Mahakarya Sang Pemenang

Aku Tidak Akan Menyetujuinya



Aku Tidak Akan Menyetujuinya

0Di ruang ganti selama jeda turun minum, para pemain Nottingham Forest tampak sedikit kecewa. Tidak ada yang bisa menerima gol yang menyamakan kedudukan di akhir babak pertama itu.      

"Baiklah, jangan pikirkan tentang kebobolan gol. Itu tadi benar-benar tak terduga...' Twain berusaha menghibur mereka, "Daripada merasa frustasi tentang babak pertama yang sudah berakhir, pikirkan tentang bagaimana kita bisa melawan balik di babak kedua!" Dia mengepalkan tangannya dan mengayunkannya di hadapan semua orang.      

"Pada dasarnya kita berhasil mendapatkan kendali di babak pertama dan irama permainan juga berada di tangan kita. Gol Lampard tadi... itu benar-benar kebetulan. Akan selalu ada kebetulan seperti ini di lapangan sepakbola. Tapi aku ingin kalian meminimalkan kemungkinan hal seperti ini terjadi lagi di babak kedua. Kalau kalian memikirkan sumber kebobolan itu, tadi itu bukan kebetulan. Essien yang tiba-tiba bergerak maju membuat kita tidak sempat bereaksi dan membiarkannya berlari ke depan kotak penalti kita lalu melakukan tembakan panjang – kalian semua mengira kalau dia akan bergerak menyilang, atau mengoper bola ke orang lain, bukan?"     

"Selama sepuluh menit setelah babak kedua dimulai, kalian bisa menurunkan irama permainan dan menyesuaikan diri. Fokuslah untuk bertahan selama periode ini dan hemat tenaga fisik kalian. Tunggulah hingga dua puluh menit terakhir untuk mulai aktif lagi."     

Twain tahu bahwa sangatlah melelahkan untuk mempertahankan laju permainan yang sama di pertandingan besar seperti ini, karena tekanan mental yang menguras energi para pemain tidak boleh diremehkan, selain aksi fisik mereka yang menghabiskan tenaga. Nottingham Forest lebih dominan di babak pertama dan berulangkali meluncurkan sebuah serangan yang mengancam. Mereka memiliki penguasaan bola yang lebih tinggi daripada Chelsea, dengan mengorbankan banyak tenaga, khususnya di kedua sayap. Kalau mereka terus bermain seperti ini di babak kedua nanti, stamina mereka akan habis sebelum sembilan puluh menit berakhir.      

Mereka harus menyesuaikan tempo permainan kapanpun diperlukan, memperlambat laju serangan, dan membiarkan lawan ganti menyerang. Selain bisa memulihkan kebugaran mereka, itu juga akan memberikan kesempatan bagi mereka untuk menyerang balik. Kalau ada hubungannya dengan serangan balik, Twain yakin tidak ada tim lain di dunia yang bisa melakukannya lebih baik daripada Nottingham Forest.      

"Semangat Chelsea setelah berhasil menyamakan kedudukan pasti cukup tinggi dan mereka akan meluncurkan serangan sengit ke gawang kita di awal babak kedua. Pada saat itu, jangan buru-buru menekan dan menghadapi mereka. Pepe dan Pique, terus pastikan kalian menekan Drogba... Kalian melakukan pekerjaan yang bagus di babak pertama, sangat bagus sampai-sampai aku mengira kalau Drogba tidak bermain di pertandingan ini." Dia membuka lengannya dan melontarkan lelucon.      

Kata-katanya ini menghibur semua orang dan suasana di ruang ganti menjadi sedikit lebih ringan.      

"Jadi, itu saja, bertahan." Twain kembali melontarkan 'teori bertahan lebih penting daripada semua hal lain'. "Meredam serangan lawan bisa meningkatkan semangat kita sementara di sisi lain, hal ini bisa memberikan pukulan terhadap semangat lawan. Pertandingan sepakbola adalah proses eliminasi yang panjang. Kalau kalian bisa meredam serangan gencar mereka di awal babak kedua, maka kemenangan di pertandingan ini jelas akan menjadi milik kita!" Dia mengepalkan tangannya seolah-olah sudah memegang piala kejuaraan.      

