Mahakarya Sang Pemenang

Kekhawatiran Pepe



Kekhawatiran Pepe

0Setelah mereka mengalahkan Chelsea, Tony Twain dan timnya sekali lagi berada di halaman depan surat kabar. Mereka menerima perlakuan semacam ini untuk setiap kemenangan, yang membuat Twain jadi terbiasa.      

Para reporter berkumpul di luar kompleks latihan Wilford dengan harapan bisa mewawancarai pemain tertentu, atau mewawancarai Twain sendiri. Kali ini, Twain memang tidak mengeluarkan perintah yang melarang media untuk mewawancarai para pemainnya tapi tidaklah mudah bagi para reporter untuk mewawancarai Twain sendiri. Kecuali konferensi pers reguler, dia tidak akan mengucapkan sepatah kata pun di depan media.      

Seharusnya dia berada dalam suasana hati yang sangat baik setelah menang atas Chelsea. Tapi, Twain memberikan kesan seolah dia sedang berada dalam suasana hati yang buruk.      

Kenapa?     

※※※     

"Saat ini, cedera sedang mengganggu tim kita." Di dalam kantornya, Twain memukulkan tangan ke atas laporan yang diberikan kepadanya dari unit medis tim. "Sudah dikonfirmasi kalau Ashley Young akan harus absen setidaknya dua minggu dan jelas akan melewatkan pertandingan leg kedua melawan Chelsea. Tadinya aku berharap Pepe bisa diturunkan dalam pertandingan yang paling krusial ini. Barusan dokter tim mengatakan padaku kalau mereka tidak bisa menjamin kesehatan Pepe... Kondisi cedera pemain Brasil itu cukup rumit."     

Cedera Ashley Young telah dikonfirmasi sehari setelah pertandingan dan para dokter melakukan pemeriksaan mendetil terhadap kakinya yang cedera. Kabar baiknya adalah cedera itu tidak serius dan tidak akan membuatnya harus melewatkan musim ini. Kabar buruknya adalah dia tidak bisa diturunkan dalam pertandingan leg kedua melawan Chelsea.      

Di sisi lain, Pepe, yang mengalami cedera di bulan Januari, telah sembuh dan kembali berlatih. Operasinya berhasil dengan baik, tapi dia hanya boleh melakukan latihan kebugaran dasar di gym untuk saat ini. Mustahil baginya untuk berlatih bersama tim tanpa seijin dokter tim.      

Terdapat banyak bahaya yang tersembunyi di balik terlalu sering mengandalkan dua pemain, Kompany dan Pique untuk menopang lini pertahanan tengah. Kebobolan gol yang terjadi dalam pertandingan melawan Chelsea juga disebabkan oleh hal ini. Twain tidak yakin keberuntungan akan selalu berpihak padanya. Kalau sebuah kesalahan fatal terjadi di babak final, saat itu pasti sudah terlambat untuk menyesalinya.      

"Tapi bukankah Fleming bilang dia boleh bermain..." kata Kerslake.      

"Itu akan beresiko membuatnya cedera lagi dalam waktu dekat. Cederanya akan menjadi sebuah cedera kronis dan menjadi bom waktu di setiap musim. Aku tidak ingin mempertaruhkan masa depan Pepe." Twain menggelengkan kepalanya.      

"Tapi kita berada dalam kondisi yang bagus musim ini dan kurasa ini juga menjadi peluang terbaik kita untuk memenangkan gelar... Kalau ada masalah di lini pertahanan belakang..." Kerslake tidak melanjutkan karena kedengarannya sedikit tidak menyenangkan kalau dia mengatakannya keras-keras.      

Twain tetap diam. Dia merasa sedang menghadapi konflik.      

Cedera Pepe cenderung kaku dan kondisi fisiknya tidak berada di puncak. Kalau dia diijinkan bermain di pertandingan leg kedua melawan Chelsea, tidak ada yang bisa menjamin apakah kondisinya cukup baik untuk bermain selama sembilan puluh menit. Kalau dia cedera lagi, tim Forest tidak hanya kehilangan seorang pemain.      

Di sisi lain, musim ini memberikan peluang yang sangat bagus bagi tim Forest. Selain gelar EFL Cup yang biasa saja, Twain masih belum memenangkan trofi kelas berat meski dia telah menjadi manajer selama empat tahun. Walaupun manajer yang sukses hanya sedikit dan tidak semua manajer bisa mendapatkan trofi kejuaraan, Twain tidak ingin menjadi manajer yang gagal. Dia tidak ingin menjadi bagian dari massa. Dia adalah seseorang yang unik.      

