Mahakarya Sang Pemenang

Di Dalam Kereta Bawah Tanah Bagian 2



Di Dalam Kereta Bawah Tanah Bagian 2

0Inggris telah secara khusus membuat sebuah catatan untuk hooligan sepak bola. Selama nama seseorang terdapat di dalam catatan itu, dia akan dilarang untuk menonton pertandingan sepak bola di stadion. Bagi para penggemar fanatik seperti mereka, melarang mereka menonton pertandingan di stadion akan sama seperti merampas kehidupan mereka.     

Melihat sekelompok orang di depannya menghela napas dalam-dalam, Tang En tersenyum. "Tentu saja, kalau ada di antara kalian yang meragukan kata-kataku, aku bisa memintanya untuk menunjukkan kartu reporternya."     

Setelah Tang En selesai mengucapkan itu, Brosnan mengeluarkan kartu pass-nya dari sakunya, yang tadinya tergantung di lehernya.     

"Kurasa kalian pasti sudah tahu siapa aku, jadi aku takkan memperkenalkan diriku disini." Tang En memberi sinyal kepada Brosnan untuk melangkah mundur. Dia berdiri di garis depan dan berkata sambil menunjuk ke arah pintu di sampingnya, "Dengan pintu ini sebagai batas, kalian tinggal di sana, dan kami akan tinggal di sini. Kami akan bertanding sementara kalian akan menonton pertandingan kalian. Semua orang akan aman selama tak ada yang melewati batas." Tang En menepukkan tangannya. "Bukankah saran ini fantastis?"     

"Kenapa kami harus mengikuti saranmu?" Seorang pria botak berteriak dari dalam kerumunan.     

Tang En menatapnya, sebelum menunjuk ke arah Brosnan yang ada di belakangnya. "Kalau kau berharap untuk tak bisa lagi menonton pertandingan secara langsung di stadion di masa depan, aku benar-benar baik-baik saja kalau kau ingin datang kemari."     

"Sialan! Meski aku tak menonton pertandingan selama sisa hidupku, aku juga harus ..." Pria botak itu mengayunkan tinjunya dari belakang kerumunan.     

Tang En bisa melihat menembus gertakannya dan mengerti. Jadi, dia melambaikan tangannya ke orang itu. "Dan apa? Tuan, yang ada di sana, kurasa Anda akan lebih meyakinkan kalau Anda mengucapkan kata-kata itu di depan rekan-rekan Anda. Kalau Anda bersembunyi di balik kerumunan dan terus memicu pertengkaran, bagaimana kalau pertengkaran benar-benar terjadi? Apa Anda akan mendorong yang lain ke depan Anda sebagai gantinya?"     

Mendengar Tang En mengatakannya dengan cara ini, kelompok hooligan sepak bola itu secara alami menoleh ke belakang dan memandangi pria botak itu.     

"Keluar. Kalau kau benar-benar ingin memukulku, maka berdirilah di sini di hadapanku. Biarkan aku melihat seberapa besar kepalan tanganmu." Tang En mengambil langkah ke depan dan berhenti tepat di depan batas yang telah ia tetapkan, seolah-olah dia sama sekali tak khawatir tentang pria botak itu yang mungkin akan benar-benar memukulnya.     

Para pemain di belakangnya semua mengkhawatirkannya. Bahkan, Dawson sudah siap menyerang orang itu kalau dia berani menyentuh Twain. Dia tak punya waktu untuk peduli dengan larangan bermain atau hukuman lain yang akan dijatuhkan.     

Orang botak itu merasa agak bersalah di bawah tatapan diam rekan-rekannya. Karena itu, dia mengertakkan gigi dan berjalan ke depan.     

Melihat tindakannya, Brosnan berteriak, "Apa yang kau lakukan? Aku memperingatkanmu ..."     

Tang En melambaikan tangannya untuk menghentikan reporter itu. "Tak apa-apa, Tuan Brosnan."     

Si pria botak itu segera saja berada di depan dan menatap Tang En dengan wajah penuh senyum dan percaya diri. Setelah itu, dia membalikkan badan dan menatap rekan-rekannya yang tetap diam. Pada saat itu, dia merasa seolah-olah dia adalah sepotong daging sapi di antara bagian-bagian roti sandwich...     

Tang En sebenarnya merasa sangat gugup. Dia telah memilih kata-katanya dengan hati-hati, dan takut jika ucapannya menimbulkan kebencian dari kelompok orang-orang itu dan memicu kecenderungan mereka untuk melakukan kekerasan. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan sekarang adalah mengulur waktu sebanyak mungkin. Setelah mereka mencapai stasiun kereta, krisis akan terhindarkan. Seberani apapun kelompok orang-orang ini, mereka pasti tak ingin bermain fisik di hadapan seorang reporter dan polisi, kan?     