"Lalu kita akan menyerang. Kalian lupakan saja tentang menyerang saat sedang bertahan, dan kalian bisa melupakan tentang bertahan saat sedang menyerang. Itulah yang kuminta dari kalian selama pelatihan rutin kita. Aku ingin kalian bisa menunjukkannya padaku di dalam pertandingan ini. Setelah kalian meredam serangan Chelsea, mereka pasti akan merasa kecil hati dan stamina mereka berada di titik terendah. Pada saat itu... kalian tahu apa yang harus kalian lakukan, bukan?"     

Para pemainnya tertawa dan menjawab, "Tentu saja!"     

"Terakhir, kuharap kalian tidak kehilangan minat untuk mendapatkan gelar juara dan tidak kehilangan kepercayaan diri untuk menang apapun yang terjadi. Ini lebih penting daripada taktik apapun. Chelsea jelas akan membalas, jadi biarkan mereka datang! Kita tidak takut! Semakin gila serangan mereka, semakin dekat pula jarak kita dengan gelar juara!!"     

※※※     

Sementara itu, di dalam ruang ganti tim Chelsea. Grant sedang memberikan ulasan taktis untuk babak kedua dengan ekspresi tenang. Dia tidak bertindak seperti Tony Twain yang menginspirasi para pemainnya di ruang ganti dengan gerak tubuh berlebihan dan kata-kata yang nyaring. Dia tidak bagus dalam melakukan hal semacam itu...      

"... Serangan kita harus ditingkatkan di babak kedua. Serangan kita sangat buruk di babak pertama!" Dulu di ruang ganti pemain, Grant akan selalu menimbang kata-katanya sehingga dia bisa menghindari memprovokasi para pemain bintang dan menciptakan antagonisme antara pemain dan pelatih di ruang ganti. Tapi kali ini, dia sama sekali tidak peduli tentang itu. Rumornya adalah dia akan diberhentikan meski dia berhasil memenangkan gelar Liga Champions yang sudah sangat dekat. Hari-harinya di Stamford Bridge sudah bisa dihitung mundur, dan dia juga tidak ingin tetap tinggal di Chelsea untuk melatih. Keinginan terbesarnya saat ini adalah memenangkan piala dengan indah di Moskow dan memberikan tamparan keras ke wajah media dan mereka yang suka ikut campur. Lalu dia akan mengambil fee penalti atas pelanggaran kontrak yang diberikan oleh Abramovich dan kemudian pergi dari sini.      

"Drogba, kau sama sekali tidak berkutik gara-gara dua bek tengah jangkung lawan. Apa kau punya ide bagaimana bisa menyingkirkan mereka?"     

Drogba masih terengah-engah dan tidak ingin berurusan dengan manajer pengganti yang merebut pekerjaan mentornya. Dia hanya menundukkan kepala dan menjawab dengan 'erm' untuk mengindikasikan bahwa dia baik-baik saja.      

Grant memandang pemain yang selalu membuatnya sakit kepala ini. Semua orang tahu bahwa di laporan media sebelum ini, pemain berkulit hitam ini termasuk mereka yang menentang dan meragukannya. Tapi dia adalah striker terbaik Chelsea dalam mencetak gol...      

"... Kalau kau tidak bisa mengatasinya, aku akan menggantikanmu." Grant menunjukkan ekspresi muram saat dia mengatakan kata-kata kasar itu.      

Drogba menarik sudut mulutnya dan tidak mengatakan apa-apa lagi tentang itu.      

