Mahakarya Sang Pemenang

Kabar Baik Shania



Kabar Baik Shania

0Suaminya membawa timnya untuk bermain dalam pertandingan tandang dan putrinya telah pergi dengan pengasuhnya untuk bermain di luar. Shania akhirnya punya waktu untuk dirinya sendiri. Dia duduk di sofa ruang tamu dan melihat-lihat pengaturan kerja yang dipersiapkan agennya, Tn. Fasal, untuknya.      

Sekarang bulan April dan pekerjaan untuk musim semi baru saja berakhir sementara pekerjaan untuk musim panas masih belum ditentukan. Tapi, dia sudah memutuskan untuk menolak semua pekerjaan di masa depan. Pemikirannya saat ini sangat sederhana: Dia berusia 29 tahun dan sudah dianggap sebagai 'veteran' sebagai model. Kondisi fisiknya tidak lagi memungkinkan baginya untuk terus bekerja di bidang ini. Selain itu, industri modeling tidak akan memberikan perlakuan khusus bagi model berusia lebih tua. Generasi model yang lebih muda selalu lebih ganas, sama sepertinya ketika dia melakukan debutnya dulu. Dia berencana untuk berhenti dari dunia modeling dan tetap tinggal di rumah untuk mendukung suaminya dan tinggal bersama putrinya. Paman Tony selalu berkata bahwa dia akan menebus semua waktu dihabiskannya untuk sepakbola. Jadi, apa dia sendiri pernah berpikir untuk menebus semua waktu yang dihabiskannya untuk bekerja?      

Mereka sama sekali tidak pernah merayakan Natal bersama-sama sejak mereka menikah. Dia ingin menebus itu.      

Shania mengangkat ponselnya dan menekan nomer ponsel agennya.      

"Tn. Fasal?" Meski sudah bertahun-tahun bekerja bersama, Shania selalu memanggil agennya dengan formal sebagai tanda penghormatan. Bagaimana mungkin dia bisa mencapai statusnya saat ini kalau bukan karena kerja keras Fasal selama satu dekade terakhir? Tanpanya, bagaimana mungkin dia bisa menghindari rahasia gelap dan aturan tak tertulis yang ada di dunia hiburan dan modeling?     

"Ya, ada apa?"     

Shania mendengar suara-suara di telepon dan bertanya, "Apa kau ada diluar, Tn. Fasal?"     

"Ah, ya. Aku berada di supermarket. Aku baru saja keluar, ha-ha!"     

"Apa diluar sedang hujan?" Shania mendengarkan dengan seksama dan bisa mendengar suara rintik hujan.      

"Telingamu tajam sekali. Ya, sekarang sedang hujan. Aku senang aku membawa mobil. Ada masalah? Oh, tunggu sebentar, tidak nyaman rasanya bicara disini. Tunggu sampai aku tiba di mobil."     

Ini diikuti suara langkah kaki. Suara hujan semakin deras. Akhirnya, terdengar suara pintu mobil yang ditutup dan suara hujan serta langkah kaki itu pun menghilang. Lalu terdengar suara gemerisik sabuk pengaman yang dipasang.     

Setelah melakukan semua ini, Fasal kembali berkata, "Sudah oke sekarang. Ada apa, Shania?"     

"Yah... jadi begini, Tn. Fasal. Kuharap kau bisa membantuku menghilangkan semua pekerjaan pagelaran busana mulai saat ini..."     

Fasal mengira dia salah dengar dan berseru terkejut. Lalu dia bertanya-tanya apakah ini salah satu lelucon Shania. Shania memang tak bisa diprediksi. Dia akan selalu melakukan hal-hal yang tak terduga. Dia juga pernah menolak beberapa pekerjaan sebelum ini. Tapi, menolak semua peluang kerja dalam satu kesempatan... apa yang terjadi?     

"Apa aku tidak salah dengar? Aku sedang merencanakan pekerjaanmu untuk musim panas..."     

"Apa yang kau dengar tidak salah, Tn. Fasal. Aku sedang melihat memo di tanganku dan sudah ada lima pekerjaan yang dijadwalkan... kuharap kau bisa menolaknya untukku."     

