Mahakarya Sang Pemenang

Ada Seseorang Di Atas Sana



Ada Seseorang Di Atas Sana

0Peringatan! Ini adalah wilayah kami. Masuk tanpa izin akan dianggap sebagai serbuan ilegal. Harap mundur. Kalau tidak, maka itu akan dianggap sebagai provokasi, dan aku akan menghancurkanmu!     

Aku ulangi! Ini adalah wilayah kami. Masuk tanpa izin akan dianggap sebagai serbuan ilegal. Harap mundur. Kalau tidak, itu akan dianggap sebagai provokasi, dan aku akan menghancurkanmu dalam tiga detik!     

Satu!     

Dua!     

Tiga!     

Boom!     

Terdengar bunyi gedebuk, dan butiran keringat beterbangan kemana-mana. Potongan rumput berserakan.     

Pemain Reading, yang memakai kaus jersey bergaris horizontal putih biru, terlempar ke samping dengan menyedihkan. Dan George Wood berdiri di titik tabrakan, dengan bola yang baru saja direbutnya berada di bawah kakinya.     

"Pelanggaran—" Para fans Reading belum selesai berbicara ketika suara mereka ditenggelamkan oleh suara sorakan yang lebih keras.     

"Bagus sekali, blocking yang indah!" Para fans Forest semua berdiri dan berteriak.     

Wasit juga sepertinya mendengar suara teriakan fans tuan rumah. Dia menggoyangkan jarinya pada pemain Reading yang terjatuh itu, yang menuntut diberi tendangan bebas sambil berlari mundur darinya.     

"Berikan bolanya padaku!" Gunnarsson memanggil di samping Wood. Ini adalah kesempatan besar bagi tim Forest untuk menyerang balik.     

Wood melakukan apa yang diperintahkan dan mengoper bola, tapi dia tak mengikuti bola. Dia mengingat dengan jelas permintaan Twain padanya: bertahan, dan jangan biarkan lawan melewatinya untuk mengancam gawang. Area yang luas antara garis tengah dan garis di area penalti adalah wilayahku, seperti yang dikatakan oleh Twain. Aku adalah penguasa disini, dan siapapun yang ingin lewat harus meminta ijinku! Anak dari Reading tadi tak meminta ijinku.     

"Sungguh blocking yang indah!" seru Motson. "Steve Sidwell adalah pemain dengan fisik yang bagus di tim Reading, tapi dia tak punya peluang di hadapan George Wood! Coppell sangat marah dengan keputusan wasit yang tak memberinya sanksi. Tapi sebenarnya, ini adalah tabrakan yang wajar. Kalau dia mempertanyakan kenapa pemainnya bisa terbang sejauh itu... Yah, hanya ada satu penjelasan, dan itu adalah karena George Wood terlalu kuat! Sidwell yang malang menabrak dinding dengan telak ketika dia menggiring bola dengan kecepatan tinggi!"     

Saat dia melihat Coppell menginjak-injak area teknis seolah-olah dia adalah monyet yang pisangnya baru dicuri, Tang En tak bisa menahan diri untuk merasa gembira. Dia melirik ke arah Coppell, yang bertepuk tangan saat melihat penampilan Wood beberapa waktu yang lalu, dan berkata pada Walker di sampingnya, "Des, apa kau lihat itu, Pria Baik mulai tak sabaran."     

Walker tersenyum dan berkata, "Kurasa dia marah besar saat turun minum."     

"Ini bagus. Aku tahu dia ingin mengalahkanku di sini, jadi semakin lama skor tetap 0:0, semakin bagus untuk kita."     

※※※     

Tang En dan Walker memang benar. Coppell sangat ingin mengalahkan Twain sampai-sampai ia hampir gila hanya karena memikirkan itu. Selama turun minum, ia memarahi semua pemain di ruang ganti, karena kekuatan gabungan seluruh lineup utama Reading tak mampu mengalahkan lineup pemain cadangan tim Forest di babak pertama. Rencananya semula tidak hanya untuk mendapatkan tiga poin dari pertandingan ini, melainkan mendapatkannya dengan indah. Entah itu melalui gameplay atau skor, dia ingin membuat Tony Twain yang licik itu tak bisa berkata-kata.     

"Jangan bilang padaku kalau kita bahkan tak bisa mengalahkan Tim Kedua Nottingham Forest! Dua bek tengah itu bahkan belum pernah berpartner sebelum ini. Mereka mungkin memiliki waktu latihan bersama yang lebih sedikit daripada waktu yang kalian semua habiskan di ranjang wanita! Terobos dua bek tengah bodoh itu! Mereka akan kolaps di serangan pertama!"     