Tapi para pemain lain di ruang ganti mulai memandang Grant dengan cara yang berbeda. Mereka tampak heran. Sejak kapan si manajer, yang selalu bertindak sedikit pengecut di hadapan para pemain bintang, mulai mencoba bersikap tangguh? Sebenarnya, posisi Grant di benak para pemain tidaklah tinggi. Meski dia berhasil memimpin timnya ke final Liga Champions, masih ada banyak orang yang menganggapnya pengecut. Mereka tidak bisa disalahkan karena bagaimanapun juga, pendahulu Grant sangatlah brilian... Siapapun yang menggantikannya hanya akan hidup dibawah bayang-bayang manajer gila yang arogan itu.      

Grant mendapati dirinya berada dalam kesulitan. Fokus para pemainnya tampak sedikit teralihkan. Ini aneh karena semangat mereka masih tinggi setelah berhasil menyamakan kedudukan. Jadi kenapa mereka bertingkah kurang antusias selama jeda turun minum? Apa itu karena tekanannya terlalu tinggi? Atau mungkin karena alasan lain?     

Dia tahu ada perpecahan di dalam ruang ganti. Ada konflik yang terjadi antar pemain, konflik antara pemain dan pelatih, dan bahkan perselisihan diantara para pelatih sendiri... Dengan begitu banyaknya kontradiksi, Chelsea masih berhasil masuk ke final. Dia merasa kalau dia cukup luar biasa sebagai seorang manajer.      

Tapi kalau mereka gagal karena kurang mengerahkan segala yang mereka punya di final, itu jelas bukan hal yang bisa diterima oleh Grant.      

Dia menghentikan uraian taktiknya. Karena mereka tidak mendengarkan, tidak ada gunanya melanjutkan.      

"Apa yang kalian pikirkan?" Dia bertanya dengan suara keras, "Kita sudah berhasil menyamakan kedudukan. Tapi kenapa aku merasa kalau kalian sama sekali tidak merasa senang sekarang?"     

Tidak ada yang menjawab pertanyaannya. Secara resmi, dia adalah manajer tim ini, tapi di ruang ganti, wewenangnya mungkin tidak sekuat pemain bintang asli Inggris seperti Lampard.      

"Kalian pikir kalian ada dimana sekarang?!" Grant sedikit marah dan tidak bisa menahan diri untuk tidak meninggikan suaranya, "Sekarang adalah jeda turun minum di final Liga Champions! Masih ada empat puluh lima menit sebelum pertandingan ini berakhir! Dan fokus kalian semua masih teralihkan? Terlepas dari apakah kita bisa mendapatkan gelar juara, semuanya akan bergantung pada empat puluh lima menit terakhir. Aku sedang menjelaskan taktik, tapi kenapa tidak ada yang mau mendengarkan?!"     

Dia membanting papan taktis. Aksi dan nada suaranya benar-benar berbeda dari perilaku normalnya hingga membuat semua orang mendongak untuk melihatnya.      

"Kalian tidak ingin memenangkan gelar ini, bukan? Di sepanjang sejarahnya, klub ini tidak pernah bermain di final Liga Champions. Sekarang setelah kalian berhasil sampai sini, kalian ingin berhenti, begitu?" Volume suaranya masih meninggi, "Apa kalian sudah puas mencetak satu gol di final Liga Champions? Apa kalian senang setelah berhasil menyamakan kedudukan? Tapi aku tidak setuju!! Para fans diluar sana juga tidak akan setuju!!" Grant yang marah melepaskan jasnya sambil menggeram dan menunjuk ke arah pintu. Aksinya itu mengejutkan semua orang.      

Lampard akhirnya bangkit berdiri dan berbicara. Dia adalah salah satu pemain yang mendukung Grant. "Maaf, boss. Tidak satupun dari kami disini yang ingin menyerah dalam pertandingan ini." Dia menoleh dan memandang rekan setim di belakangnya. Beberapa orang mendukungnya dengan menganggukkan kepala mereka.      

"Ya, kami semua ingin mengalahkan Nottingham Forest dan memenangkan kejuaraan." Kapten tim, Terry, juga menyatakan posisi tim. Yah, sekarang masalahnya sudah terselesaikan.      

