Mahakarya Sang Pemenang

Dalam Masalah Bagian 2



Dalam Masalah Bagian 2

0Mendengar ucapan Tang En, ofisial keempat berjalan mendekat. Tang En meliriknya dan berbalik untuk kembali ke kursi manajer. Saat dia melihat Tang En berjalan kembali ke area teknis, ofisial keempat juga berbalik untuk kembali ke tempatnya. Dia tidak berniat untuk mencari tahu masalahnya. Dia tahu bagaimana perilaku Tony Twain sebagai manajer; hal itu sudah tersebar luas di kalangan wasit. Terkadang, akan lebih baik kalau dia bisa menghindari keributan.     

Peluit wasit yang ditiup untuk menghentikan pertandingan itu jelas disebabkan karena pelanggaran yang dilakukan Roy Keane terhadap Wood. Kakinya diangkat terlalu tinggi. Dia bisa menendang rahang Wood kalau kakinya diangkat sedikit lebih tinggi lagi ...     

Tapi para pemain Nottingham Forest merasa lebih kesal daripada pihak yang melakukan pelanggaran. Para pemain Manchester United mengambil kesempatan ini untuk kembali ke posisi bertahan. Kapten Forest, Demetrio Albertini, berdiri di hadapan wasit dan mempertanyakan keputusannya menghentikan pertandingan untuk pelanggaran itu.     

"Pak, kami sedang menyerang. Menurut aturan klausa keuntungan, Anda tidak bisa ..."     

Wasit menggelengkan kepalanya. "Aku tahu aturan itu. Kapten Manchester United harus dihukum setelah melakukan pelanggaran." Sambil mengatakan ini, dia menyuruh Roy Keane mendekat dan kemudian mengangkat kartu kuning di depannya.     

Keane tidak berusaha membela diri dan membalikkan badan untuk kembali berlari. Tendangan itu dilakukannya dengan sengaja. Sebelum menendang, dia telah memperhatikan situasi yang ada di sekelilingnya. Dimana Gary Neville agak terlalu jauh dan Ronaldo masih berada di dekat garis gawang, lawan mereka pasti akan melakukan serangan balik kalau dia tidak berhasil menerima bola. Dia lebih baik melakukan pelanggaran yang disengaja dan memberikan waktu bagi rekan-rekannya untuk kembali ke posisi bertahan.     

Kartu kuning sebagai ganti menghentikan aliran serangan balik lawan. Itu lebih dari sepadan.     

Wood tidak memahami aturannya. Penghentian pertandingan atas pelanggaran yang terjadi seharusnya dilakukan untuk melindungi kepentingan mereka. Jadi kenapa malah kepentingan lawan yang diuntungkan? Dia menunjuk ke arah lengannya dan berkata pada Albertini, "Aku baik-baik saja. Kenapa wasit membunyikan peluit agar kita berhenti?"     

Albertini tersenyum pada Wood. "Karena kita adalah tim tamu. Kau melakukannya dengan baik, George."     

※※※     

Layar televisi memutar ulang adegan pelanggaran itu. Wood menghadap ke arah Keane saat dia melompat jadi dia tidak mungkin tidak melihat kaki Keane yang terangkat. Tapi dia tidak berusaha mengelak dan menggunakan kepalanya untuk menyundul bola agar menjauh. Tak jauh beda, Keane juga tidak mencoba menarik kembali kakinya melainkan malah menunggu dengan kaki kanan terangkat tinggi untuk bertabrakan dengan Wood.     

"Keane mengangkat kakinya terlalu tinggi! Dia tidak berniat menarik kembali kakinya ..." kata komentator sambil menggelengkan kepalanya. Itu adalah gaya Roy Keane.     

Setelah pertandingan dimulai kembali, serangan Forest dari lini belakang sama sekali tidak mengancam Manchester karena semua pemain mereka sudah kembali untuk bertahan. Saat harus berhadapan dengan positional play semacam ini, Forest hanya memiliki sedikit opsi. Mereka tidak memiliki holding midfielder murni. Albertini, bagaimanapun juga, adalah seorang gelandang bertahan. Terkadang, bahkan Albertini tidak bisa menggantikan peran holding midfielder dengan efektif.     

Serangan Forest akhirnya mereda.     

20 menit sebelumnya, tim Forest masih bisa bersaing dengan Manchester United dalam kondisi imbang. Tapi, setelah gol yang dicetak oleh Keane, inisiatif pertandingan kini berada di tangan Manchester. Gelombang serangan mereka benar-benar menekan serangan Forest. Selama beberapa waktu, Nottingham Forest hanya bisa tetap bertahan. Beberapa upaya serangan diam-diam Forest hanya memberikan ancaman kecil bagi garis pertahanan yang dipimpin oleh Rio Ferdinand.     

Ribéry, yang telah tampil luar biasa selama dua bulan terakhir, hampir tak terlihat dalam serangan Forest selama pertandingan. Itu karena dia berusaha bersaing dengan Cristiano Ronaldo.     

Pria Portugis itu merasa kondisinya sedang sangat baik hari ini. Lawan yang dihadapinya tidak sulit dan dia bisa menerobosnya sesuka hati.     

Kali ini juga tidak berbeda.     

Ribéry tidak unggul dalam bertahan; dia hanya bertarung dengan Ronaldo karena adanya dorongan yang timbul dari sikap tidak terima kalau harus kalah. Tapi bertahan bukanlah hal yang bisa dilakukan karena dorongan saja.     

