Mahakarya Sang Pemenang

Wood di Bernabéu? Bagian 1



Wood di Bernabéu? Bagian 1

0Mereka baru saja melakukan pergantian pemain dan tim sudah kebobolan lagi. Media dan fans tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan ini untuk menyerang Luxemburgo. Menurut pandangan mereka, pergantian pemain yang dilakukan Luxemburgo adalah tindakan pengecut yang membuatnya pantas menerima hukuman ini.     

Tapi, Luxemburgo sama sekali tidak bisa memikirkan tentang itu. Saat ini, berdiri di stadion Bernabéu yang dipenuhi suara cemoohan, dia sudah memikirkan tentang masalah lain.     

Real Madrid, yang sekali lagi kebobolan gol, tampaknya sudah kehilangan motivasi untuk terus bertarung karena pergantian pemain yang dilakukan manajer mereka. Mereka menganggap bahwa mereka telah bermain buruk di pertandingan ini dan bahwa manajer mereka juga tidak kompeten. Para pemain di lapangan tidak bisa berbuat apa-apa lagi.     

Real Madrid telah kehilangan semua keinginan mereka untuk bertarung.     

Setelah berhasil unggul lagi, Nottingham Forest bermain tanpa beban untuk yang pertama kalinya.     

Twain memandang "tim paling sukses di abad kedua puluh" ini dengan jersey putih mereka dan bergerak seperti zombie di lapangan. Mereka tidak lagi memiliki semangat juang, tidak ada motivasi, dan tidak ada keinginan untuk berjuang sampai akhir. Dia menggelengkan kepalanya dan bergumam, "Sayang sekali. Mereka terlihat menyedihkan..."     

Lambang Real Madrid di dinding luar Stadion Santiago Bernabéu telah kehilangan warna aslinya. Seluruh bangunan putih besar itu dipenuhi raungan "Pergi sana, Luxemburgo." Orang-orang tidak lagi peduli dengan hasil pertandingan. Mereka lebih peduli dengan apa yang akan terjadi setelah pertandingan.     

Pertarungan ini telah berakhir lebih awal.     

※※※     

Twain duduk lagi di area teknis dan menyilangkan kakinya untuk menonton pertunjukan. Dia tidak sedang menonton pertandingan. Dia sedang menyaksikan momen bersejarah yang terjadi di Bernabéu.     

Twain percaya bahwa Florentino Pérez dan kebijakan superstarnya, serta Real Madrid yang bertaburan bintang tapi tak berbentuk ini, telah meninggalkan bekas yang tak terhapuskan di sejarah dunia sepakbola profesional. Mereka adalah kasus ekstrim sebuah klub yang terjebak antara bisnis dan sepakbola. Kegagalan ini juga menyiratkan bahwa sepakbola yang dikomersilkan harus memiliki batasan. Bagaimanapun juga, sepakbola masih memiliki karakteristiknya sendiri yang tidak bisa diubah atau dinodai. Karakteristik itu tidak bisa digantikan dengan uang, tak peduli berapapun banyaknya.     

"Tanpa sengaja aku telah menjadi seorang revolusioner..." gumam Twain. Dia tiba-tiba saja merasa ingin tertawa. Dia ingin tertawa keras tanpa perlu menahan diri.     

Apa yang lebih memuaskan daripada mampu mengubah sejarah sendirian?     

Kerslake sadar bahwa Twain bergumam sendiri, tapi dia tidak bisa mendengarnya dengan jelas. "Kau bicara apa, Tony?"     

"Oh, bukan apa-apa, David. Bukan apa-apa..." Twain melihat arlojinya. Saat dia mendongak, dia melihat ofisial keempat berdiri di pinggir lapangan dengan papan elektronik di tangannya. "Bersiaplah untuk merayakan kemenangan kita. Sudah jelas kalau kita akan melangkah maju ke babak berikutnya!"     

Setelah itu, dia berdiri dan berjalan ke pinggir lapangan untuk menunggu merayakan kemenangan di dalam lapangan.     

Di belakangnya, para pemain Forest yang lain, serta para pelatih dari tim pelatih, juga mulai berdiri. Mereka semua sudah siap untuk berlari masuk ke lapangan.     