"Kalau begitu dengarkan dengan baik!" Saat dia melihat Lampard bangkit berdiri dan mengingat apa yang baru saja dialami pemain itu, nada suara Grant sedikit melembut. Dia mengambil kembali jasnya dan melemparkannya ke samping. Dia mulai menjelaskan kepada para pemainnya tentang taktik yang akan digunakan di babak kedua.      

Di waktu yang bersamaan, dia merasa terkejut sendiri karena kehilangan ketenangannya barusan. Dia jadi mirip seperti pedagang keliling itu, Tony Twain dan menggunakan kata-kata untuk mengkritik dan memprovokasi para pemainnya.      

Tapi... barusan itu rasanya menyenangkan.      

※※※     

"Chelsea pasti akan melakukan penyesuaian, tidak selalu diantara pemain. Kemungkinan terbesarnya adalah penyesuaian taktis. Tapi... Aku tidak akan terkejut kalau Grant, pria tua itu, menggantikan Drogba. Seseorang yang seharusnya terkejut adalah Drogba." Duduk di area teknis, Twain berkata kepada orang-orang di sekelilingnya sambil tersenyum. Babak kedua akan segera dimulai, dan dia masih cukup rileks untuk bercanda dengan asisten manajernya.      

Sungguh aneh dia tidak memiliki mentalitas semacam ini saat mereka bermain melawan AC Milan. Bahkan saat dia melawan Chelsea arahan Mourinho, dia sama sekali tidak berani melonggarkan kewaspadaannya. Tapi, saat bertanding melawan Grant, dia selalu merasa seolah "semuanya ada dalam genggamanku."     

Dia tidak pernah menganggap pria Israel tua itu sebagai lawan sejati di benaknya...      

Kedua kubu bertukar tempat untuk kemudian bertanding lagi di babak kedua. Tidak satupun dari kedua tim melakukan pergantian pemain. Mereka hanya menyesuaikan taktik mereka. Nottingham Forest lebih menekankan pada bertahan, sementara Chelsea menggunakan keunggulan kick-off babak kedua ini untuk meluncurkan serangakaian serangan ke gawang tim Forest.      

Di menit ke lima puluh lima, Essien sekali lagi bergerak memasuki daerah belakang Nottingham Forest dari posisinya sebagai bek belakang. Setelah dia berhasil melewati Ribery, dia mengangkat kakinya untuk menembak dan tembakan itu meleset sedikit diatas mistar gawang.      

Dua menit kemudian, Drogba mendapatkan tendangan sudut dari kiri. Dia melompat tinggi untuk menyundul bola, tapi sayangnya, bola itu terlalu tinggi.      

Kira-kira sepuluh detik kemudian, Ballack tiba-tiba menggiring bola untuk melepaskan diri dari lini tengah dan menembakkan tendangan panjang. Bola memantul keluar dari tiang kanan.      

Selama periode ini, serangan Chelsea benar-benar menekan Nottingham Forest. Perlahan, dominasi tim Forest di lini tengah mulai menurun. Ini bukan berarti lini tengah Chelsea lebih kuat, tapi Grant telah menginstruksikan para gelandang untuk meningkatkan intensitas konfrontasi dan memperkuat seluruh lini tengah mereka karena George Wood adalah seorang gelandang yang tangguh. Kalau mereka masih bermain lembek melawannya, maka tidak heran kalau mereka kehilangan kendali di lini tengah.      

Basis untuk menentukan kemenangan adalah lini tengah. Dengan mendapatkan kendali di lini tengah, Chelsea memiliki harapan untuk bisa membalikkan situasi.      

Setelah ketiga pria ini, Ballack, Lampard dan Makalele mulai beraksi dengan serius, situasi Chelsea di lapangan segera berubah. Tak peduli seberapa kuat George Wood, dia tidak bisa menghadapi tiga orang sekaligus.      