Dia ada di sini untuk membawa tim bermain dalam pertandingan, bukan untuk berkelahi. Tapi, dia sama sekali tidak boleh menunjukkan tanda-tanda kelemahan di depan kelompok orang-orang ini. Dia harus belagak tangguh, dan membuat mereka merasa bahwa bahkan jika mereka semua maju bersama-sama, Tony Twain sama sekali tidak takut menghadapi mereka!     

Tang En saat ini sedang berpikir ... kalau saja dia memiliki sesuatu seperti nunchaku atau semacamnya, dia setidaknya akan bisa menggertak dan menghalangi mereka. Selain itu, ia akan bisa meniru Bruce Lee dan berteriak beberapa kali, dan itu saja kemungkinan besar akan membuat mereka mundur.     

Melihat ekspresi canggung pada wajah si pria botak itu, Tang En mengangkat bahu dan berkata, "Lihatlah betapa bagusnya ini. Kalian tinggal di sana, sementara kami tinggal di sini. Kita tidak saling mengganggu satu sama lain. Sobat, kami di sini untuk bermain dalam pertandingan, bukan untuk berkelahi. Siapa namamu?"     

Pria botak itu secara refleks menjawab, "Simon." Bahkan sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, dia telah ditarik ke belakang oleh seseorang. Setelah itu, seorang pria lain yang tampaknya berusia lima puluhan melangkah keluar dari belakang kerumunan.     

"Tuan Manajer, aku juga tidak ingin media mengatakan kemenangan Millwall tidak bersih usai pertandingan." Pria itu menunjuk ke arah Pierce Brosnan di belakang Tang En. "Tentu saja selain itu, aku juga tidak ingin orang-orangku ada di daftar hitam polisi untuk hal semacam ini. Kami takkan melakukan apa-apa," katanya sambil membuka tangannya.     

Tang En mengangguk. "Benarkah? Maka aku harus berterima kasih padamu untuk itu." Meskipun dia mengatakannya seperti itu, Tang En tidak membalikkan badan dan berjalan memunggungi mereka. Sebaliknya, ia hanya terus berdiri di sana, di antara para fans dan para pemain. Jauh di lubuk hatinya, Tang En tidak benar-benar mempercayai kata-kata orang semacam ini. Sejak kematian Gavin, Tang En selalu membenci hooligan sepakbola dan juga semua fans Millwall. Mungkin itu adalah prasangka, tetapi Tang En tidak berniat untuk mengubah perspektifnya.     

Satu-satunya hal yang disayangkan adalah bahwa ia tidak punya waktu untuk memberi tahu para pemain tentang taktik apa yang harus digunakan, dan bagaimana mereka harus bermain selama pertandingan.     

Gerbong kereta kembali damai, seperti sebelum para fans sepak bola itu pertama kali masuk. Dua kelompok orang masing-masing berdiri di kedua ujung gerbong. Di tengah-tengah kedua kelompok adalah bos mereka, yang saling menatap dalam diam. Tidak ada pihak yang mau mengalihkan pandangan mereka, karena hal itu akan dilihat sebagai tanda melarikan diri seperti pengecut.     

Tetap seperti itu, mereka saling menatap, tetap tenang dan tidak menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau ketidaksabaran. Bahkan frekuensi nafas mereka pun normal. Mereka tidak memikirkan apa-apa, tidak menunjukkan ekspresi apapun di wajah mereka, dan tidak ada perasaan yang terpancar dari mata mereka. Mereka tidak akan menunjukkan kelemahan sekecil apapun kepada pihak lawan dan tidak akan membiarkan diri mereka berada dalam posisi yang tidak menguntungkan.     

Ini bahkan lebih melelahkan daripada mengarahkan final Piala Dunia!     

Dengan tetap seperti itu, udara semakin bertambah tegang meski keduanya tetap diam. Bahkan Tang En tidak tahu berapa lama lagi dia bisa bertahan. Dia berharap dia tidak akan pingsan. Seolah-olah suhu di gerbong kereta saat itu mulai naik, dan butiran-butiran keringat terlihat di dahi kedua belah pihak. Tang En bahkan bisa merasakan setetes keringat bergulir di alisnya. Kalau dia tidak berkedip, keringat itu akan masuk ke matanya ...     

Ketika Tang En merasa semakin terdesak, sebuah suara terdengar dari bagian atas kereta. "Memasuki stasiun Stadion New Den, memasuki stasiun Stadion New Den..."     

Kegelapan di luar jendela mulai berakhir, dan kilauan cahaya mulai terlihat.     

Tidak hanya Tang En, tapi hampir semua orang-orang Nottingham Forest menghela napas lega.     

Mereka telah mencapai stasiun kereta api dekat tempat pertandingan.     

