Istri Liar Kaisar Hantu: Nona Sulung Pesolek

Mata-mata dari Istana (3)



Mata-mata dari Istana (3)

0

Cit!

Ketika Yun Luofeng menyebutkan hamster pencari emas, Milk Tea, panggilan itu menarik perhatiannya. Tidak lama kemudian, Yun Luofeng melihat seekor hamster putih susu kecil masuk ke dalam melewati celah pintu, memanggil Yun Luofeng dengan bercicit.

"Apakah kau sudah selesai menggali tempat pelatihan bawah tanah? Yun Luofeng memegang Milk Tea di telapak tangannya dan bertanya, "Apakah kau meninggalkan tiga lubang besar yang aku katakan untuk kau kerjakan?"

"Cit."

Milk Tea mengangguk kepalanya dengan panik, mengedipkan matanya ke arah Yun Luofeng, dan mencoba bersikap manis seolah-olah meminta hadiah.

"Bagaimana dengan orang-orang yang aku suruh awasi? Bagaimana hasilnya?"

Selama ini, Milk Tea bekerja untuk menggali tempat pelatihan bawah tanah di pagi hari dan bertanggung jawab mengawasi rekrut-rekrut itu di malam hari! Pastinya, sebagai hadiah, Yun Luofeng tidak memperlakukannya tak adil dan setiap hari, Yun Luofeng menghadiahkan Milk Tea dengan Cairan Obat Pengumpul Jiwa.

"Cit." Milk Tea mengangguk kepalanya sekali lagi, dengan sungguh-sungguh menatap Yun Luofeng.

"Ini hadiahmu hari ini." Yun Luofeng mengambil satu botol Cairan Obat Pengumpul Jiwa dan melemparkannya ke Milk Tea.

Milk Tea dengan tergesa-gesa memegang Cairan Obat Pengumpul Jiwa dan dengan menggunakan giginya merobek tutupnya terbuka, meneguk cairan medis itu.

Hamster pencari emas memang berbeda dengan manusia; pengolahannya tergantung dari lahapnya herbal medis dengan tanpa batas! Dan Cairan Obat Pengumpul Jiwa ini diciptakan dari herbal medis yang alamiahnya adalah makanannya! Namun, dibandingkan dengan Cairan Obat Pengumpul Jiwa, hasrat Milk Tea untuk herbal spiritual lebih kuat dibandingkan beberapa hari yang lalu.

"Cit, cit."

Setelah Milk Tea selesai meminum Cairan Obat Pengumpul Jiwa, Milk Tea memukul mulutnya dan memanggil Yun Luofeng beberapa kali sambil dengan bersemangat menggerakan tangan dan kakinya.

"Tuan Putri, Milk Tea berkata bahwa dia menyaksikan seorang pria pergi ke Kediaman Jenderal secara sembunyi-sembunyi sekali, dan setelah mengikutinya, Milk Tea menemukan bahwa pria itu mengirim sebuah surat ke kakek tua dengan suara banci," Xiao Mo berbicara untuk menjelaskan seolah-olah memahami kebingungan di hati Yun Luofeng.

Rupanya, si bocah kecil ini belum mendinginkan emosinya.

"Suara banci?" Yun Luofeng dengan lembut mengusap dagunya dan tertawa. "Selain kasim istana, tidak ada orang lain yang memiliki suara yang terlalu kebanci-bancian. Seperti yang telah diduga, tampaknya Kaisar tidak percaya dengan Kediaman Jenderal dan menanamkan seorang mata-mata disini! Milk Tea, pimpin jalan. Aku mau bertemu orang itu!"

Alasan mengapa Yun Luofeng mengulur waktunya beberapa hari ini adalah untuk menarik mata-mata keluar dari istana! Sudah sangat jelas si mata-mata itu sudah kehilangan kesabaran dan membuka tujuannya secepat ini.

"Cit, cit!" Milk Tea dengan ceria memanggil dua kali dan bergegas turun dari telapak tangan Yun Luofeng, dan dengan gesit keluar dari pintu sembari mengayunkan pantat kecilnya.

Yun Luofeng tidak berpikir dua kali sebelum dia mengikuti Milk Tea dari dekat.

Pada saat ini, semua orang memenuhi ruangan hingga ke titik dimana akan meledak di dalam ruangan batu yang redup dan lembab. Seluruh dua ratus orang berdiam di dalam ruang batu- tingkat keramaiannya bisa dibayangkan.

Setelah merasa ditelantarkan oleh Yun Luofeng beberapa hari ini, orang-orang ini sudah menjadi tidak sabar. Jika bukan karena memikirkan gaji Kediaman Jenderal, mengapa mereka akan tetap tinggal di penjara seperti ini?

Di tengah-tengah diskusi riuh semua orang, sebuah suara yang santai tiba-tiba terdengar, membuat semua percakapan menjadi berhenti tiba-tiba.

"Sepertinya kalian semua baik-baik saja beberapa hari ini, melihat kalian masih mempunyai tenaga untuk berbicara dengan keras."

Punggung gadis itu bersandar di dinding batu, baju putihnya yang tidak bernoda berlawanan dari ruangan batu yang berdebu. Senyum yang malas dan menggoda tertampil di wajahnya yang cantik tiada tara saat mata gelapnya yang tenang melihat ke kerumunan yang tiba-tiba terdiam.

"Nona Yun," sebuah suara yang tidak puas terdengar dari kerumunan, "Setelah merekrut kami, Anda meninggalkan kami disini dan tidak menghiraukan kami. Apa yang Anda akan lakukan? Apa kita dibawa kesini hanya untuk diperlakukan seperti ini?"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.