Pepe, Pique dan lainnya sering melakukan penyelamatan yang krusial saat menghadapi gelombang serangan Chelsea. Selain itu, berkat tekanan dari Chelsea yang menyebabkan formasi Nottingham Forest terkompresi ke belakang, George Wood lebih mirip seperti bek tengah daripada gelandang bertahan. Bahkan van Nistelrooy juga mundur ke belakang untuk ikut bertahan, dan meninggalkan Eastwood sendirian di depan – dia ditempatkan disana agar siap membantu serangan balik. Tapi untuk sekarang, tim Forest sama sekali tidak punya peluang untuk menyerang balik.      

Grant memahami tim Tony Twain. Mereka adalah jenis tim yang tidak boleh diremehkan dan harus terus diawasi, bahkan saat mereka sudah mengepungnya. Oleh karena itu, saat dia menginstruksikan timnya untuk mengepung Nottingham Forest dan meluncurkan counter-press di lini tengah dan depan, mereka tidak boleh memberikan kesempatan bagi lawan untuk menyerang balik.      

Di menit ke enam puluh enam, Chelsea kembali mendapatkan tendangan sudut setelah melakukan bombardir serangan. Lampard mengeksekusi tendangan sudut. Serangan beruntun itu memberikan tekanan mental terhadap Edwin van der Sar. Tanpa menunggu bek untuk membuang serangan lawan, van der Sar bermaksud bergerak maju dan menangkap bola untuk benar-benar mengakhiri rangkaian serangan Chelsea.      

Tapi –      

"Tangkapannya luput!!" seru komentator.      

Edwin van der Sar memilih untuk bergerak maju yang memang sedikit beresiko. Ada tiga pemain di tengah. Saat dia bergerak maju, dia tidak bisa langsung mendapatkan bola. Kemungkinan terbaiknya, dia akan bisa membuang bola keluar. Itulah yang disadari oleh van der Sar di tengah udara, jadi dia segera mengubah strateginya yang membuatnya melewatkan targetnya...      

Bola itu melewati bagian depan tinjunya!     

Pada titik ini, orang-orang Nottingham Forest juga sangat terkejut sampai jantung mereka melompat ke tenggorokan, karena kapten Chelsea, John Terry berada di samping Edwin van der Sar.      

Bek tengah itu sangat bagus dalam menyundul bola...      

Mungkin dia terpesona melihat aksi Edwin van der Sar. Saat bola putih itu tiba-tiba melesat di hadapannya, Terry masih belum bereaksi. Dia segera mengayunkan kepalanya tapi dia berakhir dalam posisi yang sama seperti Edwin van der Sar – dia luput mengenai bolanya!     

"Hah --- " Kali ini, entah itu fans Nottingham Forest ataupun fans Chelsea, semua orang terkesiap.      

Bola itu tidak menyentuh siapapun. Bola bergulir melewati kotak penalti Nottingham Forest dengan kecepatan tinggi dan kemudian keluar dari garis batas lapangan di sisi yang lain.      

"Nottingham Forest berhasil lolos! Dan John Terry pasti merasa kesal kenapa dia tidak mengambil bola itu! Mereka punya kesempatan untuk memimpin atas Nottingham Forest!"     

Bola itu mengejutkan Twain sampai-sampai dia melompat bangkit dari kursinya dan memegang kepalanya sambil menunjukkan ekspresi kecewa. Untungnya, Terry tidak kehilangan akal di menit terakhir dan tidak menyundul bola dibawah situasi yang aneh.      

Di sisi lain, Grant juga melompat bangkit dari kursinya. Tapi dia merasa senang dan kesal sekaligus – pada awalnya dia melompat karena merasa senang, dan kemudian dia melompat lagi karena kecewa.      

"Chelsea kehilangan peluang yang bagus. Mungkin mereka akan menyesalinya setelah pertandingan usai. Tapi sekarang setelah Chelsea mendominasi lapangan, mereka masih bisa menciptakan lebih banyak peluang. Tentunya tim Chelsea yang ofensif akan bisa menggunakan peluang yang lain, bukan?"     

