Mahakarya Sang Pemenang

Kontes



Kontes

0"Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, sambutlah pertandingan kelas berat untuk babak 16 besar Liga Champions UEFA yang dibawakan ESPN hanya untuk Anda! Tim yang bertanding, Barcelona dan Nottingham Forest, adalah rival di babak final Liga Champions musim lalu! Berkat kata-kata dan aksi manajer Tony Twain setelah babak final itu, keduanya telah mengumpulkan rasa permusuhan di musim ini, dan kini mereka bisa menyelesaikan perseteruan ini di lapangan!" komentator ESPN Cina menggambarkan pertandingan antara kedua tim ini seperti sebuah pertarungan dalam sebuah novel seni bela diri, tapi ini memang cocok untuk menggambarkan hubungan terbaru antara kedua tim.      

Penggemar Barcelona di Cina pasti tidak menganggap Nottingham Forest sebagai tim pejuang yang bisa dibandingkan dengan tim kesayangan mereka. Banyak penggemar Barcelona sangat membenci Tony Twain dan akan menggertakkan gigi mereka saat mendengar nama itu.      

Adanya komentar ESPN Cina ini menunjukkan bahwa babak 16 besar pertandingan ini telah menarik perhatian seluruh dunia. Berkat sensasi yang ditimbulkan media selama beberapa waktu, semua orang merasa tertarik dengan kelanjutan babak final tahun lalu.      

Tidak hanya di Inggris dan Barcelona, tapi juga di seluruh Inggris, Spanyol dan negara-negara Eropa lainnya serta Cina, Jepang, Asia Tenggara dan Amerika Selatan akan bisa menonton siaran langsung pertandingan ini melalui satelit.      

Skor kedua tim adalah 1:1 di babak pertama, tapi hal ini masih belum cukup bagi para penonton.      

Hingga saat ini, kedua tim hanya mencetak total dua gol. Tidak ada kartu kuning ataupun kartu merah, tidak ada konfrontasi fisik yang ganas, dan tidak ada suara makian dari tribun. Tidak ada apa-apa. Hal ini tidaklah sesuai dengan deskripsi yang dilekatkan pada pertandingan ini –"Benturan yang Dahsyat".      

Komentator sudah mempersiapkan banyak leksikon, siap mengilustrasikan seberapa indah dan mendebarkannya permainan ini tapi kini semua itu percuma.      

Tony Twain jelas bukan orang suci yang akan mengorbankan dirinya demi memenuhi keinginan orang lain. Rijkaard merasa terganggu dengan pertahanan tim Forest yang benar-benar kuat. Oleh karenanya, semua orang berharap mereka akan bisa melihat perubahan di babak kedua. Tak peduli pihak mana yang mencetak gol, atau siapa yang akan dikeluarkan, atau mengalami cedera serius, selama ada kecelakaan yang bisa memecahkan kebuntuan saat ini, maka babak kedua itu akan bisa dikatakan luar biasa!     

"Babak kedua pertandingan ini baru saja dimulai dan hal yang mengejutkan, Barcelona telah meluncurkan sebuah serangan yang ganas ke arah gawang Nottingham Forest! Mereka ingin mencetak gol secepat mungkin. Mari kita lihat cara Nottingham Forest mengatasi serangan itu... Ah, itu mengecewakan. Mereka masih terus menggunakan pertahanan! Apakah Tony Twain sudah merasa puas meninggalkan Camp Nou hanya dengan satu gol?"     

Siaran televisi menunjukkan gambar close-up wajah Twain, yang sedang duduk di area teknis.      

Senyum yang tadi menghiasi wajah Twain kini sudah hilang. Ekspresi di wajahnya perlahan mulai tampak serius.      

"Well, kelihatannya dia tidak tampak puas."     

