Istri Liar Kaisar Jahat

Xia Qi, Seorang Munafik (2)



Xia Qi, Seorang Munafik (2)

0Di kediaman Keluarga Xia, Kota Surga.     

Di halaman, angin berhembus menjatuhkan dedaunan saat ekspresi Xia Qi jadi suram. Tidak ada yang bisa tahu apa yang dia pikirkan, hanya matanya yang menampakkan niat jahat yang jelas. Dia mengerutkan sedikit bibirnya menjadi senyum yang dingin dan menakutkan.     

Tiba-tiba, Tetua berjubah hijau dengan riang berjalan masuk dan disampingnya berdiri seorang gadis yang juga memakai jubah hijau. Setiap fitur wajah gadis muda itu begitu murni dan indah. Matanya jernih bagaikan air dan wajahnya menyunggingkan senyuman. Walaupun dia tidak punya wajah yang dapat menyebabkan kehancuran kota; namun orang akan merasa nyaman melihat wajahnya.     

Namun ketika dia melihat mereka berdua, wajah Xia Qi semakin dingin. Hatinya dipenuhi kekecewaan dan kecemburuan.     

Apa artinya ini? Sudah cukup buruk karena si bajingan Xia Linyu telah menguasai semua cinta dan kasih sayang pria tua itu, dan sekarang dia pura-pura lembut dan baik pada orang asing? Namun ketika dia berhadapan dengan anak kandungnya, dia akan menampakkan wajah kekecewaan?     

Xia Qi menghela napas dalam-dalam dan menelan kebencian dalam matanya. Jubahnya berayun bersama angin saat dia sampai pada Tuan Xia, "Ayah, akhirnya kamu kembali. Ini pasti Gu Ruoyun, Suhu Aula Ratusan Herbal, bukan? Kamu pasti berasal dari generasi yang berbakat. Aku ingin bertemu denganmu sejak lama."     

Wajahnya menyunggingkan senyuman hangat dan tidak ada yang dapat melihat tangan yang dikepalkan yang disembunyikan di balik lengan bajunya. Hatinya dipenuhi kobaran api kemarahan yang hampir tak bisa ditahan.     

Tetua Zhao benar-benar tak berguna! Dia bahkan tak bisa mengurus wanita ini dan membiarkan pria tua ini membawanya kesini. Sepertinya membunuhnya sekarang akan jadi lebih sulit daripada sebelumnya.     

Selain itu, dia sudah mengirim pesuruh ke Negeri Naga Nilakandi dengan berita bahwa Xia Linyu dari Keluarga Xia telah membunuh Gu Ruoyun! Tinggal masalah waktu sampai anggota Aula Ratusan Herbal datang menemui Xia Linyu…     

Gu Ruoyun harus mati sebelum itu terjadi!     

"Xia Qi, apa yang kamu lakukan disini?"     

Melihat Xia Qi di halaman, Tuan Xia mengangkat alisnya tidak senang dan berbicara ketus, "Aku tidak tahu apa yang kamu lakukan sepanjang hari, kamu mungkin berjalan santai seharian. Kembalilah ke pelatihan! Kamu bahkan tidak bertingkah sebagai Tetua untuk Yu'er. Walau saat dia masih orang yang tak berguna, dia tak pernah menyerah dalam pelatihannya. Tapi bagaimana denganmu, yang kamu lakukan adalah berteman dengan sekelompok bajingan. Terutama Tetua Zhao, dia tak berarti apa-apa! Jika bukan karena hubungannya denganmu, bagaimana mungkin dia mampu masuk dalam Kediaman Xia? Lain kali, jangan menyibukkan diri dengan urusan internal Kediaman Xia. Lebih baik belajar keras dan perbanyak latihan."     

Kalimat ini berarti bahwa pengaruh Xia Qi hanyalah hiasan.     

Sementara itu, kepalan tangan yang tersembunyi dalam jubahnya semakin erat dan mulai bergetar sedikit. Tapi tak peduli seberapa marah yang dia rasakan, dia terus tersenyum dan dengan hangat menjawab, "Teguran Ayah begitu tepat. Aku akan dengan hati-hati mengikuti ajaranmu dan sekarang aku permisi dulu."     

Saat dia berbalik, senyum yang menyungging di wajahnya hilang dari pandangan dan amarah bangkit dalam matanya…namun dia memilih untuk tidak membiarkannya keluar.     

Karena ini bukan saatnya…     

Gu Ruoyun tidak berbicara sepanjang waktu dan hanya melihat Xia Qi saat dia pergi dengan sinar tak jelas di matanya.     

"Hu..!"     

"HU HU HU!"     

Saat itu, tangisan yang menyayat hati terdengar, datang dari bagian depan halaman. Ini membuat ekspresi wajah Tuan Xia berubah dengan cepat. Dia tak lagi peduli dengan Gu Ruoyun lalu dia bergegas lari.     

...     

Dalam sebuah ruangan, seorang pria memegangi kepalanya dengan kesakitan, lalu membenturkannya ke dinding. Para pelayan yang berdiri di belakangnya bergegas menariknya. Tapi sebelum mereka meraihnya, aura kuat terpancar dari tubuhnya dan melemparkan mereka.     

Darah mengalir di kepalanya kemudian dia menariknya lagi, itu pemandangan yang mengerikan. Dia sepertinya tidak menyadari ini dan membenturkan kepalanya lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.