Kalau Pepe bisa diturunkan, itu akan memberikan stabilitas yang cukup besar ke lini pertahanan belakang tim Forest. Twain belum mempercayai Kompany untuk pertandingan yang sangat penting. Dia masih terlalu muda.      

Saat dia menundukkan kepalanya untuk membaca laporan di tangannya, alis Twain bertaut.      

Kegembiraan setelah menang atas Chelsea segera menguap dan dia mulai cemas.      

"Teruskan pengamatan kalian dan kita akan bicara lagi nanti." dia menghela nafas.      

※※※     

Gym yang kosong menggemakan bunyi dentang peralatan. Pepe sedang memperkuat otot kakinya. Dia mengangkat dan menurunkan kakinya sambil menatap keluar jendela yang mengarah ke lapangan latihan.      

Kelihatannya latihan sudah usai, karena rekan-rekan setimnya mulai berjalan kembali ke ruang ganti satu persatu.      

Dia merasa tubuhnya tidak bermasalah, tapi dokter tim tidak mengijinkannya bermain dan berlatih di lapangan. Sebagai gantinya, dia melakukan latihan rehabilitasinya yang membosankan di gym ini setiap hari.      

Dia tidak diijinkan menyentuh bola sejak dia mengalami cedera dalam pertandingan melawan Reading di bulan Januari. Operasi dan pemulihan paska-operasi membutuhkan waktu hampir lima bulan lamanya dan dia masih tidak tahu kapan dia bisa kembali ke lapangan. Dia sudah muak.      

Dia pernah menemui dokter tim, Fleming, dan bertanya padanya kapan dia bisa berlatih dan bermain di lapangan lagi, dan Fleming mengatakan padanya kalau manajer Tony Twain harus memberikan persetujuannya sebelum Pepe bisa melakukan itu.      

Semua pertanyaannya dialihkan ke Twain, yang membuat semuanya jadi sederhana.      

Setelah semua orang meninggalkan lapangan latihan, Pepe akhirnya menghentikan gerakan mekanisnya. Dia memutuskan untuk mencari bos dan berbicara padanya tentang cedera yang dialaminya.      

Semua orang bekerja keras untuk mendapatkan gelar juara Liga Champions, dan dia tidak ingin menjadi seorang penonton di waktu seperti ini.      

Kalau pada akhirnya tim ini berhasil memenangkan Liga Champions, apakah dia akan naik ke panggung dengan memakai setelan resmi untuk menerima medali emas? Kalau memang begitu, sebaiknya dia mengikuti contoh bos dan melemparkan medali itu kepada para fans.      

Pepe baru saja bangkit berdiri saat dia melihat pintu gym didorong hingga terbuka.      

Wood melangkah masuk dengan bertelanjang dada.      

Wood sedikit terkejut saat dia melihat Pepe.      

"Seharusnya kau tidak berlatih selama ini."     

Pepe memotong ucapannya. "Kalau kau boleh berlatih ekstra. Kenapa aku tidak boleh melakukannya?"     

"Tapi kau cedera..."     

"Sudah sejak lama aku baik-baik saja!" Pepe jadi sedikit kesal. "Lihat" Dia duduk lagi dan melanjutkan gerakan mekanis yang telah dilakukannya. Lututnya menopang beban yang berat, dan dia menggerakkan betisnya naik turun.      

Wood mengawasi dalam diam sampai Pepe berhenti.      

Saat dia melihat Pepe menarik napas dalam-dalam di kursi, Wood berjalan menghampiri dan duduk di peralatan yang ada disampingnya.      

"Aku menemui Fleming dan dia bilang kalau boss yang memegang keputusan apakah aku akan bisa berlatih dan bermain. Hanya ada sedikit pertandingan yang tersisa musim ini. Saat aku cedera, aku setuju melakukan operasi karena kudengar mereka mengatakan kalau aku akan bisa tampil di pertandingan akhir musim. Sekarang, setelah operasinya berhasil, mereka masih tidak membiarkanku berlatih dan bermain. Bagaimana ini bisa terjadi?" gumam Pepe.      

Wood mengatur beban di peralatan sebelum dia memulai latihannya sendiri untuk meningkatkan kebugaran.      

Selama sesaat, hanya ada suara benturan peralatan yang terdengar di gym. Pepe masih duduk disana, sedikit terengah-engah, dan Wood tidak mengatakan apa-apa.      

Setelah beberapa waktu, Wood menghentikan latihannya dan memandang Pepe. "Apa kau akan menemui boss?"     

Pepe mengangguk.      

"Kalau kau tidak pergi sekarang, dia akan pulang." Wood mengingatkan.      

Pepe segera bangkit berdiri. Saat dia baru akan berlari keluar, Wood kembali menghentikannya dan bertanya, "Apa kau bisa tampil di final?"     

