Tidak Mudah Menjadi Pria Setelah Bepergian Ke Masa Depan

Latihan di Alam Bebas?



Latihan di Alam Bebas?

Ling Lan mabuk dengan menggemaskan -- dia tidak mulai mengoceh hal-hal yang tidak masuk akal, pun dia tidak mengamuk. Dia hanya tertidur dalam diam, gelembung air liur muncul di sudut-sudut bibirnya sesekali.

Pemandangan yang menggemaskan ini membuat Lan Luofeng tertawa meskipun kesal. Dia hanya memalingkan mata sesaat saja dari Ling Lan dan anak ini telah mabuk karena anggur merah. Namun, ini adalah satu-satunya saat ketika Ling Lan tampak seperti seorang anak berusia enam tahun, tidur dengan polos tanpa memedulikan dunia.

Lan Luofeng tahu bahwa dua tahun terakhir ini sebenarnya sangat berat bagi Ling Lan. Setiap hari dia memiliki tugas latihan, dan Lan Luofeng melihat dengan mata berkaca-kaca saat Ling Lan berlatih hingga lelah. (Sebenarnya, Si Kecil Empat telah memberi tahu Ling Lan bahwa waktu sudah habis jadi dia bisa beristirahat. Bukannya Ling Lan bermalas-malasan, tapi tubuhnya sungguh masih terlalu lemah. Memaksakan tubuhnya dalam berlatih sekarang akan menyebabkan kerusakan yang tidak bisa diperbaiki, kerusakan yang bahkan tidak bisa diperbaiki dengan latihan Qi.)

Namun Lan Luofeng tidak dapat menghentikan latihannya, karena dia tahu ini akan sangat menguntungkan Ling Lan di masa depan. Federasi ini adalah dunia di mana yang kuat lah yang bertahan -- kekuatan ekstra berarti keamanan ekstra. Demi masa depan Ling Lan, dia harus mengeraskan hatinya.

Lan Luofeng segera mengangkat Ling Lan dan membawanya ke kamarnya. Sejak Ling Lan dapat mengomunikasikan kemauannya dengan jelas, dia telah meminta kamar pribadi untuknya sendiri. Lan Luofeng adalah ibu yang sangat memanjakan bila itu menyangkut anaknya, jadi dia menuruti permintaan kecil ini dan menyediakan kamar untuk Ling Lan.

Meletakkan Ling Lan di tempat tidurnya dengan hati-hati, Lan Luofeng memberi kecupan kecil pada wajah bulat Ling Lan yang menggemaskan kemudian menutup pintu di belakangnya saat ia keluar. Apa yang tidak dia ketahui adalah bahwa, walaupun Ling Lan tampak seolah-olah tidur nyenyak, sebenarnya kesadarannya telah ditarik dengan kejam ke ruang pemikiran oleh Instruktur Nomor Satu.

********

Ling Lan merasa sangat goyah, merasa agak sulit untuk berdiri, dan benda-benda yang dilihatnya tampak goyah di hadapannya.

Dia merasa agak pusing maka dengan cepat ia berjongkok, memegang kepalanya. Ling Lan harus berjongkok, atau dia akan terjatuh di detik berikutnya karena kehilangan keseimbangannya.

"Hmph. Beraninya kau minum." Ekspresi Nomor Satu semakin gelap melihat Ling Lan, dan dengan jentikan jarinya, sebaskom air dingin mengguyur Ling Lan dari atas. Rasa kaget yang mendadak menyebabkan Ling Lan menggigil tak terkendali dan pikirannya yang kacau segera kembali fokus.

"Instruktur Nomor Satu, kau tampak baik!" Ling Lan tersenyum canggung saat ia mengangkat kepalanya, ekspresinya memohon belas kasihan.

"Aku tidak terlalu baik." Instruktur Nomor Satu tidak memedulikan permohonan Ling Lan, tidak memberinya wajah saat ia berkata dengan jelas bahwa ia marah.

Kata-kata Instruktur Nomor Satu membuat Ling Lan berkeringat dingin -- tanpa harus bertanya, dia tahu bahwa "tidak baik"-nya Instruktur Nomor Satu berkaitan dengannya. Mungkinkah ia telah membuat marah instruktur setan yang tak kenal takut ini tanpa ia sadari?

