Istri Liar Kaisar Jahat

Pria Yang Hina (3)



Pria Yang Hina (3)

0

"Yu'er!" jeritan yang menyayat hati keluar dari tenggorokannya saat air matanya jatuh.

Anak lelaki itu, mungkin setelah mendengar suara yang tidak asing di balik teriakan histeris tersebut, akhirnya ia bergerak pelan. Mata yang dulu begitu jernih, sekarang hanya bisa dengan letih menatap Xia Ruoyun. "Ka...kak…" dia mencoba mengumpulkan kekuatannya, namun suaranya tidak ada.

Dia terbatuk, membasuh pakaiannya dengan darah. "Lepaskan dia!"

"Lepaskan dia? Kembalikan Pagoda Ilahi Kuno pada kami. Setelah itu baru kita bicara," Luchen terkekeh, mencoba sebaik mungkin untuk menyembunyikan perasaan lama yang masih dia miliki untuk Xia Ruoyun.

Berapa nilai wanita, jika dibandingkan dengan kekuatan? Setelah semuanya, setelah seorang pria memperoleh kekuasaan, wanita dengan sendirinya akan datang berbondong bondong padanya.

Wajah Xia Ruoyun dengan cepat pucat melemah. Dia berbalik ke arah pria setengah baya di belakangnya, yang wajahnya tidak nampak terganggu sedikitpun. "Dia anakmu! Darah dari Keluarga Xia mengalir padanya!"

Xia Ming tertawa sinis pada ucapannya, suaranya dingin saat menjawabnya, "Darahku? Itu hanya mengalir pada Chu Xue seorang! Anak yang lemah, tidak kompeten, sakit-sakitan seperti Xia Lingyu bukanlah anakku!"

Xia Ruoyun bergidik. Dia menutup matanya lama, kemudian membukanya kembali. Kali ini, tatapannya melembut saat dia melihat tubuh bocah lelaki yang malang yang berlumuran darah itu.

"Apakah ini menakutimu, saudaraku?"

Bocah lemah itu menggelengkan kepalanya dengan geram. "Tidak! Jangan biarkan mereka memilikinya, kakak! Ibu dan kakek akan mati sia-sia jika mereka melakukannya! Aku… aku percaya padamu. Aku percaya kakakku akan membalaskan dendamku nanti…"

BUG! Lu Chen menginjak dada Xia Lingyu, dan darah tumpah dari mulutnya. Wajahnya memucat dan tubuhnya terhempas kembali ke tanah.

"Ini perintah" Lu Chen mendongak, wajahnya terlihat tanpa emosi. "Keluarkan organ tubuh Xia Lingyu, dan ambil organnya hidup-hidup!"

Suara dingin itu terdengar seperti palu yang menghantam hatinya. Dia berteriak "Lu Chen, kamu bajingan! Aku seharusnya tidak mempercayakan Yu'er padamu! Adikku menjadi menderita!"

Air mata suram, penuh kesedihan, jatuh tanpa henti - tak lama kemudian, matanya melebar saat dia berlari ke arah adiknya, tapi dia gagal. Lu Chen memukul tubuhnya, dan melemparkannya ke tanah. Tubuhnya menghantam tanah dengan keras.

Dua pria menahan Xia Lingyu di tanah. Kemudian, organ-organ tubuhnya dipotong dengan pedang dingin mereka. Darah segar mengalir keluar, membasahi penglihatannya dengan warna merah.

"TIDAK!!"

Matanya memerah saat ia berteriak dengan serak, "Lepaskan dia! Lepaskan dia! Jika kamu melepaskannya...! Aku..!"

"Kakak." itu adalah bisikan yang lemah, tetapi menggema ke seluruh bukit, dan menggema dengan jelas di telinganya.

"Jangan… pernah… memberikan… Pagoda… I-lahi Kuno… pada mereka…. hanya itu yang bi-bisa membalas i-ibu… untuk itu, aku rela… mati"

Suara daging yang tercabik-cabik terdengar semakin kuat. Sebuah pisau panjang menusuk dadanya, menahan kata-katanya di tenggorokannya selamanya…

Tubuh Xia Lingyu tergeletak dalam genangan darahnya. Matanya terbuka terlihat seperti ingin mengatakan apapun yang tak bisa dia katakan. Dia merasa hidupnya meninggalkannya, sementara matanya terlihat enggan untuk pergi.

Dia akan segera bertemu ibu, tapi… bagaimana dengan kakak perempuannya? Dia adalah keluarga terakhir yang tersisa. Jika dia pergi, kakaknya akan merasa… kesepian...

"Yu'er!!!"

Rasa sakit menyayat hatinya memaksa tumpahan darah keluar dari dadanya saat Xia Ruoyun berjalan tertatih-tatih hingga tersandung ke arah adiknya..

"Ini salahku! Ini adalah kesalahanku… Aku memberikan kepercayaanku pada orang lain, dan sekarang kau menderita!"

"Kakek telah meninggal, ibu telah meninggal… hanya kamu yang tersisa, Dik!"

"Yu'er… jika… jika ada kehidupan selanjutnya… aku berjanji akan menjagamu, aku akan membuatmu hidup dengan damai selamanya…"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.