Kereta perlahan melambat, dan Tang En melihat reporter Robson yang pernah mewawancarainya di Stadion City Ground. Di sampingnya ada wartawan-wartawan dari media lain, serta lebih dari 10 orang polisi yang memakai rompi hitam dan kuning cerah. Tang En tahu bahwa kontes dengan para fans ini akhirnya usai.     

Ketika kereta sudah stabil dan pintu terbuka, pria itu memberi isyarat untuk mempersilahkannya keluar. Tang En tetap tak bergerak, dan melambaikan tangan agar Walker memimpin para pemain keluar dari kereta terlebih dulu.     

Baru setelah pemain terakhir Nottingham Forest keluar dari gerbong kereta, Tang En melangkah untuk berjalan keluar. Ketika dia turun dari kereta, embusan angin datang dari arah terowongan, bertiup melewati Tang En. Di saat itulah dia menyadari bahwa kemejanya sudah benar-benar basah kuyup.     

Melihat Tang En keluar dari kereta, para reporter bergegas, dan mikrofon mereka hampir menghalangi jalannya.     

"Kalau kalian punya pertanyaan, aku akan menjawabnya setelah pertandingan. Sekarang bisakah kalian membiarkan timku pergi ke stadion?" Tang En menjawab dengan suara keras. Dia mendorong para wartawan yang menghalangi jalannya, sebelum berlari di belakang para pemain untuk mengejar mereka.     

James Robson melihat Pierce yang melihat ke sekeliling saat dia turun, dan menariknya. "Kau bocah. Kau membuat kami sangat khawatir!"     

Sebagai gantinya, Brosnan tersenyum dan berkata, "Tuan Robson, saya rasa saya sudah mendapatkan berita terbaik! Tuan Twain mengijinkan saya untuk menulis kejadian di kereta bawah tanah tadi dan mempublikasikannya di surat kabar!"     

Tiba-tiba, suara teriakan serak terdengar dari pintu masuk, bergema ke seluruh stasiun kereta bawah tanah. "Cepat! Cepat! Kita cuma punya waktu kurang dari 10 menit! Sekarang saatnya kalian semua melakukan pemanasan, lari semuanya!"     

Brosnan menoleh ke arah pintu keluar. Meski mereka tak lagi terlihat, bayang-bayang mereka masih memanjang dan terlihat di tangga.     

"Mungkin kau benar. Sekarang, aku sedikit menyesal kenapa orang yang ketiduran bukan aku." Robson menepuk Brosnan dan melanjutkan, "Ayo, pertandingan akan segera dimulai."     

※※※     

Apa yang membuat Tang En merasa dirinya beruntung adalah bahwa pintu keluar stasiun kereta bawah tanah itu memiliki jalur pejalan kaki yang lurus ke pintu masuk stadion. Stadion itu berjarak sekitar 500 meter dari stasiun kereta bawah tanah, dan jarak itu tidak jauh. Hal lain yang lebih menguntungkan adalah bahwa karena pertandingan akan segera dimulai, jalan yang seharusnya sangat ramai itu, kini hanya meninggalkan para pedagang asongan dan sedikit sekali fans sepak bola. Dengan begitu, para pemainnya bisa berlari ke ruang ganti tanpa banyak gangguan.     

Semenit kemudian, para pemain terengah-engah saat membuka pintu ruang ganti. Tang En berhenti di pintu masuk dan sebelum bisa mengatur napasnya dia langsung berteriak keras, "Pakai jersey kalian, pastikan kalian memakainya dengan benar! Sepatu bola, pelindung tulang kering ..."     

Suara-suara ramai tiba-tiba saja terdengar dari ruang ganti.     

Tang En menoleh dan melihat Walker yang terengah-engah. "Walker, kau baru pensiun satu tahun ... kau harus melatih tubuhmu."     

Sambil terengah-engah, Walker menjawab, "Jangan bicara tentang itu sekarang ... Tony, kau terlalu keren! Tanpa melakukan apa-apa, kau bisa menghentikan mereka!"     

Dawson, yang sedang mengganti kemejanya, juga menyela, "Itu benar, itu benar! Kurasa semua orang sangat takut hingga kaku saat itu. Bos, penampilan Anda tadi terlalu mengagumkan!"     

Reid menambahkan, "Itu benar. Sebenarnya, aku tidak tahu harus berbuat apa."     

Tang En sangat senang melihat semua orang merasakan hal yang sama. Meskipun itu tadi tak disengaja, wibawanya di antara para pemain telah kembali meningkat. "Andy, kau saja yang terlalu pemalu ... Baiklah! Cukup mengobrolnya! Cepat ganti pakaianmu, kita akan masuk ke lapangan! Aku berani bertaruh bahwa para b*ngsat dari Millwall itu pasti mengira kita sudah sangat lelah, dan bahwa mereka bisa memperoleh kemenangan dengan mudah. Sekarang, sudah saatnya untuk memberi tahu mereka betapa salahnya mereka!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.