※※※     

George Wood tidak lupa dengan apa yang dikatakan Tony Twain kepadanya selama jeda turun minum. Dia sudah diberitahu agar tidak semata-mata bergantung pada pertahanan. Dia harus menemukan cara agar bola diarahkan ke depan. Tapi, bukan berarti dia tidak ingin mengirimkan bola ke depan, melainkan serangan Barcelona terlalu gencar sampai-sampai dia tidak punya waktu untuk membawa bola ke depan.      

Rutinitas serangan Barcelona di babak kedua menjadi semakin gesit. Ronaldinho tidak lagi menjadi satu-satunya inti dari tim. Kalau dia menjaga pria Brasil itu dengan ketat, mereka akan mengoper bolanya ke Messi atau Eto'o dan kemudian Deco, Iniesta dan Xavi akan bergerak maju. Serangan Barcelona mirip seperti ombak tinggi yang datang satu per satu, yang semakin lama semakin tinggi daripada sebelumnya.      

Tak peduli seberapa bagusnya George Wood, dia tidak bisa berada di sayap kiri, di lini tengah dan di sayap kanan pada waktu yang bersamaan. Untungnya, tim memberinya dukungan yang cukup banyak di babak kedua.      

Saat ini pertandingan mengalami kebuntuan dan serangan Barcelona memang terlihat ganas tapi sebenarnya itu tidak bisa memberikan ancaman nyata ke gawang Nottingham Forest. Dalam sebagian besar serangan, Deco dan yang lainnya hanya bisa memilih untuk melakukan tembakan jarak jauh. Aksi Eto'o dan Messi di kedua sayap bahkan dijaga lebih ketat. Tim Forest memang mahir dalam hal pertahanan kompresif semacam ini.      

Di babak final tahun lalu, Barcelona sudah merasakan sendiri teknik yang sama dari tim Forest. Tipe pertahanan semacam ini membuat mereka tak bisa menjebol gawang tim Forest hingga pertandingan berakhir. Kali ini, lineup tim Forest sudah komplit. Tidak ada yang diusir dari lapangan dan kiper juga tetap sama, van der Sar. Ada pula inti pertahanan, George Wood yang mempertahankan lini tengah. Twain merasa percaya diri dalam memainkan serangan balik defensif terhadap Barcelona.      

Dia ingin pertahanan gaya-kongkritnya, yang diwarisinya dari Italia, bisa meredam serangan yang sangat dibanggakan Barcelona, dan kemudian memberikan pukulan fatal dalam kecepatan tinggi!     

Untuk saat ini, kelihatannya situasi pertahanan mereka baik-baik saja dan mereka bisa menghilangkan ancaman dari serangan Barcelona. Sekarang semua bergantung pada serangan mereka sendiri.      

※※※     

Saat tim sedang bertahan, Ribery dan Ashley Young yang berada di kedua sayap, kadang-kadang ikut terlibat dalam bertahan. Ashley Young sering bergerak mundur untuk membantu pertahanan, tapi Ribery tidak bisa melakukan hal yang sama seperti rekan setimnya itu. Segera setelah dia bergerak mundur, Wood akan menatapnya. Meski Wood tidak mengatakan apa-apa, Ribery paham.      

Wood merasa cemas tidak ada cukup orang di depan dan saat tiba waktunya untuk menyerang, dia tidak akan bisa bergerak maju, jadi dia tidak diijinkan sering-sering bergerak mundur untuk bertahan.      

Sebenarnya dia ingin sekali mengatakan pada Wood bahwa dia tidak punya masalah dengan staminanya dan cukup cepat untuk melakukan lari bolak balik dari belakang ke depan. Tapi melihat Wood yang bersimbah peluh, dia membuka mulutnya dan segera mengurungkan niatnya.      

Baiklah, aku hanya akan menunggu kalian mengoper bola ke depan.      

Ketika Ronaldinho mendapatkan bola, George Wood segera mencondongkan tubuhnya ke depan. Kali ini, pria Brasil itu tidak menggiring bola ke tengah melainkan bergerak ke sayap kanan. Dia ingin berkoordinasi dengan Messi.      