Melihat wajah bingung Ling Lan, Instruktur Nomor Satu mengamuk, "Dalam pertarungan hari ini, apa yang kau lakukan?! Begitukah kau akan menggunakan apa yang diajarkan Nomor Sembilan padamu?"

Ling Lan marah, "Aku berhasil memukul penguji itu."

"Yah kau bisa memukulnya langsung tanpa harus menggunakan tipuan! Jika kau lakukan sekali lagi, jangan salahkan aku karena menghukummu." Instruktur Nomor Satu sangat yakin bahwa kekuatan yang jujur adalah jalan yang benar -- segala jenis trik curang adalah metode yang tidak jujur, yang seharusnya tidak diandalkan.

Ling Lan tidak memedulikan soal hukuman, tapi ia bertanya dengan terkejut, "Maksudmu, aku sebenarnya bisa memukul penguji itu dengan kekuatanku sendiri sekarang?" Jika begitu kasusnya, lantas mengapa dia merasa kalah kekuatan? Bahwa kekuatan lawan jauh lebih tinggi dari kekuatannya? Apakah ini semua hanya ilusi?

Tetapi mereka bertiga sudah kehabisan tenaga dan keahlian untuk melawan penguji itu begitu lama … hanya karena mereka kehabisan kekuatan maka mereka memikirkan trik itu untuk menghajar penguji itu. Tentu saja, Ling Lan tidak berpikir bahwa menggunakan trik itu salah atau tidak adil -- di medan pertempuran, bertahan adalah satu-satunya prinsip.

"itu benar. Di pertarungan hari ini, kau meluputkan tiga kesempatan." Setelah mengatakan itu, Nomor Satu menjentikkan jarinya lagi dan adegan pertarungan hari ini muncul di mata Ling Lan.

"Serangan menyelinap pertama dilakukan dengan benar pada awalnya. Kau ingat apa yang diajarkan Nomor Sembilan, dan tetap menyembunyikan niat membunuhmu, tapi ketika kau akan berhasil, hatimu goyah." Nomor Satu menunjuk pada adegan, menunjukkan bagaimana saat pukulan Ling Lan baru akan mengenai si penguji, ada fluktuasi pada auranya. Fluktuasi kecil ini yang menyebabkan si penguji merasakan serangannya, yang menyebabkan ia berhasil menangkis serangannya pada detik terakhir.

"Untuk serangan menyelinap kedua, kau membuat kesalahan yang sama persis, kehilangan perhatian pada saat kritis." Suara Nomor Satu semakin dingin dan dingin, dan wajahnya tampak seolah-olah ia berharap ia bisa menyeret Ling Lan mendekat untuk memukulinya sekarang. Jelas Ling Lan telah mempelajari semuanya dengan baik -- mengapa dia melakukan kesalahan tolol dalam pertarungan nyata? Jika Ling Lan hanya bertarung seperti yang telah ia pelajari, penguji itu pasti sudah terpukul pada serangan pertama.

"Yang sangat membuatku marah adalah bahwa kau bahkan tak tahu bagaimana mengubah pendekatan seranganmu sendiri. Menggunakan jurus yang sama berulang-ulang -- setelah gagal dalam serangan menyelinap dua kali, bahkan seorang idiot pun akan tahu untuk waspada akan serangan menyelinapmu … dan kau masih mengotot dengan serangan menyelinapmu! Apa kepalamu berisi otak babi?" Kemarahan Instruktur Nomor Satu berpijar saat dia mengamati usaha serangan menyelinap Ling Lan yang ketiga bermain di hadapan mereka.

