Mahakarya Sang Pemenang

Situasi Nottingham Forest



Situasi Nottingham Forest

0Wood tidak berniat membahas tentang pensiunnya yang tertunda di hadapan manajer sementara, Greenwood, dan ketua klub, Edward Doughty. Menghadapi tekanan kuat dari para reporter, dia tetap tutup mulut, seolah-olah tidak ada yang terjadi.      

Edward menghela nafas lega karenanya.      

Tak peduli apa yang sebenarnya terjadi, krisis telah berhasil dihindari untuk saat ini. Tapi, Edward Doughty masih belum bisa rileks. Dengan semakin banyaknya berita negatif seperti kekalahan beruntun, perubahan manajer yang sering terjadi dan rumor pensiunnya Wood, konsorsium Arab akhirnya mengubah pikiran mereka. Meski mereka tidak mengindikasikan bahwa mereka ingin menghentikan semua negosiasi terkait pengambil alihan Nottingham Forest FC, mereka memperlambat proses negosiasi dan juga membocorkan berita yang mengisyaratkan bahwa mereka ingin membeli klub dengan harga yang lebih rendah.     

Ini adalah sesuatu yang tidak ingin dilihat Edward Doughty. Ketua klub menegur Allan Adams dengan emosi memuncak. Meski ada persahabatan diantara mereka dari sejak memulai karir mereka bersama-sama, sudah beberapa dekade berlalu dan persahabatan itu mulai memudar. Selain itu, dia adalah orang kepercayaan Edward, dan dia tidak berhasil menyelesaikan masalah itu dengan baik, jadi bagaimana mungkin Edward tidak marah dengan itu?     

Sejak Tony Twain pergi, Allan Adams adalah satu-satunya orang yang bisa diandalkan Edward Doughty di dalam klub. Tapi, kinerja Allan kali ini menimbulkan keraguan di benak Edward. Dia merasa mungkin dia takkan bisa mengandalkan pria itu lagi di masa depan.      

※※※     

Tony Twain tidak kembali ke Los Angeles setelah Wood kembali berlatih dan bermain di pertandingan karena masalah utamanya masih belum terselesaikan. Selain itu, sekarang setelah Wood kembali bekerja, dia harus tetap tinggal untuk merawat Sophia. Meski ada Nona Vivian, Twain adalah satu-satunya orang yang bisa berbicara dari hati-hati dengan Sophia.      

Oleh karena itu, Twain menghubungi Shania untuk memberitahunya bahwa dia takkan bisa kembali selama beberapa waktu, dan kalau dia tidak terlalu sibuk setelah pekerjaannya selesai, dia bisa menyusul ke Nottingham. Setelah Shania mendengar bahwa Sophia sedang sakit, dia segera menghubungi Sophia secara langsung. Dia menyetujui permintaan Twain tanpa mengajukan persyaratan lainnya.      

Tadinya Twain ingin kembali ke Amerika tanpa diketahui oleh media. Tapi, karena dia tetap tinggal disana, media akhirnya mengetahui tentang keberadaannya. Tidak butuh waktu lama sebelum foto-foto Twain mengunjungi rumah sakit muncul di bagian olahraga beberapa surat kabar.      

Satu hari setelah berita kembalinya Twain dipublikasikan di media, terdapat tamu khusus untuknya di bangsal Sophia.      

Di permukaan, Edward Doughty bermaksud mengunjungi Sophia atas nama klub untuk mendoakan kesembuhannya, tapi sebenarnya dia ada disana untuk bertemu dengan Twain.      

"Kapan kau kembali? Kenapa kau tidak memberitahuku?" Edward Doughty bersikap seolah dia sangat dekat dengan Twain di ruang pengunjung diluar bangsal.      

Twain tersenyum. "Beberapa hari yang lalu. Aku terlalu sibuk untuk memberitahumu. Kau masih datang kemari, bukan?"     

Ini adalah pertama kalinya kedua pria itu saling bertemu muka setelah empat tahun. Konflik yang pernah mereka miliki sudah menjadi masa lalu. Setidaknya, seseorang takkan bisa membayangkan bahwa mereka pernah saling memperlakukan satu sama lain sebagai musuh kalau melihat hubungan mereka saat ini.      

Tidak lama kemudian, keduanya mengobrol tentang apapun itu, kecuali sepakbola dan masa-masa sulit yang dihadapi klub. Pada akhirnya, ketika mereka tidak punya topik lain untuk dibicarakan, Edward Doughty akhirnya berpamitan.      