Wood mengikuti Ronaldinho ke sayap kiri dan Messi segera paham apa yang ingin dilakukan oleh rekan setim seniornya itu. Dia sudah siap menerima bola.      

Wood bukan orang bodoh. Didekatnya, dia juga sadar bahwa Messi akan berlari ke tengah. Haruskah dia mengikuti Ronaldinho atau Messi?     

"George!" Bale memanggilnya dari belakang. Tampak jelas kalau monyet kecil itu juga berada dalam dilema yang sama.      

Wood melambaikan tangannya di belakang punggung dan mengisyaratkan agar Bale menggantikannya di lini tengah sementara dia akan bertahan di sayap. Dia memutuskan bahwa terlepas dari apakah Ronaldinho akan mengoper bola atau menerobos sendiri sambil membawa bola, dia akan tetap mengikutinya.      

Setelah Ronaldinho datang ke sayap, Messi memotongnya dari belakang. Pada saat itu, Wood meningkatkan penjagaan dan matanya terpaku pada bola. Saat Ronaldinho memutar bolanya, dia hampir saja bergerak untuk merebut bola. Ronaldinho tidak mengoper bolanya. Messi melakukan gerakan tipuan seolah menerima bola tapi untungnya Wood tidak bergerak. Kalau tidak, dia pasti telah memberikan celah untuk diterobos Ronaldinho.      

Messi berlari tanpa bola dan Bale menyusulnya. Ronaldinho tidak mengoper bola dan kehilangan peluang untuk mengoper. Kalau sekarang dia berusaha mengopernya ke Messi, itu bukan langkah yang bagus. Kelihatannya dia akan harus berhadapan dengan Wood lagi di sayap.      

Sebenarnya, Ronaldinho memang bermaksud mengoper bola kepada Messi saat jalur mereka saling berpotongan, dan lalu dia bisa melepaskan diri dari penjaganya untuk kembali menerima bola dan memposisikan tembakannya sendiri. Tapi saat dia melihat Wood mengawasi bola dengan cermat, dia berubah pikiran saat dia mengayunkan kakinya dan mengubahnya menjadi gerak tipuan.      

Dia hanya berhasil unggul satu kali saat berhadapan dengan Wood beberapa kali di babak pertama. Dia tidak ingin melupakan itu.      

Dia mahir dalam melakukan berbagai jenis tipuan di sayap, khususnya aksi yang paling dikuasainya: Gaucho!     

Wood tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh lawannya. Dia hanya terfokus pada bola dan bahkan tidak mendongak untuk melihat ekspresi di wajah Ronaldinho saat itu.      

Dia terpaku pada bola. Tak peduli bagaimana Ronaldinho memutar kakinya di sekeliling bola untuk mengganggunya, dia hanya mengawasi posisi bola. Kalau bola itu tidak bergerak, dia tidak bergerak. Dia sama sekali tidak takut waktu akan berlalu begitu saja. Bagaimanapun juga, bukan dia yang harus merasa cemas. Barcelona-lah yang seharusnya cemas, karena mereka sangat ingin menang. Tapi di waktu yang bersamaan, tubuhnya tampak setegang tali yang akan melontarkan anak panah.      

Tiba-tiba saja, bola bergerak maju ke arahnya dan hampir saja melewati sisi kanannya!     

Tanpa ragu Wood bergerak ke kanan.      

Tapi dimana bolanya?     

Dia tadi melihat dengan jelas kalau bolanya bergerak ke kanan, jadi bagaimana mungkin bolanya hanya bergerak sedikit dan tiba-tiba saja melakukan perubahan sejauh sembilan-puluh derajat di udara lalu terbang ke sisi kiri tubuhnya?     

Tanpa menunggunya memahami alasan dibalik itu semua, Ronaldinho sudah bergegas melewati sisi kiri tubuhnya!     

"Gaucho! Mendebarkan! Benar-benar mendebarkan.... apa lagi yang bisa kita katakan selain betapa cemerlangnya aksi itu? Tidak, kata-kata saja tidak akan bisa menjelaskan betapa luar biasanya pertunjukan ini! Ya, ini adalah pertunjukan! Skillnya barusan membuat pertunjukan ini menjadi sebuah karya seni!"     

