Aku yakin keluarga Ling akan mengatur agar seorang loyalis berpasangan denganku." Ling Lan tidak cemas bahwa dia tidak akan mendapat seorang pria, karena Lan Luofeng dan Ling Qin tidak akan membiarkan garis keluarga Ling mati.     

"Tidak akan berhasil," bantah Si Kecil Empat, gelisah.     

"Hah? Mengapa?" Ling Lan tidak mengerti.     

"Bos, kau harus tahu, apakah seorang anak itu hebat atau tidak pada dasarnya tergantung pada gen ayah." Dalam periode waktu ini, Si Kecil Empat telah banyak melakukan penelitian mengenai topik ini di berbagai jaringan virtual.     

"Ah … jadi ini berarti bahwa tidak peduli seberapa hebatnya genku, itu tidak berguna?" Ling Lan sangat marah. Dia yang akan melahirkan anak itu, tetapi apakah anak itu hebat atau tidak, tidak ada hubungannya dengan dia? Itu tidak masuk akal!     

Dengan menyesal, Si Kecil Empat berkata, "Tentu saja jika genetika sang ibu lebih baik, anak itu akan lebih menonjol, tapi beban utamanya masih pada ayahnya. Jika genetika ayahnya lemah, statistik kelahiran anak itu hampir bisa dijamin lebih lemah."     

"Dengan kata lain, jika aku ingin bayiku lebih menonjol, aku tidak dapat mencari pria secara sembarangan." Ling Lan menggertakkan giginya. Jenis keturunan macam apa ini? Mengapa membuat sisi sang ayah begitu penting?     

Dengan schadenfreude[1], Si Kecil Empat berkata, "Itu benar, Bos."     

"Dengan keadaanku sekarang ini, mustahil bisa dengan bebas berkencan dengan seorang pria yang kuat, menikah dan punya anak." Ling Lan akhirnya mengerti makna di balik ekspresi berlebihan Si Kecil Empat.     

Tentu saja, jika Ling Lan tidak peduli dengan statistik bayinya, maka semua ini tidak akan menjadi masalah. Namun, Ling Lan jelas merupakan ibu yang bertanggung jawab. Jika ia bisa membuat bayinya lebih menonjol, dia tentu tidak akan membiarkan bayinya mengambil pilihan yang lebih rendah.     

"Benarkah tidak ada cara untuk mengatasi hal ini?" tanya Ling Lan dengan cemberut. Dia tidak percaya hal itu. Bagaimanapun, dia tetap akan mempunyai seorang bayi. Tidak peduli seberapa sulitnya prosesnya, dia akan mencapainya -- ini adalah sesuatu yang ingin dia lakukan dalam hidup ini.     

"Ada. Dua cara." Si Kecil Empat dapat diandalkan seperti biasa, langsung mendapat dua pilihan untuk Ling Lan.     

"Nomor satu, rampok bank sperma Federasi. Aku yakin ada banyak sperma pria yang kuat disimpan di sana." Kata-kata Si Kecil Empat membuat mata Ling Lan berbinar, tetapi kata-kata berikutnya membuat wajah Ling Lan muram.     

"Namun, kau harus mengalahkan regu mecha jagoan yang ditempatkan di sana. Dikabarkan bahwa pemimpinnya adalah operator kaisar. Sebagai pengingat, seorang operator kaisar hanya satu tingkat di bawah operator kelas dewa -- agar kau bisa sukses mencuri sperma dari bank, kau harus mempunyai kemampuan yang mendekati operator kelas dewa, jika tidak, kau akan masuk dalam keadaan hidup dan keluar dalam keadaan mati.     

"Dan cara yang lain?" Ling Lan dengan tegas membuang pilihan ini. Dia hanya ingin mempunyai anak, bukan mencari mati.     

"Cari seorang pria kuat siapa saja yang kau sukai, dorong dia, dan lakukan apa yang kau inginkan padanya," kata Si Kecil Empat dengan biadab.     

Ling Lan ingin menutup wajahnya dengan tangannya. Sial, kedua metode ini bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan oleh orang yang normal.     

"Aku merekomendasikan kau untuk memilih opsi kedua. Berhadapan dengan seorang pria yang kuat tentunya lebih mudah daripada menghadapi satu regu pria yang kuat," saran Si Kecil Empat dengan penuh pertimbangan     

Kata-kata Si Kecil Empat tidak membuat ekspresi Ling Lan berubah menjadi lebih baik, karena memerkosa seorang pria yang kuat tentu bukan hal yang mudah.     

"Tentu saja, kau juga bisa mencoba rayuan … jika seorang pria kuat bersedia untuk bersenang-senang di balik selimut denganmu, Bos, maka kau tak perlu khawatir lagi." Si Kecil Empat tersenyum puas, berpikir bahwa usulannya ini luar biasa.     

"Bodoh!" Ling Lan mengetuk kepala Si Kecil Empat dengan putus asa. Pria mana yang ingin bersenang-senang di balik selimut dengan pria lain? Kecuali dia menyimpang. Tetapi jika dia menyimpang, maka Ling Lan tidak akan bisa menerimanya, karena pada akhirnya, dia masih seorang perempuan.     

"Tidak? Kalau begitu Bos, kau harus melakukannya dengan paksa," kata Si Kecil Empat dengan menyesal.     

"Dengan paksa, ya? Tampaknya aku harus menjadi lebih kuat atau aku tak akan bisa mengalahkan kekuatannya." Ling Lan memeras otaknya dan mendapati bahwa apa yang dikatakan Si Kecil Empat masuk akal. Demi melahirkan seorang bayi yang luar biasa, dia harus menembus batas-batasnya.     

"Yup. Semoga beruntung, Bos. Kau perlu bekerja keras mulai sekarang, atau kau tidak akan bisa membesarkan anak yang luar biasa." Si Kecil Empat memberi dorongan pada Ling Lan.     

Tiba-tiba Ling Lan mendapati bahwa semua penderitaannya di ruang pembelajaran tidaklah sia-sia -- itu akan membuatnya lebih kuat, membuat lebih mudah baginya untuk mencapai tujuan hidupnya.     

"Seorang anak yang dilahirkan olehku, Ling Lan, harus anak yang paling hebat …" Mata Ling Lan tidak lagi menyimpan jejak keraguan atau ketidakpastian. Tidak ada yang dapat menghentikannya melaksanakan keputusannya untuk melahirkan anak yang luar biasa. "Kalau begitu, aku harus menjadi orang terkuat agar aku bisa mempunyai pilihan yang lebih besar …"     

Karena harapan yang sederhana ini, Ling Lan melangkah ke jalan orang yang kuat, tidak lagi tersesat.     

[1] rasa senang atas penderitaan atau kesusahan orang lain     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.