Twain mengantarnya hingga pintu masuk area bangsal rumah sakit. Setelah Edward pergi, dia kembali ke ruang pengunjung dan duduk di sofa, tenggelam dalam pikirannya.      

Menurut pemahamannya tentang Edward Doughty, dia akan selalu membawa Allan Adams bersamanya, tak peduli kemanapun dia pergi. Tapi, kali ini dia datang untuk "mengunjungi" Sophia sendirian. Meski Edward mengatakan Allan tidak bisa datang karena harus bernegosiasi dengan orang-orang Arab, sudah menjadi rahasia umum bahwa konsorsium Arab telah menangguhkan negosiasi untuk saat ini dan kembali ke UEA. Ini juga dikabarkan di surat kabar kecil, karena orang-orang Arab itu ingin mempertimbangkan kembali penawaran mereka untuk Nottingham Forest FC. Tampak jelas bahwa mereka merasa harga yang diminta Edward Doughty tidaklah sepadan untuk klub yang mengalami kegagalan. Tak peduli seberapa berjayanya mereka di masa lalu, seorang pebisnis hanya akan mempedulikan tentang masa kini dan masa depan, bukan masa lalu. Kalau klub tidak bisa memberikan keuntungan bagi mereka saat ini, maka tidak ada nilainya bagi mereka untuk berinvestasi di dalamnya. Kalau tidak ada ruang untuk pengembangan di masa depan, maka nilainya akan semakin rendah.      

Saat ini, semua orang tahu bahwa pengambilalihan Nottingham Forest telah mencapai titik buntu, tapi fans Forest tidak tahu apa yang harus mereka rasakan saat ini. Mereka sudah lelah dengan ketua klub yang dulu membawakan momen penuh kejayaan tapi sekarang bersikap seperti badut. Tapi, mereka juga tidak ingin melihat klub mereka dialihtangankan ke sekelompok orang Arab yang tidak tahu apa-apa tentang sepakbola, khususnya sepakbola Inggris. Lihat saja Manchester City, sebuah tim prajurit bayaran yang dibangun dengan uang. Mereka hanyalah mainan bagi orang-orang Arab.      

Sebagai salah satu klub dengan sejarah tertua di dunia, bagaimana mungkin mereka bisa jatuh sampai ke titik ini?      

Kalau Nottingham Forest adalah klub seperti Notts County, para fans bisa mengumpulkan uang dan membeli klub itu sendiri. Tapi, Nottingham Forest adalah sebuah klub dengan sejarah yang panjang dan prestasi yang gemilang; ini bukan klub yang bisa diambil alih oleh para fans melalui donasi. Pendapatan tahunan Tony Twain memang cukup besar, tapi bahkan tabungan seumur hidupnya pun takkan cukup untuk mengambil alih klub kecuali dia mendapatkan konsorsium yang lebih kuat untuk berinvestasi di dalamnya. Tapi, dia tidak pernah berurusan dengan dunia finansial karena dia tidak tertarik dengan itu. Edward Doughty meminta harga 1.2 milyar pounds untuk penjualan klub, yang diejek media sebagai harga yang takkan terpenuhi. Nottingham Forest memiliki hutang sebanyak 400 juta pounds dan setelah turut memperhitungkan hutang piutang ini, klub layak dihargai 500 juta pounds, yang artinya harga 900 juta pounds saja sudah masuk akal. Orang-orang Arab juga mengajukan penawaran yang sulit, menawarkan harga pembelian 600 juta pounds. Setelah menggunakan 400 juta untuk membayar hutang, klub hanya dihargai 200 juta pounds di mata orang-orang yang berasal dari Timur Tengah.      

Tidak heran jika banyak fans Nottingham Forest yang tidak menyukai konsorsium Arab, karena mengajukan penawaran serendah itu. Bagi sebuah tim yang memiliki sejarah memenangkan Liga Champions UEFA lima kali, penawaran sebesar 200 juta pounds adalah sebuah penghinaan. Itulah sebabnya para fans Forest sudah lelah dengan "drama penjualan klub" yang ditunjukkan Edward Doughty setiap musim. Tapi, disisi lain, mereka tidak ingin orang-orang Arab itu benar-benar mengambil alih klub.      

Twain masih tenggelam dalam pikirannya.      