Bersamaan dengan pujian yang dilontarkan komentator, terdengar sorakan keras di Camp Nou dan di seluruh Barcelona. Suara itu adalah demonstrasi dan peringatan bagi Nottingham Forest, yang berniat untuk berlagak sombong di wilayah mereka.      

Kami punya Ronaldinho! Dia adalah pesulap sepakbola yang diberikan Tuhan kepada dunia!     

Seseorang di bangku pemain cadangan Barcelona bangkit berdiri untuk mengguncang-guncangkan lengannya dan meneriaki terobosan Ronaldinho barusan sekaligus mengantisipasi gol yang akan terjadi.      

Ronaldinho yang menggiring bola untuk menembak dari sudut sempit atau mengoper bolanya ke pemain lain akan sama-sama berpeluang besar untuk berhasil. Eto'o dan Messi, dan bahkan Deco, bergegas ke depan area gawang tim Forest secepat yang mereka bisa.     

Dan karena Bale sudah diterobos, Wood terlewati. Kompany dan Pique, yang seharusnya bertahan melawan semua orang itu di lini tengah, harus memisahkan diri. Satu pemain harus bergegas ke sayap dan menghentikan Ronaldinho.      

Situasi di depan gawang tim Forest menghadapi bahaya kritis!     

Pique menoleh ke arah Kompany dan tanpa ragu bergegas menuju Ronaldinho. Namun, dia baru saja akan mulai berlari saat dia mendengar suara raungan, seolah-olah suara guruh entah dari mana meledak di telinganya. "Kembali! Lindungi lini tengah!"     

Segera setelah itu, dia melihat George, yang baru saja dilewati Ronaldinho dan telah kehilangan keseimbangannya, berbalik dan berlari cepat. Wajahnya tampak garang, seolah dia adalah seekor panther hitam yang telah melihat mangsanya.      

Pique takut saat dia melihat ekspresi Wood dan reaksinya yang cepat. Dia tidak mundur untuk bertahan melainkan justru berdiri membeku di tempatnya.      

Ini adalah peluang yang bagus bagi Ronaldinho. Pertahanan tim Forest di lini tengah telah dikoyak oleh terobosannya. Terdapat tiga pemain Barcelona di depan gawang dan mereka mencakup semua bagian di lini depan. Selama umpan diberikan dengan efektif, kemungkinan mereka berhasil mencetak gol sangatlah tinggi!     

Dia tidak lagi ragu dan bersiap untuk menendang bola.      

Saat itulah dia melihat Messi, yang bergegas berlari ke depan, tiba-tiba saja berhenti bergerak dan melihat ke arahnya dengan ngeri, seolah-olah dia telah melihat sesuatu yang luar biasa.      

Dasar bajingan bodoh. Kenapa kau berdiri di tempat yang sama? Kau berada di jalur yang sama seperti Pique. Bagaimana mungkin aku bisa mengoper bola padamu?     

Ronaldinho mengomeli Messi di dalam hati karena dia tiba-tiba berhenti disana di momen krusial ini dan benar-benar melupakan bahaya yang ada di sekelilingnya.      

Saat Wood berlari mundur untuk bertahan, dia melihat Ronaldinho mengayunkan kakinya tinggi-tinggi dan terlihat seolah hendak mengoper bola. Kaki yang dijadikan penopang masih agak jauh dari bola. Ini adalah peluang terbaik, dan juga satu-satunya peluang...      

"Sebuah dorongan yang ganas oleh George Wood! Ow!" Komentator berteriak seolah dia telah didorong keluar lapangan oleh Wood.      

Wood mendorong bola keluar pada saat Ronaldinho sudah siap untuk mengopernya, dan kekuatan besar yang tak terbendung menghantam pria Brasil itu keluar dari area penalti. Keduanya terjatuh dan berhenti di depan papan billboard diluar perimeter lapangan.      