Para pemain duduk di ruang ganti dengan kepala tertunduk. Siapa yang tahu apa yang sedang mereka pikirkan?     

Bukannya mereka tak ingin menang. Memang, mereka meluncurkan serangan gila-gilaan terhadap tim tuan rumah setelah babak kedua dimulai, tapi dua gelandang bertahan itu terlalu kuat. Sebagian besar serangan terhenti di hadapan mereka berdua, dan bahkan jika mereka bisa melewatinya, mereka akan dikepung secara kolektif oleh pertahanan tim Forest. Mereka tahu bahwa bek tengah yang baru pertama kali berpartner adalah tumis Achilles di pertandingan ini, tapi tetap saja, seolah-olah mereka membentuk barikade baja di depan area penalti tim Forest.     

Keberanian Sidwell memang patut dikagumi, tapi hasilnya mengecewakan.     

Yang mengenakan kaus jersey Nottingham nomor 33 itu bukanlah pemain, melainkan dinding. Sebuah tembok yang membentang dari satu sisi lapangan ke sisi yang lain.     

Sidwell tadi melihatnya dengan jelas masih berada di sayap kanan. Setelah tiga kali operan, bolanya dioper ke sayap kiri. Pemain Reading itu baru akan mempercepat larinya untuk menerobos lini pertahanan Forest, tapi saat dia akan menendang bola, dia ditackling. Ketika dia akhirnya bangkit dari tanah, dia melihat nomer punggung di jersey itu... Itu nomer 33 lagi.     

Pertandingan sudah berlangsung selama tujuh puluh sembilan menit, tapi kecepatannya sama sekali tak berubah!     

Ini menakutkan!     

Itu adalah satu-satunya hal yang bisa dipikirkan Sidwell saat dia melihat George Wood untuk pertama kalinya.     

Wood terlihat berulang kali melakukan sprint lateral di zona 30 meter selama pertandingan. Dia mungkin terlihat konyol karena bermain dengan cara ini, hanya mengikuti bola kesana kemari, tapi dia masih bisa menakuti lawan-lawannya. Dia dan Gunnarsson seperti sepasang rahang baja, membuka dan menutup tanpa henti, dan memutuskan rute serangan tim Reading.     

Wood membuat Reading benar-benar tak berdaya, jadi mereka hanya memberikan bola lambung dari lini belakang ke striker mereka di depan. Ini kebetulan cocok dengan niat Robert Huth. Gaya permainan George Wood yang hiperaktif membuatnya menganggur terlalu lama.     

Sekarang, saat dia melihat bola jatuh dari langit, dia dan Hill melompat dan bergantian membersihkan zona atas area penalti Nottingham Forest.     

Reading, yang telah kehilangan Goater, benar-benar tak bisa memberikan ancaman terhadap lini pertahanan tim Forest. Kalau mereka bermaksud menerobos pertahanan intensif tim Forest dari sayap, maka setidaknya satu dari dua gelandang bertahan akan segera membantu bek dalam mempertahankan sayap. Kalau mereka akan melakukan tembakan panjang dari lini tengah, sangat mungkin bahwa saat striker mereka mengayunkan kakinya, bola akan direbut oleh Wood dan Gunnarsson.     

Pada menit kedelapan puluh, statistik permainan yang terbaru ditampilkan di layar televisi. Tim Twain tak memiliki keuntungan dalam hal penguasaan bola, hanya 31%. Tim Reading memiliki 69% penguasaan bola, tapi mereka hanya memiliki delapan tembakan ke gawang.     

"Ini gila! Aku tahu bahwa sebelum pertandingan ini, ada banyak fans Forest yang menantikan gol fantastis dari pemain favorit baru mereka, Freddy Eastwood. Tapi pertandingan ini telah menjadi panggung bagi George Wood yang berusia delapan belas tahun! Kupikir ada baiknya mengingatkan Anda sekali lagi bahwa pemuda yang memakai nomor 33 ini bermain untuk tim utama Forest untuk pertama kalinya hari ini! Ini adalah pertandingan perdananya, tapi permainannya sangat sempurna hingga membuat Anda terdiam! Kita mungkin sedang melihat lahirnya pemain bintang yang lain!" Semangat di dalam suara Motson bisa didengar di seluruh Inggris melalui sinyal satelit.     

Tang En tidak tahu berapa banyak orang yang menonton pertandingan Liga Satu di televisi, tapi dia tahu bahwa Wood telah berhasil. Penampilan anak itu lebih baik dari yang dia bayangkan. Jauh lebih baik.     