Pepe memberinya tatapan kosong selama sesaat dan kemudian baru menyadari kalau yang dimaksud Wood pastilah final Liga Champions. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "semuanya terserah boss."     

"Apa kau mau?"     

"Tidak ada yang mau melewatkan babak final." kata Pepe tegas.      

Wood mengangguk. "Kalau begitu pergilah. Susul dia sebelum terlambat."     

Pepe berlari melewati Wood dan keluar dari pintu sementara bunyi dentang peralatan kembali terdengar di belakangnya.      

※※※     

Pengingat Wood memang tepat waktu. Twain dan Dunn baru saja keluar dari kantor saat mereka melihat Pepe datang berlari sambil terengah-engah.      

"Kau masih belum pulang, Pepe?" Twain tampak sedikit terkejut.      

"Bisa aku bicara denganmu, boss?" Pepe memandang Twain.      

Twain menoleh ke arah Dunn.      

"Aku pulang duluan kalau begitu." Dunn dengan bijak meninggalkan mereka berdua.      

Setelah Dunn pergi, Twain kembali membuka pintu kantor dan mengundang Pepe ke dalam.      

"Kurasa aku sudah bisa menebak alasan kenapa kau datang kemari." Setelah dia menyuruh Pepe untuk duduk di sofa, Twain duduk di tepi meja kerjanya. Dia memandang pemainnya itu dan berkata, "Kebetulan sekali, kami membahas tentang dirimu pagi ini. Aku tahu kau ingin bertanding, dan aku juga ingin kau segera bertanding. Tapi situasinya tidak sesederhana itu. Dokter tim memberitahuku kalau tubuhmu masih belum siap."     

"Tapi aku merasa baik-baik saja, boss." Pepe beralasan. "Bagaimana mungkin aku tidak tahu tentang tubuhku sendiri?"     

Twain tersenyum. "Bukan itu masalahnya, Pepe. Hal terakhir yang paling diketahui manusia adalah tubuh mereka sendiri. Percayalah padaku saat aku merasakan hal yang sama sepertimu. Kita semua ingin agar kau bisa segera bermain dan bertanding. Bagaimanapun juga, ini adalah momen yang kritis bagi kita semua. Kami membutuhkan kemampuanmu dalam bertahan dan menyerang."     

Pepe menatap Twain, yang juga balas menatapnya. Pepe ingin melihat kejujuran di mata Twain, dan dia memang melihatnya.      

Twain mengatakan yang sebenarnya. Dia memang ingin Pepe segera pulih lebih daripada orang lain. Hanya saja dia tidak bisa menunjukkan pemikirannya ini secara publik. Kalau dia melakukannya, maka itu akan membuat Kompany merasa dia tidak mendapatkan rasa hormat yang layak dia dapatkan      

"Aku bertanya pada Fleming dan dia bilang kalau aku perlu menemuimu. Dan katanya kami harus mendengarkan keputusan darimu tentang apakah aku bisa berlatih dan bertanding, boss."     

Twain mengangguk untuk mengakuinya. "Itu benar. Aku memegang keputusan akhir disini terkait apakah seorang pemain bisa bertanding atau tidak. Dokter tim hanya bisa memberikan saran untuk rujukan. Tapi aku ingin kau tahu, Pepe, bahwa aku tidak ingin menghancurkan karirmu hanya karena kami membutuhkan hasil instan. Kau berada di momen yang penting saat ini dan kita tidak boleh terburu-buru."     

"Tapi aku tidak mau melewatkan babak final Liga Champions karena cederaku, boss." sikap Pepe juga tegas dalam hal ini.      

"Tidak ada yang mau melewatkannya, Pepe. Aku juga tidak mau apa yang terjadi pada Wood terjadi lagi pada salah satu dari kalian. Jadi, untuk saat ini aku tidak bisa membiarkanmu bertanding hanya untuk berjaga-jaga. Bagaimana kalau kau tak berhati-hati saat bertanding dan cedera lagi?"     

"Tapi pertandingan semifinal juga kunci..."     

Twain tersenyum. "Kau cemas. Tidak ada yang perlu dicemaskan. Kitalah, Nottingham Forest dan bukan Chelsea, yang akan pergi ke Athena. Apa kau menonton pertandingan leg pertama?"     

Pepe mengangguk. "Aku menontonnya di rumah."     