Allan Adams adalah tangan kanan Edward Doughty, dan dia bertanggungjawab penuh atas negosiasi dengan konsorsium Arab. Di Nottingham Forest FC, yang tidak lagi bisa dianggap sebagai sebuah perusahaan terdaftar, Allan Adams adalah pria paling kuat setelah Edward Doughty. Tapi, kali ini Allan tidak ikut datang bersama Edward. Twain merasa sangat peduli dengan hal ini.      

Mungkinkah ini pertanda sikap Edward?     

Dia tahu Edward Doughty adalah pria yang mendambakan kekuasaan, dan itulah sebabnya Twain tidak percaya dia datang sendiri hari ini karena Allan sedang 'sibuk bekerja'.      

Sepertinya ada sesuatu yang terjadi di dalam Nottingham Forest FC, pikirnya.      

Tapi apa urusannya semua itu denganku?     

Twain menggelengkan kepalanya dan bangkit berdiri. Dia memutuskan untuk pergi berjalan-jalan karena identitasnya toh sudah terekspos, jadi bersembunyi sudah tidak ada gunanya lagi. Ini adalah kesempatan yang bagus baginya untuk mengunjungi teman-teman lamanya di Forest Bar.      

※※※     

Kalau Wood pernah membaca "The Romance of Three Kingdoms", maka dia pasti memahami ungkapan dimana "tubuh berada di wilayah Cao tapi pikiran berada di wilayah Shu." Situasinya sekarang mirip seperti "tubuh berada di wilayah Cao tapi pikiran berada di wilayah Shu." Meski dia kembali bergabung dan berlatih bersama tim, kondisi ibunya masih belum membaik dan masih sangat lemah. Dia bahkan harus dipindahkan ke ruangan steril minggu ini, yang menandakan bahwa penyakitnya semakin memburuk.      

Dibawah situasi semacam ini, bagaimana mungkin dia bisa tetap tenang dan fokus pada latihan dan pertandingan? Bagaimanapun juga, Wood hanyalah manusia, yang terdiri atas darah, daging dan emosi. Dia bukan cyborg dari masa depan. Meski dia berjanji pada ibunya bahwa dia akan kembali bergabung bersama tim, dia tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia merindukan ibunya dan ibunya tidak melarangnya untuk merindukannya.      

Greenwood juga tidak punya solusi untuk ini. Dia bukanlah orang yang ahli dalam mengendalikan mentalitas para pemain, dan Wood juga tidak akan mendengarkan perkataannya. Hanya ada satu manajer yang perkataannya didengar Wood, tapi orang itu sudah pensiun.      

Rekan-rekan setimnya juga tidak bisa melakukan apa-apa tentang ini. Tidak ada yang tega meminta Wood untuk fokus bermain bola dan menunjukkan teladan yang baik saat ini, karena mereka tidak berhak melakukan itu. Satu-satunya keluarga Wood, ibunya, sedang berbaring di ruangan steril di rumah sakit, hidupnya dalam bahaya. Apa yang seharusnya mereka lakukan sekarang, secara teoretis, adalah membujuk Wood untuk melupakan tentang sepakbola dan merawat ibunya, bukan memintanya untuk tetap tinggal di kompleks pelatihan dan menjadi teladan yang baik, bermain sepakbola tanpa mempedulikan apa yang terjadi pada keluarganya. Bagi para pemain profesional ini, sepakbola hanyalah pekerjaan. Tidak ada pekerjaan yang lebih penting daripada keluarga.      

Tapi, begitu Wood mengambil keputusan, pada dasarnya sudah tidak ada ruang bagi orang lain untuk mengubah pikirannya. Itulah sebabnya mengapa bahkan sahabat Wood sendiri, "Monyet Kecil" Bale, tidak bisa membujuknya untuk kembali ke rumah sakit dan merawat ibunya.      

Pertandingan Liga Eropa berikutnya adalah pertandingan pertama George Wood setelah kembali ke tim. Pada akhirnya, dia tampil sangat buruk dalam pertandingan. Meski dia sangat aktif, dia berlari seperti ayam tanpa kepala. Dia tidak bisa menyusun serangan maupun bertahan. Taktik Nottingham Forest dikembangkan di sekeliling George Wood. Kalau Wood tampil buruk, seluruh tim akan terlihat seperti setumpuk pasir yang bertebaran, tidak terorganisir.      

Pada akhirnya, Nottingham Forest kalah dengan skor 0:2 dari Sporting Lisbon di kandang.      