"Apa ada sesuatu yang terjadi?" Fasal tampak bingung.      

"Tidak, aku baik-baik saja."     

Shania menjawabnya dengan tenang, dan Fasal tidak bisa membedakan apapun. "Lalu bagaimana dengan Tony..."     

"Dia juga baik-baik saja,"     

"Kalau begitu kenapa kau..."     

"Aku sudah memikirkannya sejak lama, Tn. Fasal." Shania masih terus meringkuk di atas sofa, memegang ponselnya seolah sedang mengobrol dengan temannya di sore yang santai. Sebenarnya, setiap kata yang diucapkannya selanjutnya terdengar lebih mengejutkan bagi Fasal dibandingkan suara petir dari kejauhan."     

"Aku akan berhenti dari industri modeling. Tidak, tidak hanya modeling. Aku juga tidak akan terlibat dalam film apapun. Aku sudah lelah menjadi bintang, Tn. Fasal. Aku ingin bisa menjalani hidup normal seperti orang biasa – merawat anakku di rumah dan menghabiskan waktu bersama suamiku. Aku ingin punya lebih banyak waktu bersama keluargaku."     

"Kita bisa mengurangi beban kerjamu. Kau tidak perlu benar-benar berhenti sepenuhnya. Selain itu, bukankah Tony akan pensiun di akhir musim? Dia bisa menemanimu..." Sebagai seorang agen, wajar jika dia bereaksi seperti ini. Dia jelas tidak akan langsung mengangguk setuju setelah mendengar permintaan bintangnya yang ingin pensiun.      

"Tidak, itu tidak cukup, Tn. Fasal. Jujur saja, Tn. Fasal, kurasa aku tidak punya bakat dalam berakting. Kalau aku tidak punya banyak teman, aku pasti tidak akan berhasil di Hollywood..."     

"Jangan bilang begitu. Kamu hebat...."     

"Terima kasih, Tn. Fasal. Sebenarnya, kau sudah mengatur semua ulasan bagus untukku di setiap film, bukan? Jujur saja, semua film yang kubintangi itu, aku belum menontonnya lagi, dan aku juga tidak membiarkan Paman Tony menontonnya. Kurasa aku melakukan pekerjaan yang buruk di depan kamera, tapi aku punya banyak teman baik yang bisa mentolerirku melakukan itu. Sekarang aku sudah lelah, dan aku tidak mau melakukan ini lagi. Aku ingin memulai sebuah hidup baru. Aku masih belum tahu apa itu, tapi aku yakin kalau itu takkan ada hubungannya dengan panggung pagelaran busana ataupun akting. Aku tidak suka melakukan pagelaran busana, tapi aku harus mendapatkan uang dari sana. Aku suka film, tapi aku tidak punya bakat untuk berakting. Kurasa ini ide yang bagus untuk berhenti dari semua itu."     

Shania mencurahkan isi hatinya secara terbuka seolah-olah dia sedang mengobrol dengan agennya dan tidak berniat bicara bisnis.      

Setelah dia selesai berbicara, Fasal terdiam sejenak sebelum kemudian bertanya, "Aku bertanya-tanya kenapa kau baru mengambil keputusan ini sekarang. Ini bukan hanya tentang menghabiskan lebih banyak waktu dengan Tony, kan?"     

"Yah... aku sudah memikirkannya sejak lama, tapi alasan yang mendorongku untuk membuat keputusanku adalah aku pergi ke rumah sakit kemarin." Shania memutar tubuhnya dan bersandar ke sandaran sofa, memandang keluar jendela dan melihat Teresa yang bermain di halaman dengan gembira.      

"Rumah sakit?" Fasal terkejut dan bertanya, "Apa kau merasa tidak enak badan?" Dia memikirkan tentang kemungkinan itu: Ada sesuatu yang salah dengan kesehatan Shania, jadi dia harus melepaskan pekerjaannya. Sebenarnya, terlibat dalam pembuatan film dan pagelaran busana bukanlah pekerjaan yang mudah. Beban kerjanya sangat berat dan tak kunjung berakhir.      

Shania tidak menyembunyikan apa-apa dari agennya, yang telah bersamanya selama lebih dari satu dekade. Dia memberitahukan kebenarannya. "Aku tidak menstruasi bulan lalu."     