"Dengan semua pemain tampil begitu baik, bagaimana mungkin kita akan tereliminasi? Aku sudah mengatakan pada mereka semua untuk tidak berhenti sampai kita mendapatkan gelar Liga Champions. Dan sekarang aku harus menambahkan hal lain – kita tidak akan berhenti sampai semua orang ada disini. Baik itu kau, Ashley Young ataupun Paul Gerrard, kita tidak akan berhenti sampai semua orang kembali ke tim. Nottingham Forest adalah unit dan tim yang komplit. Tentu saja, kita harus pergi ke Athena sebagai tim yang komplit untuk mendapatkan trofi kejuaraan. Semua orang di tim jelas harus menjulurkan tangan mereka dan tidak ada seorangpun yang ditinggalkan. Jadi, jangan pikirkan tentang ini dan percayalah bahwa operasi yang kau jalani dan empat bulan perawatan pemulihan paska-operasi itu tidak akan sia-sia."     

Apa lagi yang bisa dikatakan Pepe setelah mendengar ini?     

"Mulai besok, kau bisa berlatih bersama tim." tambah Twain. Inilah yang paling ingin didengar Pepe. Dia sudah muak berlatih sendirian di gym.      

Pepe akhirnya tersenyum.      

"Tapi aku ingin mengingatkanmu, jangan membuat dirimu sendiri cedera selama latihan."     

Pepe mengangguk, "Aku tahu, boss."     

"Pulanglah. Hati-hati di jalan dan beristirahatlah."     

"Sampai jumpa, boss."     

Dengan kabar baik itu, Pepe meninggalkan kantor dengan gembira. Twain mengunci kantornya dan berjalan pulang tanpa terburu-buru.      

Di gerbang, dia bertemu George Wood, yang juga berjalan kaki setelah mandi dan berganti pakaian.      

Twain sudah terbiasa dengan kebiasaan Wood melakukan latihan tambahan setelah latihan rutin. Dulu dia merasa cemas kalau tubuh Wood tidak akan bisa menanggungnya dan karenanya melarang Wood melakukan latihan tambahan. Di kemudian hari, dia sadar bahwa anak itu adalah monster dari luar angkasa. Latihan ekstra sama sekali tidak memberikan pengaruh negatif terhadap tubuhnya, jadi dia membiarkan Wood melakukannya.      

"Hey, George, ayo kita pulang sama-sama." Twain memanggil Wood sambil berdiri di gerbang untuk menunggunya.      

Wood menghampirinya dan bertanya, "Apa dia menemukanmu?"     

"Ya, dia benar-benar ingin bertanding, tapi kukatakan padanya kalau dia tidak bisa melakukannya sekarang."     

Saat dia mendengar Twain mengatakan itu, Wood terdiam sejenak, lalu bertanya, "Lalu kapan dia bisa bertanding?"     

"Di final." Twain tersenyum.      

Kedua pria itu berjalan berdampingan, dan Twain tiba-tiba saja teringat sesuatu. Dia menoleh dan bertanya, "George, berapa banyak kartu kuning yang kaumiliki?"     

"Masih kurang dua kartu dari skorsing otomatis." jawab Wood.      

Twain memikirkan tentang ini. Dia masih kurang dua kartu dengan satu pertandingan tersisa. Kalau Wood mendapatkan kartu kuning di pertandingan leg kedua, itu tidak akan terlalu berpengaruh. Tapi kalau dia mendapat dua kartu kuning... maka tak peduli berapa banyak kartu kuning yang dimilikinya sebelum ini. Itu jelas akan memberinya kartu merah.     

"Yah... Berhati-hatilah." Twain hanya bisa mengeluh dalam hati tentang betapa bagusnya seandainya dia memiliki pemain cadangan yang berkualitas untuk menggantikan Wood.      

"Aku tahu, aku akan berhati-hati."     

Kedua pria itu berjalan keluar dari Wilford Lane dalam diam. Wood akan berjalan ke utara sementara Twain ke selatan, jadi mereka akan berpisah jalan disini.      

"George, bagaimana kabar ibumu?" tanya Twain tiba-tiba.      

Wood mengangguk. "Sangat bagus."     

"Sudah cukup lama aku tidak melihatnya..."     

"Dia tahu kau sangat sibuk, jadi dia tidak memintaku untuk menghubungimu."     

Twain menggosok hidungnya. Dia tidak sesibuk itu sampai-sampai tak punya waktu untuk berkunjung. "Setelah musim ini berakhir, aku akan membawa Shania bersamaku untuk mengunjunginya."     

Wood membuka mulutnya dan akhirnya mengangguk. "Aku akan memberitahunya."     

"Sampai jumpa, George. Beristirahatlah."     

"Sampai jumpa, chief."     

Setelah melambaikan tangan pada Wood, Twain berdiri sendirian di Wilford Lane saat hari senja, memandang ke barat untuk mengagumi awan oranye dari matahari yang terbenam saat hari mulai gelap. Lalu perlahan dia mulai berjalan pulang.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.