Untuk pertandingan liga yang akan diadakan dua hari setelahnya, Nottingham Forest bermain menghadapi Fulham di kandang sendiri. Penampilan George Wood masih belum membaik, tapi Greenwood mengubah taktiknya dan tidak menggunakan Wood sebagai inti tim, melainkan memilih Balotelli sebagai inti tim, memfokuskan semua taktik serangan tim di sekelilingnya. Dibawah penampilan Balotelli yang mengesankan, tim Forest berhasil mengalahkan Fulham dengan skor 2:1 untuk mengakhiri rangkaian kekalahan mereka.      

Tapi, masa-masa indah tidak bertahan lama. Di pertandingan seminggu setelahnya, Nottingham Forest kalah dari Newcastle. Kali ini, menggunakan Balotelli sebagai inti tidak memberikan hasil yang diinginkan karena jauh lebih mudah untuk menjaga ketat seorang striker daripada gelandang bertahan.      

Posisi Nottingham Forest di klasemen liga sempat berhenti menurun setelah putaran terakhir liga, tapi posisi mereka kembali merosot setelah kalah dari Newcastle. Kalah dari Blackburn 1:3, lalu kalah dari Tottenham Hotspurs dengan 0:1… Di akhir bulan Oktober, posisi Forest telah merosot dari posisi 10 ke 14. Sepanjang bulan Oktober, selain kemenangan 2:1 atas Fulham, tidak ada lagi kemenangan. Bahkan tidak ada hasil imbang. Mereka hanya berhasil mendapatkan tiga poin setelah memainkan lima pertandingan di bulan Oktober.      

Sesuatu yang menyulitkan Edward Doughty terjadi tidak lama setelahnya. Baru memimpin tim dalam empat pertandingan, Greenwood merasa dia tidak siap melanjutkan setelah tim menderita tiga kekalahan. Dia berbicara dengan Edward Doughty usai kekalahan mereka melawan Tottenham Hotspurs, berharap agar ketua klub mengijinkannya meninggalkan posisinya sebagai manajer tim pertama. Dia ingin kembali melatih tim pemuda.      

Bagaimana mungkin Edward Doughty menyetujuinya? Dia sendiri kesulitan mencari seorang manajer yang cocok. Tapi, keinginannya untuk membuat Greenwood menjadi manajer tidak sekuat keinginan Greenwood untuk meninggalkan posisinya dan dia tidak punya pilihan lain kecuali menyetujui Greenwood yang mengundurkan diri sebagai manajer tim pertama.      

Kemudian, Edward Doughty tidak punya pilihan kecuali menunjuk Freddy Eastwood menjadi manajer sementara, untuk mengambil alih tim sementara dia mencari manajer yang cocok.      

Sejujurnya, kalau Eastwood punya pilihan, dia tidak ingin mengambil pekerjaan itu. Pertama, dia merasa dia tidak cukup bagus untuk menjadi seorang manajer, dan kedua, Nottingham Forest menjadi seperti lubang hitam bagi para manajer. Tak peduli seberapa bagus atau kompeten seorang manajer, reputasinya akan rusak kalau dia mengambil pekerjaan ini.      

Pada akhirnya, Eastwood hanya bisa menerima pekerjaan ini dengan sedikit enggan. Dia tidak menunjukkan kegembiraan apapun setelah dipromosikan menjadi manajer dalam konferensi pers. Meski dia menganggapnya menarik untuk memimpin mantan rekan setimnya, dia sedang tidak mood untuk bercanda tentang itu. Ketika dihadapkan pada pertanyaan para reporter terkait hasil dan prospek tim, dia hanya berkata bahwa dia berharap dia tidak mengecewakan para fans dan klub, dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Suasana di konferensi pers itu sedikit membosankan.      

Setelah konferensi pers itu, media merilis artikel mereka yang menggambarkan suramnya prospek Nottingham Forest. Kali ini, mereka tidak berusaha mencoreng nama Nottingham Forest atau menentang klub dengan sengaja. Mereka hanya menyatakan kebenarannya. Bahkan penggemar Nottingham Forest yang paling setia sekalipun akan mengambil kesimpulan yang sama.      

"Sepertinya Edward Doughty harus mengubah target mereka di musim ini. Mereka seharusnya berusaha menghindari degradasi, dan bukannya memikirkan tentang lolos ke Liga Champions…"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.