Di sebelah Twain, Walker berkata dengan gembira, "Tony, aku melihatmu menarik Wood ke samping dan berbicara padanya sebentar di ruang ganti. Apa yang kaukatakan padanya sehingga membuatnya sangat energik di babak kedua? Dia tampak seperti menggunakan narkoba!"     

Tang En mengangkat bahu. "Aku katakan padanya bahwa karena dia sudah dipindahkan ke Tim Pertama, aku akan mempertimbangkan untuk memberinya kontrak baru menggantikan kontrak tim pemuda yang ditandatanganinya."     

"Hanya itu saja?" Walker sedikit kecewa.     

"Tentu saja tidak. Aku juga memberitahunya bahwa semakin baik penampilannya, maka upah mingguannya di dalam kontrak juga akan semakin tinggi."     

Walker terdiam sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak.     

※※※     

Di dalam boks VIP, Evan memberi selamat kepada Sophia. "Nyonya, Anda memiliki putra yang berbakat! Tony tak pernah salah menilai orang."     

Sophia tersenyum. "Terima kasih atas pujian Anda, Tuan Ketua."     

Di sisi ruangan yang lain, Ketua Reading sedang tertekan. Dia bisa mendengar tawa Edward Doughty dari beberapa kursi jauhnya. Sebelum pertandingan dimulai, dia telah menantikan kemenangan yang indah saat dia mendengar bahwa Twain akan menurunkan lineup berisi pemain cadangan.     

Sial! Bahkan hasil imbang pun bisa membuatmu sangat senang, kau Yankee tak berguna!     

※※※     

Sejak menit ke-85 dan seterusnya, Tang En memulai rencana pergantian pemain. Pada dasarnya dia membiarkan pemain di bangku cadangan melakukan pemanasan untuk mengulur waktu pertandingan. Jadi, dia tidak langsung memasukkan tiga pemain sekaligus, melainkan memasukkan satu pemain setiap selang satu atau dua menit.     

Skor pertandingan masih 0:0, dan tujuannya telah tercapai. Sekarang, dia bisa memanfaatkan aturan pertandingan secara wajar untuk mengulur waktu permainan, dan dengan begini dia akan bisa mendapatkan satu poin.     

Sebenarnya, takkan sia-sia bagi tim Reading meski mereka mendapatkan hasil imbang hari ini. Meskipun kelihatannya tim Forest menggunakan banyak pemain cadangan, sebagian besar pemain di tim ini akan menjadi pemain utama untuk paruh terakhir musim ini. Sebagai contoh, Tang En telah memutuskan untuk sepenuhnya mempromosikan George Wood ke Tim Utama. Dengan penampilan luar biasa di pertandingan pertamanya, dia yakin takkan ada yang mempertanyakan keputusan itu. Di saat yang sama, ia sama sekali tak khawatir bahwa membiarkan Wood bermain untuk Tim Utama akan bisa menghancurkan pemuda itu ... "Kisah Zhongyong" tak berlaku bagi George Wood.     

Rebrov berdiri di pinggir lapangan dan menunggu bola mati. Dia akan menggantikan Eastwood. Untuk alasan taktis, si Romani tak punya banyak hal untuk dilakukan di pertandingan ini. Atau mungkin lebih tepatnya lagi spotlight tim Forest telah terarah pada George Wood semata untuk pertandingan ini. Sebelum pertandingan ini, para kritikus khawatir Twain akan kalah. Sekarang setelah mereka melihat ini, apa mereka punya hal lain untuk dikatakan? Atau mereka harus kembali menelan kata-kata mereka sendiri?     

Tim Reading meluncurkan serangan lain. Mereka tak ingin hasil imbang dengan tim Forest untuk pertandingan kali ini.     

Tapi dinding tak terlihat George Wood kembali muncul. Dibandingkan dengan tim Reading yang kelelahan, yang terhuyung-huyung saat menggiring bola, dia tampak seperti baru saja dimasukkan ke lapangan, kuat dan cepat.     

Pop! Wood merebut bola dari gelandang serang Reading, James Harper. Dia berencana mengambil langkah besar ke depan untuk memotong lawannya dan menendang bola sebelum pemain itu bisa bereaksi, dia berusaha menjauhkan bola agar keluar dari jangkauan kontrol Harper.     

Kemudian Wood menyusul bola yang lepas dan mengontrolnya lagi. Tapi apa yang harus dia lakukan sekarang?     

Selama lebih dari setahun terakhir, dia hanya berlatih untuk pertahanan. Selain teknik dasar dalam mengoper bola, dia tak tahu apa-apa tentang taktik menyerang. Apa yang bisa dia lakukan?     