Stadion Camp Nou terkesiap dan kemudian segera meraung, "Tendangan penalti!!"     

Suara-suara yang sama terdengar dari bangku cadangan Barcelona. Rijkaard melangkah maju dan bergegas ke tepi lapangan, berniat untuk bersorak saat tendangan penalti diberikan.      

Tapi apa yang mereka lihat?     

Asisten wasit dan wasit menunjuk ke arah bendera sudut di saat yang bersamaan!     

Tendangan sudut?     

Tendangan sudut!     

Tendangan sudut?!     

Rijkard tersentak. Dia sangat marah.      

Fans Barcelona menyerah dan para pemain Barcelona juga menyerah. Ronaldinho masih terbaring di tanah dan terlihat kesakitan, siap membuat Wood mengambil tanggungjawab atas pelanggaran itu. Pada akhirnya, setelah dia melihat isyarat tangan wasit dengan jelas, dia langsung melompat bangkit dari tanah dan melambaikan tangannya dengan marah ke arah wasit untuk memprotes hukuman itu. Rekan setimnya sudah sejak tadi bergegas mengerumuni wasit untuk membantah keputusannya.      

"Wasit memutuskan untuk memberikan sebuah tendangan sudut.... Ini luar biasa. Dorongan George Wood sangat ganas dan terlihat mematikan. Dan mereka hanya diberi tendangan sudut? Mari kita lihat lagi tayangan ulangnya..."     

Momen itu diulang dalam gerak lambat. Gambar itu menunjukkan bahwa Wood menendang bolanya lebih dulu, dan karena lajunya tak bisa dihentikan, Ronaldinho terdorong karenanya. Keputusan wasit itu tidak salah.      

"Yah, kelihatannya itu memang sebuah tendangan yang bersih dan indah. Itu tadi benar-benar nyaris. Kalau dia terlambat satu detik saja, aku yakin kakinya pasti akan membentur kaki kanan Ronaldinho."     

George Wood ditarik bangun oleh Pique. Bocah Spanyol itu menepuk pahanya. Dia masih ragu-ragu saat dia mengatakan, "Aku sama sekali tidak mengira kalau kau akan benar-benar pergi kesana untuk mendorong bolanya..."     

"Apa ada cara lain?" tanya Wood dengan bingung.      

"Bukan, er.. maksudku, apa kau tidak takut mendapat hukuman?"     

"Aku tidak terlalu memikirkannya." Jawaban Wood itu membuat Pique tak tahu harus berkata apa. Haruskah dia mengatakan bahwa Wood bermain dengan terampil dan berani atau apakah dia hanya menggunakan otot tanpa otak?     

Bale berlari kegirangan dan memeluk Wood dengan paksa sambil berteriak, "Kau melakukan pekerjaan yang bagus, George! Kau tahu kalau dia akan meninggalkan bolanya, bukan?"     

Wood mendorongnya menjauh. "Baiklah, pergilah dan bertahanlah terhadap tendangan sudut itu."     

Bale meninggalkannya dengan patuh. Saat itulah, Wood baru menyadari Ronaldinho yang berada di dekatnya sepanjang waktu dan menatapnya tajam dengan ekspresi marah di wajahnya. Dia pasti masih marah karena hukuman dari dorongan tadi hanyalah tendangan sudut dan bukan tendangan penalti. Dia tidak ingin terlalu memikirkannya, tapi Ronaldinho menghentikannya saat dia baru akan beranjak pergi.      

"Hey, hey!" Ronaldinho tidak bisa berbicara banyak dalam bahasa Inggris. Dia hanya bisa mengatakannya dalam bahasa Portugis, "Itu tadi jelas pelanggaran! Kalau kau bermain lebih jujur, bukan kau yang seharusnya merayakan disini!"     

Sebenarnya, kedengarannya dia seperti sedang mengomel sendiri. Ronaldinho juga tidak berharap George Wood akan memahami bahasa Portugisnya.      