Dia sudah belajar dari pengalaman. Dia tidak terburu-buru bergerak saat Ronaldo melakukan gerak tipuannya. Sebaliknya, ia mengikuti langkah-langkah lawan dan bergerak mundur sesuai dengan gerak lawan. Dia sangat terfokus pada Ronaldo sampai-sampai dia tidak ingat bahwa dia sudah berada di garis penalti.     

Ronaldo yang sedang menggiring bola menyadari bahwa Ribéry benar-benar terfokus pada bola di bawah kakinya dan tersenyum. Dia mengangkat kakinya dan membuat sapuan palsu di atas bola, terlihat seolah dia akan membawa bola ke garis batas. Tapi, dia membawa bola ke arah sebaliknya sebagai upaya untuk menerobos dengan paksa atau mengumpan ke tengah.     

Saat ada hubungannya dengan kecepatan, Ribéry sama sekali tidak takut pada Ronaldo. Dia langsung beraksi untuk mencoba menendang bola keluar dari jangkauan Ronaldo.     

Ronaldo mencoba mengumpan lagi, tapi Ribéry menjulurkan kakinya untuk memblokirnya, menutup rute umpan Ronaldo. Harga yang harus dibayarnya adalah kehilangan pusat gravitasinya.     

Pria Portugis itu menunggu saat-saat ini. Ketika dia melihat Ribéry melompat maju untuk memblokir operannya, dia memutar pergelangan kakinya dan mengubah operan itu menjadi sebuah dorongan kecil untuk memindahkan bola ke belakang Ribéry.     

Dia pikir dia telah melewati Ribéry, tapi dia tertipu!     

Meskipun kelihatannya Ribéry telah melemparkan seluruh berat badannya ke depan dan seharusnya tidak bisa melakukan apa pun untuk menjangkau bola di belakangnya, dia masih membiarkan kakinya terseret di belakang tubuhnya. Setelah bola didorong oleh Ronaldo ke belakang tubuh Ribery, bolanya membentur kaki Ribéry dan bergerak menyimpang dari rute yang dituju. Ronaldo tidak bisa mempertahankan kontrol bola di bawah kakinya.     

Sial!     

Ronaldo melihat kaki Ribéry dan bergerak tanpa merasa ragu sedikitpun. Dia mengubah arah, berbalik, mencoba menerobos ... kemudian dia menyandungkan kakinya dan jatuh ke depan, tergeletak tepat di dalam area penalti!     

Peluit wasit terdengar keras di antara cemoohan dan sorak-sorai yang memekakkan telinga di stadion Old Trafford. Dia berlari menuju area penalti dengan jari menunjuk ke titik penalti.     

"Penalti! Ronaldo disandung oleh Ribéry!"     

Saat Ribéry mendengar peluit, reaksi pertamanya adalah Ronaldo pasti telah melakukan diving. Tapi saat dia berbalik dan melihat wasit menunjuk ke titik penalti, dia melompat bangkit dan bergegas menuju ke arahnya. Untungnya, Matthew Upson dengan segera menghalangi pria yang gegabah itu setelah melihatnya menghampiri. Kalau tidak, mereka akan beruntung kalau hanya diberi kartu kuning.     

Tapi tidak semua orang bisa tetap tenang seperti Upson. Ashley Young berlari ke depan wasit dan dengan keras mempertanyakan keputusannya. Dia percaya bahwa Ronaldo hanya berpura-pura jatuh dan seharusnya diberi kartu kuning. Tapi hasilnya adalah kartu kuning untuk dirinya sendiri.     

Albertini menghalau rekan-rekan setimnya yang maju ke depan untuk "bernegosiasi" dengan wasit. Melakukan banding terhadap wasit harus dilakukan sendiri oleh kapten. Meskipun dia tidak melihat dengan jelas apa yang terjadi, dia tahu dari pengalaman kalau Ronaldo telah jatuh dengan terlalu berlebihan.     

Wasit menggelengkan kepalanya dan tetap mempertahankan keputusannya. Dia berdiri disamping titik penalti dengan lengan terangkat, memberi tanda kepada kapten Manchester United untuk melakukan tendangan penalti.     

Ronaldo dan rekan satu timnya melakukan pelukan kelompok, merayakan tendangan penalti yang diberikan.     

Sementara itu, Ribéry menggigit bibirnya dengan marah saat dia menatap tajam ke arah Ronaldo yang tampak senang.     

※※※     

Dari pinggir lapangan, Tang En merasa sangat tidak puas dengan pemberian penalti itu. Dia mengamuk di hadapan ofisial keempat. "Pertama, pengabaian terhadap klausa keuntungan. Dan sekarang keputusan memberikan tendangan penalti untuk jatuh tergeletak!"     

"Tuan Twain, harap tenangkan diri Anda," kata ofisial keempat bergeming, tak mempedulikan ludah Tang En yang beterbangan.     

"Aku sangat tenang!" Tang En tahu bahwa keputusan itu tidak bisa diubah, tapi dia hanya tidak bisa menerima kenyataan bahwa mereka sudah tertinggal dari Manchester United sejak babak pertama.     

Masih mendidih karena marah, dia berbalik dan berjalan kembali ke tempatnya. Dia berdiri di pinggir lapangan dan menyaksikan Nistelrooy menendang bola ke gawang yang dijaga Darren Ward. Sekali lagi, sorak sorai bergema di Old Trafford.     

"Bajingan!" dia memaki dengan suara pelan. Dia sangat tidak senang dengan situasi saat ini. Mereka sekarang tertinggal dua gol dalam pertandingan tandang. Apakah tim Forest akan mengalami dua kekalahan berturut-turut?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.