Cemoohan yang terdengar di Bernabéu bukan untuk mereka. Twain tiba-tiba saja memandang Luxemburgo, yang sedang berdiri di pinggir lapangan, dengan sedikit rasa simpati. Sungguh tidak mudah menjadi manajer Real Madrid.     

Di akhir pertandingan, wasit akhirnya meniup peluit, yang nyaris ditenggelamkan oleh suara cemoohan dari tribun. Albertini, pemain yang berdiri paling dekat dengan wasit, mengangkat kepalan tangannya. Kemudian para pemain di tepi lapangan bereaksi dan menyerbu masuk ke lapangan.     

Twain tidak tampak segelisah mereka yang ingin segera masuk ke lapangan. Melainkan, dia berjalan pelan dengan kepala terangkat tinggi, seolah dia sedang berjalan di wilayahnya sendiri.     

Para pemain Real Madrid berjalan menuju koridor pemain dengan kepala tertunduk. Entah itu ditargetkan pada tim atau pada manajer, suara dengung di stadion Bernabéu membuat mereka merasa tidak nyaman.     

Real Madrid mengalami dua kekalahan beruntun dalam seminggu yang sama-sama terjadi di kandang sendiri. Rasanya seolah-olah akhir dunia sudah tiba. Dulu merasa begitu bangga, para superstar Real Madrid yang sombong itu harus menundukkan kepala mereka di depan tim kecil dari Inggris yang merayakan kemenangan.     

Hanya ada sedikit orang di dunia yang bisa menaklukkan Bernabéu, dan Twain kini menjadi salah satu dari mereka.     

Segala sesuatu yang terjadi malam ini akan selalu disinggung berkali-kali di masa depan, bukan karena Nottingham Forest telah mengalahkan Real Madrid, tapi karena "jaman superstar" sudah berakhir.     

※※※     

Di konferensi pers paska-pertandingan, Luxemburgo dengan tenang menerima kekalahan itu. Dia menganggap bahwa tidak mengherankan mereka kalah di pertandingan ini karena penampilan timnya tidak sebagus penampilan Nottingham Forest. Nottingham Forest telah tampil dengan sangat baik, dan dia memberikan ucapan selamat kepada mereka.     

Kemudian Twain berkata kepada para wartawan sambil tersenyum, "Apa ada yang ingat apa yang kukatakan di konferensi pers usai pertandingan leg pertama antara tim Forest dan Real Madrid?"     

Semua orang saling memandang. Tidak ada yang bisa mengingat apa yang terjadi beberapa bulan lalu.     

"Sepertinya semua orang memiliki ingatan jangka pendek. Saat itu aku berkata, 'Saat kami bertanding di Bernabéu, aku akan mengejutkan semua orang.' Banyak orang yang tertawa. Kurasa sebagian besar orang menganggap bahwa aku hanyalah pecundang. Apa sekarang masih ada yang menganggap aku seorang pecundang?"     

Kali ini, tidak ada yang tertawa kecuali Twain sendiri.     

※※※     

Saat Nottingham Forest terbang kembali ke Inggris dengan penerbangan pagi di hari berikutnya, Twain membeli koran pagi yang baru diterbitkan di bandara Madrid. Awalnya, dia tidak berniat membeli koran disini. Dia tidak tertarik dengan surat kabar Spanyol karena dia tidak bisa membaca bahasa Spanyol. Tapi gambar di halaman depan surat kabar itu menarik perhatiannya.     

Itu adalah foto dari pertandingan semalam di Bernabéu. Luxemburgo berdiri tanpa ekspresi di pinggir lapangan dengan tangan terlipat di dada. Di sampingnya, layar besar di tribun utama yang jauh terlihat menunjukkan angka 1: 2.     

Saat dia mengamati foto dari samping kios koran, pemain Spanyol di tim, Mikel Arteta, datang menghampiri dan melihat ke arah surat kabar. Kemudian dia berkata pada Twain dalam bahasa Inggris, "Luxemburgo mengundurkan diri."     

Mendengar ini, Twain menoleh untuk melihat ke arah Arteta dan membeli koran dengan uang dari sakunya.     

Pemecatan Luxemburgo terjadi lebih dari sepuluh hari sebelum waktu yang diingatnya. Tapi dia tidak lagi terkejut dengan hal-hal yang tidak terjadi sesuai dengan ingatannya.     

Hal ini sudah diduganya.     