Tanpa harus menunggu Chelsea menggunakan peluang itu, lini pertahanan Nottingham Forest mungkin akan runtuh lebih dulu.      

Pique jatuh ke tanah dan tidak bangkit lagi setelah bertarung dengan sengit. Dia berguling-guling di tanah sambil memegangi betisnya. Dia mengalami kram otot.      

Dokter tim, Fleming kembali dipanggil dan langsung menghampiri. George Wood berusaha membantu dengan meluruskan kaki Pique sebagai pertolongan pertama.      

"Chelsea telah memberikan tekanan yang besar kepada kita..." gumam Kerslake.      

Tekanan yang mereka hadapi memang sangat tinggi. Para bek sangat sibuk sampai-sampai mereka pusing menghadapi serangan yang seolah tak ada hentinya. Sebagai seorang bek tengah, Pique tidak hanya harus menutupi posisi Bale, tapi dia juga harus kembali ke tengah dan bertahan melawan Drogba. Dia juga harus bergegas untuk merebut operan Chelsea di sayap, dan menghadang tembakan panjang Chelsea dengan tubuhnya...      

"Apa sudah waktunya untuk melakukan penyesuaian?" Dunn melihat Twain bangkit dan bertanya.      

Twain mengangguk.      

"Ini sedikit lebih awal dari yang diharapkan. Tapi rencana itu bukan untuk dilakukan sejalan dengan perubahan. Yang penting adalah komando di lapangan." Twain berjalan ke pinggir lapangan. Dia memanggil Wood dan van der Vaart.      

"Tekan keluar, jangan mengkerut di belakang. George, kau adalah gelandang bertahan, bukan bek tengah. Apa yang kau lakukan berlari ke dalam kotak penalti? Rafael, kita perlu mengandalkan skill individu-mu untuk membuat bola keluar. Kau bisa yakin kalau George akan melindungimu di belakang. Kalau lawan berusaha merebut bola, oper bolanya, oper dengan cepat dan potong ke depan!" Twain membuat isyarat tangan dan melanjutkan, "Jangan terlalu sering berkutat dengan mereka di lini tengah dan tertipu oleh Chelsea. Gunakan kecepatan tertinggi untuk melewati lini tengah. Langsung ancam gawang mereka dan tunjukkan apa yang bisa kalian lakukan. Itu akan membuat mereka sadar! Kapanpun ada peluang untuk melakukan tembakan panjang, gunakan itu. Kita tidak perlu mengejar tingkat keberhasilan serangan yang tinggi. Dibawah situasi ini, satu atau dua tembakan yang mengancam akan bisa membalikkan keadaan!"     

Saat dia berbicara dengan cepat, kedua pria itu mengangguk bersamaan.      

"Yah, pergilah kesana dan katakan pada yang lain tentang apa yang kukatakan, dan biarkan mereka menjalankannya."     

Setelah dia menepuk bahu keduanya dan mengirim mereka kembali ke lapangan, Twain tidak langsung kembali ke area teknis. Dia masih terus berdiri di pinggir dan memandang ke dalam lapangan. Situasinya semakin kritis, dan dia tidak bisa tetap tenang.      

Dia menoleh dan memandang ke arah Grant, yang juga sedang berdiri di pinggir lapangan.      

Permainan Chelsea kali ini membuatnya tertekan dan merasakan bahaya. Dia tidak lagi bisa bermain-main di pertandingan dan lawan ini seperti yang dia lakukan di awal babak kedua.      

Apa kelihatannya dia akan mengubah pandangannya tentang Grant?     

Mungkinkah akan ada gelombang perubahan minor di dalam pertandingan ini?     

Seberapa besar gelombang yang ingin kau timbulkan, Tn. Grant?     

Mau mendapatkan gelar? Aku tidak akan menyetujuinya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.