"Hah? Oh!" Fasal berteriak dua kali karena terkejut dan sekarang dia tidak tahu apa yang harus dikatakan. Tapi, pikirannya jadi jernih karena dia tahu apa yang sedang terjadi...      

"Aku menghubungi Dr. Sandy dan dia menyarankan agar aku pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan penuh."     

Sandy adalah dokter pribadi Shania, yang sudah bekerja bersamanya selama bertahun-tahun. Fasal juga tahu ini.      

"Jadi, aku pergi kesana. Seperti yang kau tahu, Professor Constantine dari Royal Hospital of Nottingham University adalah teman baik suamiku. Dia berjanji akan merahasiakan ini untukku dan tidak akan memberitahu media. Hasilnya..."     

Fasal terdengar lebih bersemangat dibandingkan Shania. Dia langsung bertanya, "Bagaimana hasilnya?"     

Teresa dan pengasuhnya sedang bermain di halaman. Sinar matahari yang cerah menyinari mereka dan sore hari di bulan April sudah terasa hangat. Lapisan keringat tipis muncul di dahi putrinya dan si pengasuh, tampak berkilauan dibawah sinar matahari.      

Betapa indahnya sore itu...      

Sebenarnya, setelah mengetahui hasilnya, selain merasa senang, Shania juga mulai merasa khawatir – apakah Tony dan aku masih bisa hidup dengan nyaman dan juga bisa sepenuhnya mencintai Teresa di masa depan? Apa Teresa akan merasa tersisih?     

Tapi, setelah mengamati pemandangan diluar, dia merasa rasa takutnya itu tak beralasan. Dia mencintai Teresa, meski dia bukan putri kandungnya. Tony juga mencintai Teresa. Kalau begitu, bagaimana mungkin Teresa merasa khawatir akan tersisihkan?     

"Aku hamil."     

Melihat Teresa yang bermain di halaman, Shania tersenyum.      

Fasal, yang duduk di dalam mobilnya, perlahan membuka mulutnya dan kemudian tertawa.      

"Itu kabar berita yang sangat bagus untuk Tony. Ini bahkan lebih baik daripada memenangkan Piala Dunia..."     

Tapi, Shania menghentikan pemikirannya.      

"Tn. Fasal, aku ingin kau berjanji padaku bahwa kau tidak akan memberitahu Paman Tony tentang ini."     

"Hah? Kenapa? Kau pasti tahu betapa inginnya Tony menjadi..."     

"Tentu saja, aku tahu, Tn. Fasal. Justru karena itulah aku tidak bisa memberitahunya tentang ini sekarang. Turnamen liga baru akan berakhir dan timnya sedang berada dalam masa genting. Aku tidak ingin membuat perhatiannya teralihkan. Aku akan memberitahunya di waktu yang tepat, dan kau harus merahasiakannya untukku sampai saat itu."     

Apa lagi yang bisa dikatakan Fasal? Shania memang bijak dan benar. Dia mengangguk setuju dan berkata, "Tapi aku masih ingin mengucapkan selamat untukmu dan Tony. Harapan terbesarnya akhirnya terpenuhi... Kukira kalian tidak akan terus mencoba untuk memiliki anak lagi setelah kalian punya Teresa."     

"Kami memang tidak mencoba. Tapi siapa yang bisa membayangkan, aku hamil... Aku tidak tahu harus mengatakan apa. Tapi aku sangat senang, mungkin ini kehendak Tuhan..."     

Kalau Shania memahami budaya Cina, dia pasti akan mengatakan "bunga yang dirawat dengan seksama tidak pernah mekar, tapi pohon willow yang tak diinginkan justru tumbuh besar."     

Seperti yang terjadi saat ini, setelah mereka mengadopsi Teresa, keinginan Tony untuk mendapatkan anak tidak lagi mendesak, dan bisa dikatakan bahwa dia tidak punya kebutuhan untuk itu. Shania tidak lagi memikirkan tentang itu. Tapi, kehidupan seks rutin pasangan ini terus berjalan... Toh, Shania masih berusia 29 tahun. Dia merawat dirinya dengan baik sehingga membuatnya terlihat seperti masih berusia awal dua puluhan.      