Dia sama sekali tidak mengira kalau Wood akan berhenti dan menatapnya tajam saat mendengarnya berbicara. Kelihatannya, dia paham.      

Wood hanya menatap Ronaldinho dan pada akhirnya tidak mengatakan apa-apa. Dia berbalik dan kembali berlari.      

Para pemain Barcelona masih mengerumuni wasit. Rijkaard berusaha menarik perhatian ofisial keempat karena dia terlalu marah.      

Dia berulangkali mengatakan kepada ofisial keempat bahwa dia yakin tekel itu adalah sebuah pelanggaran di area penalti. Sebuah tendangan penalti seharusnya diberikan. Ofisial keempat menjawab seperti robot dengan jawaban yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan terus mengulanginya, "Saya percaya dengan keputusan wasit di lapangan. Belum lagi ini adalah keputusan yang diambil oleh wasit dan asisten wasit di waktu yang bersamaan. Tidak ada masalah dengan penilaian mereka. Tolong tenangkan diri Anda, Tn. Rijkaard."     

Tapi bisakah dia menenangkan dirinya?     

Seolah sengaja ingin memprovokasinya, Twain bangkit dari kursinya, mengguncangkan lengannya dan bersorak. Kemudian dia berbalik ke arah para fans yang marah di tribun stadion Camp Nou dan mengacungkan – bukan jari tengahnya, tentu saja – jari telunjuknya di depan bibir dan mengerucutkan bibirnya. Maknanya tidak bisa lebih jelas lagi. Dia ingin agar para fans Barcelona yang ribut itu sedikit tenang.      

Bisakah fans Barcelona menjadi tenang?     

Twain tidak senaif itu. Dia hanya menggoda mereka. Sebagai akibatnya, seperti yang diinginkan olehnya, tribun utama dibelakang area teknis meledak seperti gunung berapi, dan serangkaian cemoohan dan makian bersuara keras tiba-tiba saja terdengar dan diarahkan pada Tony Twain.      

Rijkaard jelas melihatnya. Dia menunjuk ke arah Twain dan berteriak kepada ofisial keempat yang ada disampingnya, "Kau sebaiknya membuat bajingan itu tenang duluan!"     

Ofisial keempat menoleh dan melihat adegan dimana Twain menggoda para fans Barcelona, jadi dia segera meninggalkan Rijkaard dan bergegas berlari ke arah Twain. Dia berdiri diantara Twain dan fans di tribun utama dan mengantarnya kembali ke area teknis tim tamu.      

"Tolong pikirkan kata-kata dan tindakan Anda, Tn. Tony Twain!" dengan ekspresi suram, ofisial keempat yang dikirimkan oleh UEFA memperingatkan Twain yang sedang membuat dirinya menjadi lawan para fans. "Jangan membuat masalah bagi kami, dan jangan membuat diri Anda terlibat masalah!"     

Twain akhirnya menarik jari telunjuk dari bibirnya. Dia menunjuk ke arah para fans yang penuh semangat di tribun dan berkata kepada ofisial keempat. "Para fans itu menyebut para pemainku bajingan dan berbuat curang. Apa UEFA punya ketetapan untuk menghukum atau mencegah jenis situasi semacam ini?"     

Ofisial keempat itu membeku sejenak dan kemudian menggelengkan kepalanya, "Tidak, kami tidak punya..."     

Twain bersiul. "Dan itu adil?" Dia mengangkat bahunya dan berbalik untuk berjalan kembali ke tempatnya. Di belakangnya, suara cemoohan dan makian terus terdengar. Angin sepertinya ikut mendukung semua gelombang suara itu dalam menyerangnya dan seolah ingin membenamkan sosoknya sepenuhnya.      

Arah yang ditujunya membuatnya harus menghadapi Rijkaard secara langsung. Tatapan mereka bertemu dari kejauhan. Ketika Twain melihat Rijkaard, dia mendekatinya dan merentangkan tangannya ke arah lawannya. Dia memiringkan kepalanya dengan tatapan tak berdaya. Tindakannya itu membuat Rijkaard membencinya. Pria Belanda itu biasanya bukan pria yang suka bertengkar dengan orang lain. Tapi, di hadapan seorang bajingan seperti Tony Twain, dia tidak bisa menahan amarahnya.      