"Setelah diketahui lawan, tidak apa untuk bertarung secara terbuka dengan lawan, tapi apa yang kau pikirkan menggunakan semua tenagamu untuk setiap jurus? Lantas apa yang kau gunakan untuk mempertahankan dirimu sendiri? Juga, apa kau tidak tahu bagaimana mencampur beberapa tipuan di antara jurus-jurusmu? Di sini, saat sikut kananmu ditangkis, dan kau melanjutkan dengan sikut kiri -- kedua tangan lawan telah digunakan untuk pertahanan, dan karena serangan temanmu pada pinggangnya, kaki yang bisa digunakan telah dinetralisasi. Kenapa kau tidak memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerang tubuh bagian bawahnya? Bukankah kau sudah mempelajari Sapuan Ekor Kalajengking? Ini jelas kesempatan besar bagimu untuk memukul. Apa yang sangat mengecewakan aku adalah bahwa kau tidak memperhatikan kesalahan-kesalahan yang kau buat selama pertarunganmu atau bahkan kesempatan-kesempatan yang hilang -- kau sungguh seorang idiot tempur."

Banyak orang-orang berbakat yang sering memperhatikan kelemahan mereka selama pertempuran, tapi sayangnya, Ling Lan tidak memperhatikan apa-apa dalam pertarungannya hingga selesai. Bahkan sekarang, dia masih sangat senang dengan dirinya sendiri karena triknya yang sukses, karena itu Instruktur Nomor Satu sangat marah. "Jika bukan karena fakta bahwa lawan itu ingin mengetahui bagaimana kemampuan kalian semua, kau pasti sudah terbunuh sekarang." Instruktur Nomor Satu memutar ulang adegan ke saat Ling Lan mulai berhadapan langsung dengan si penguji, menunjukkan bagaimana penguji itu telah menghentikan banyak jurusnya setengah jalan agar Ling Lan tidak cedera.

Di bawah analisis detail Nomor Satu, Ling Lan menjadi semakin malu dan malu. Dia berpikir bahwa dia telah tampil cukup baik dalam pertarungan itu, namun siapa kira bahwa dia sebenarnya tampil sangat buruk, membuat kesalahan demi kesalahan. Kegembiraannya karena telah memukul penguji itu hari ini lenyap tanpa bekas, meninggalkan segumpal malu yang dingin di perutnya dan punggungnya basah dengan keringat.

"Tampaknya kita perlu melakukan latihan di alam liar untuk satu putaran. Kita lihat apa yang akan kita lakukan selanjutnya setelah kau belajar bagaimana berburu!" Instruktur Nomor Satu dengan tenang mengumumkan nasib Ling Lan.

Sebelum Ling Lan dapat bertanya atau memohon belas kasihan, Instruktur Nomor Satu telah menjentikkan jarinya sekali lagi. Ling Lan melihat pemandangan di sekelilingnya berubah, dan kemudian dia sudah berdiri di sebuah hutan purba dengan Nomor Satu. Ling Lan dapat mendengar suara aliran sungai di kejauhan, juga seruan menakutkan dari hewan liar yang tidak dikenal.

Jantung kecil Ling Lan serasa berdetak keluar dari dadanya. Meskipun sebelumnya ia tidak pernah menghabiskan banyak waktu di hutan, dia tahu bahwa jenis tempat seperti ini penuh dengan bahaya -- tidak hanya hewan liar yang berkeliaran, alam itu sendiri juga adalah sesuatu yang mengintimidasi, dan ada pula hal-hal mengerikan lainnya yang bersembunyi di dalamnya.

Namun wajah Ling Lan langsung muram, dia tahu bahwa misi berburu ini jelas tidak bisa dihindari. Tahun ini mengajarkannya bahwa begitu Instruktur Nomor Satu memutuskan sesuatu, tidak ada yang bisa mengubahnya.

Namun, Ling Lan berniat untuk mencoba dan memohon pada Instruktur Nomor Satu untuk memberikan sedikit waktu persiapan, agar dia bisa kembali dan meminta beberapa tips bertahan di hutan liar dari Si Kecil Empat. Sayangnya, Instruktur Nomor Satu mengetahui rencananya, dan tanpa memberinya kesempatan untuk bicara, ia berkata, silakan menikmati, dan segera menghilang dalam sekejap dari alam hijau yang tak ada putusnya ini.

Sialan! Nomor Satu, kau terlalu kejam!

Dengan kejam, Ling Lan mengarahkan jari tengahnya ke arah di mana Nomor Satu tadi berdiri, untuk menunjukkan kemarahannya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.