Sebagai akibatnya, melakukannya dengan santai dan menikmatinya tanpa berusaha keras untuk bisa hamil justru membuat pasangan itu mendapatkan kejutan besar...      

Fasal berjanji untuk tidak memberitahukan kabar baik ini. Dia juga paham mengapa Shania ingin pensiun. Tidak mungkin seorang model bisa bekerja saat dia sedang hamil atau sudah memiliki bayi. Tapi, dia masih akan berusaha membujuk Shania untuk kembali ke industri hiburan beberapa waktu setelah dia melahirkan. Dia tidak perlu menjadi seorang model, tapi dia bisa melakukan pekerjaan lain yang terhubung dengan industri ini.      

Shania tidak langsung mengiyakan. Dia hanya memberitahu Fasal bahwa dia akan memikirkannya setelah cuti melahirkan selama setidaknya setahun.      

Fasal tidak punya cara lain. Dia hanya bisa melepaskan topik ini. Dia tahu Shania adalah orang yang sangat keras kepala.      

"Sementara soal menolak pekerjaan.... itu tidak jadi masalah. Kita hanya perlu membayar sejumlah kompensasi..."     

Shania meminta jumlah spesifik kompensasi itu. Untungnya, semuanya masih berada dalam batasan yang bisa diterima. Tapi, Fasal merasa Shania lebih baik tidak melepaskan event di tanggal 10 Mei. Itu adalah sebuah peluncuran produk baru untuk Dior, dan Shania diundang untuk memamerkan koleksi fashion wanita terbaru dari Dior kepada media sebagai juru bicara mereka.      

Dior adalah merk endorsement pertama yang menandatangani kontrak dengan Shania ketika dia memasuki industri modeling untuk yang pertama kalinya. Mereka sangatlah penting bagi karir modelingnya. Dan Shania menyadarinya dengan baik, jadi hubungan antara kedua belah pihak selalu sangat bagus dari sejak awal sampai sekarang.      

Alasan Fasal adalah tak peduli apa yang dilakukan Shania di masa depan nanti, akan selalu bagus untuk punya lebih banyak teman. Hubungan mereka dengan Dior sudah sangat bagus jadi akan sangat disayangkan kalau dilepaskan begitu saja. Selain itu, kalau itu adalah pagelaran busana terakhirnya sebagai model, memilih peluncuran produk baru Dior sebagai pertunjukan terakhirnya, itu bisa dianggap sebagai sebuah ekspresi penghormatan dan ungkapan terima kasih Shania kepada Dior. Dia yakin Dior juga bisa menggunakan hal ini untuk mempublikasikan event itu.      

Setelah mendengarkan analisa Fasal, Shania juga merasa sayang untuk menolak pekerjaan itu.      

"Yah... Tn. Fasal, kau benar. Aku akan mendengarkan kata-katamu."     

Fasal adalah seorang agen yang sangat bagus dan Shania sangat mempercayainya.      

Ketika urusan ini selesai, sudah waktunya untuk membiarkan Fasal sibuk sementara yang perlu dilakukan Shania hanyalah beristirahat di rumah. Ini seperti yang selalu dinantikannya, mendukung suaminya dan bersama anaknya.      

Setelah menutup telepon, Shania mencoba melihat kalender. Ketika dia berbicara pada Fasal di telepon, dia selalu mengira tanggal 10 Mei itu terdengar familiar.      

Segera setelah dia membuka kalender, dia melihat ada lingkaran di tanggal itu. Dia langsung tahu kenapa tanggal itu terasa familiar.      

Itu adalah putaran terakhir turnamen Liga Premier...      

Melihat tanggal itu, Shania tiba-tiba saja memiliki dorongan untuk kembali menghubungi Fasal dan memintanya menolak pekerjaan dengan Dior. Tapi, pada akhirnya, dia berhasil menahan dirinya.      

Dia tidak bisa menolak acara itu, tapi dia harus menebusnya untuk suaminya.      

Dia akan merahasikan semua ini sampai hari itu tiba.      

Dia ingin memberi kejutan pada suaminya dengan hadiah terbaik di dunia dan menyambutnya pulang ke rumah.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.