"Bajingan busuk itu!" Dia berbalik dan meninju awning di area teknis.      

"Tenangkan dirimu, Frank!" asisten manajernya, pria Belanda yang terkenal, Neeskens, yang lebih tua darinya, harus berteriak untuk mengingatkannya. "Kau adalah jiwa dari tim ini, pemimpinnya. Kau tidak boleh terpancing oleh tim lain hingga kehilangan ketenanganmu!"     

"Maafkan aku... aku baik-baik saja sekarang." Rijkaard menutupi kepalanya dengan kedua tangan sambil duduk. Jari jemarinya sepenuhnya terbenam di dalam rambutnya yang ikal dan menggosok kepalanya.      

※※※     

Twain melihat semua itu dengan mata kepalanya sendiri. Meski dia tidak bisa mendengar percakapan antara Neeskens dan Rijkaard, dia tahu bahwa Rijkaard tidak bisa benar-benar tenang.      

Tujuannya telah tercapai.      

Dia bisa mengalihkan perhatiannya kembali ke lapangan setelah ini. Sementara tentang makian para fans Barcelona dibelakangnya? Yah, dia tidak mengerti bahasa Catalan.      

Sementara untuk kata universal, "f**k", kata bahasa Inggris yang-mudah-dipahami, telinganya bisa mengabaikannya secara otomatis.      

Para pemain Barcelona yang mengerumuni wasit tidak mendapatkan hasil yang mereka inginkan. Wasit dan asisten wasit sama-sama sepakat dalam hal ini. Wasit bahkan tidak perlu berlari untuk menanyakan pendapat asisten wasit. Dia segera memutuskan untuk memberikan tendangan sudut. Dia mengusir para pemain Barcelona di sekelilingnya dan mengatakan pada mereka agar cepat mengambil tendangan sudut itu atau dia harus mengeluarkan kartu kuning untuk memperingatkan beberapa diantara mereka yang masih mengomel.      

Keputusan itu memberikan dampak yang besar bagi seluruh tim Barcelona, yang melanda mood dan semangat mereka dalam berbagai tingkatan.      

Tendangan sudut Ronaldinho tidak bagus. Bolanya terbang diatas mistar gawang dan bisa diblokir dengan mudah oleh Edwin van der Sar.      

Para fans Nottingham Forest, yang suaranya baru saja tertekan oleh suara cemoohan, kini mulai terrdengar. Mereka menyanyikan lirik lagi yang dibuat langsung di lokasi sejalan dengan musik yang sedang populer saat itu. "Kau punya Ronaldinho, kami punya George Wood! Gerak kakimu terlihat mewah, sekopan kami sangat ganas dan langsung – dan bukan pelanggaran! La, la, la, dan bukan pelanggaran! Kau ingin tendangan penalti tapi itu tidak mungkin! Tidak! Mungkin!"     

Saat suara nyanyian fans Forest mulai merambat di tribun, tim Nottingham Forest, mengenakan jersey tandang mereka yang berwarna kuning, Edwin van der Sar meluncurkan sebuah serangan dengan jalan melemparkan bola menggunakan tangannya.      

Lemparan tangan kiper Belanda itu mencapai jarak yang cukup jauh. Bolanya hampir mencapai lini tingah. Franck Ribery meuncul di tengah dan menerima bola.      

Para pemain bertahan telah melakukan pekerjaan mereka dengan baik. Mereka telah berhasil menghentikan beberapa serangan Barcelona. Sekarang adalah giliran para pemain penyerang untuk memainkan peranan mereka.      

"Meski mungkin terlalu berlebihan untuk mengatakan ini, kurasa aku akan tetap mengatakannya – lama tidak bertemu, para pemain penyerang Nottingham Forest!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.