Dia hanya peduli tentang satu hal. Dia menemukan Arteta dan menyerahkan koran itu padanya. "Apa pria Brasil itu dipecat oleh komite eksekutif atau dia mengundurkan diri secara sukarela?"     

Arteta membacanya lagi dan berkata kepada Twain, "Dia mengundurkan diri secara sukarela, chief."     

Manajer Brasil yang merasa sangat kesal, yang selalu bimbang antara ingin membentuk sepakbola idealnya dan menyenangkan hati para fans Real Madrid, akhirnya melakukan sesuatu yang memang ingin dilakukannya.     

Setelah mengucapkan terima kasih pada Arteta, Twain berbalik dan menggulung koran yang baru saja dibelinya lalu membuangnya ke tempat sampah.     

Di dalam banyak surat kabar lain, orang-orang Spanyol melontarkan makian pada Luxemburgo. Mereka menganggap bahwa dia telah meninggalkan noda pada tradisi kejayaan Real Madrid yang telah berusia seabad dan menyebabkan Real Madrid yang agung menjadi ternodai. Kepergiannya sudah bisa diduga.     

Selama beberapa hari ke depan, pasti akan ada lebih banyak gosip, seperti misalnya Ronaldo yang diam-diam berbicara kepada Florentino, berharap bisa ditransfer.     

Tapi, Twain tidak peduli dengan hal-hal seperti itu. Dia dulu pernah merasa terganggu dengan apa yang didengarnya, tapi sekarang dia tidak akan mendapatkan apa-apa meski dia mempedulikan hal-hal seperti itu.     

※※※     

Tidak seperti usai pertandingan di El Madrigal dulu, Twain tidak mencari George Wood untuk berbicara berdua dalam penerbangan kembali ke Inggris. Dia juga mengabaikan sikap diam Wood.     

Dia berniat membiarkan Wood selama beberapa hari untuk membuatnya memahami sendiri tentang berbagai hal. Itu akan lebih baik daripada dia harus menasehati Wood tentang semua hal.     

Tapi, setelah dia mengeluarkan Wood dari lapangan, sikapnya dan sikap Wood telah membuat media Inggris kembali berspekulasi. Jadi, di hari berikutnya setelah tim kembali ke Nottingham, sebuah rumor tentang perselisihan antara George Wood dan Tony Twain mulai merebak di kalangan pers.     

"Rumor" ini adalah deskripsi yang tepat karena tidak ada kepastian bahwa hal itu benar, tapi juga tidak ada penyangkalan terhadap kabar itu. Hal ini seolah memberikan pesan kepada siapapun yang melihatnya: Kami tidak akan mengatakan sesuatu yang spesifik, tapi kau bisa cari tahu sendiri.     

—George Wood tidak senang saat diganti lebih awal dan mengkonfrontasi Twain di ruang ganti.     

—Wood mungkin akan dijual karena perselisihannya dengan Twain, yang tidak bisa mentolerir siapa pun meragukan otoritasnya.     

—Klub Real Madrid Spanyol sangat tertarik pada Wood, kata agen Wood dalam sebuah wawancara dengan surat kabar kami.     

Dan seterusnya.     

Setahun yang lalu, Twain akan tertawa saat melihat rumor semacam itu. Tapi sekarang, dia tidak bisa melakukannya. Kenapa?     

Karena George Wood punya agen yang tidak sabaran.     

Billy Woox telah menjadi agen Wood selama kurang dari setahun dan menyibukkan diri dengan kontrak iklannya untuk merk-merk komersil. Saat ini, dia sudah berhasil menandatangani tiga kontrak iklan bermerk untuk Wood. Dia tampaknya lebih tertarik pada nilai komersil Wood.     

Tapi, Twain merasa tidak nyaman dengan agen yang telah mendekati Wood secara aktif dan kemudian memenangkan kepercayaannya. Mungkin itu hanya prasangka dari Twain sendiri. Dia selalu khawatir bahwa suatu hari nanti, Woox akan mengambil kesempatan yang bisa diambilnya untuk menjauhkan Wood dari sisinya.     

Dia tidak bisa duduk diam dan menunggu. Dia harus mengambil tindakan.     

Dia memutuskan untuk menghubungi agen Wood dan mengkonfirmasi kebenaran berita-berita di surat kabar serta untuk mengetahui apa yang dipikirkan oleh agen itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.