Dia tidak melihat kekosongan di lini pertahanan Reading, dia juga tidak melihat Eastwood, yang biasanya mengambil bola dari sayap. Tiba-tiba saja, dia mendengar suara raungan.     

"Apa yang kau lakukan? Oper bolanya! Tendang bolanya ke depan!!"     

Tang En melambaikan lengannya dan berteriak padanya dari pinggir lapangan.     

Benar, sekarang adalah waktu yang tepat bagi tim untuk menyerang. Tapi kepada siapa aku harus mengoper bolanya?     

"Jangan terlalu memikirkannya, sialan! Tendang saja ke depan! Gunakan semua kekuatanmu!" Tang En, yang berdiri di pinggir lapangan saat itu, berharap dia bisa secara pribadi pergi ke lapangan untuk menggantikan Wood menendang bola.     

Sekarang adalah kesempatan terbaik bagi tim Forest untuk menyerang balik dan mengambil kesempatan ini. Mungkin mereka bahkan bisa muncul sebagai pemenang di pertandingan ini!     

Tapi kalau sampai kesempatan itu sia-sia karena Wood yang merasa ragu-ragu, dan tim kehilangan kesempatan untuk mencetak gol ... Tang En takkan tahu apa dia harus menangis atau tertawa.     

"Tendang ke gawang!"     

Wood tersentak sadar saat mendengar nada suara Tang En. Dia tak lagi peduli dengan situasi kacau di lini depan tim Reading. Dia menendang bola dengan sepenuh tenaga. Bola itu terbang tinggi ke udara dan membentuk lengkungan seperti pelangi, meluncur menuju gawang.     

Sorakan di tribun terdengar semakin keras. Di tengah sorak-sorai, kiper Reading Jamie Ashdown berbalik dan berlari ke arah gawang.     

Melihat pemandangan ini di lapangan, bahkan Tang En tertegun. Apa Wood dirasuki roh David Beckham dan Xabi Alonso? Bahkan selama latihan, anak itu tak pernah menunjukkan tembakan yang akurat!     

"Umpan George Wood ... Ya Tuhan! Apa itu tembakan langsung?"     

Di dalam boks VIP, bahkan Edward Doughty tak bisa menahan diri untuk bangkit dari kursinya dan mencondongkan badan untuk melihat bola itu terbang melintasi stadion.     

Coppell bergegas keluar dari area teknis dan hampir berlari langsung ke lapangan. Dia mengepalkan tinjunya dan berteriak, "Sialan! Jangan biarkan bolanya masuk!"     

Ashdown menatap ke arah bola yang mulai turun dan bergumam pada dirinya sendiri, "Kau tak akan masuk, tak akan masuk, tak akan ... masuk!"     

Dia memperhatikan dengan seksama dan mengatur timing untuk bergerak mundur dan melompat. Dia mengangkat tangannya dengan niat membuat bola membentur tiang dan keluar. Dengan begitu, semuanya akan berakhir.     

Tapi dia meremehkan kekuatan dan kecepatan yang digunakan Wood saat menendang bola itu. Bola itu tak menyentuh ujung jarinya, melainkan menghantam pergelangan tangannya. Ashdown jatuh ke dalam gawang, dan bola itu tidak terbang keluar setelah menghantam tiang seperti yang diduganya. Sebaliknya, bola itu terpantul kembali ke depan gawang.     

Sial! Masih ada kesempatan ... Ashdown berjuang untuk melepaskan diri dari jaring dan bangkit untuk menerkam bola. Pada saat yang bersamaan, dia mendengar sorakan di tribun mendadak menjadi lebih keras daripada sebelumnya, dan tiba-tiba saja terdengar suara desis di dekat telinganya seolah-olah sebuah pesawat supersonik baru saja terbang di atas kepalanya.     

Sesosok bayangan muncul di depan bola. Karena cahaya di latar belakang, dia tak bisa melihat warna jersey dan penampilan pria itu. Apa itu rekan setimnya, bek tengah Reading yang mundur untuk bertahan?     

Tang En melompat di pinggir lapangan.     

Motson berdiri dari kursinya dengan mikrofon di tangannya.     

Tangan Edward Doughty menempel erat ke jendela boks VIP, dan jari-jarinya mengeluarkan suara mendecit karena menekan kaca begitu keras.     

Ashdown melihat bayangan gelap mengayunkan kakinya, dan menendang bola dengan kuat. Dia menyaksikan dengan putus asa saat bola melewatinya. Keributan di tribun mencapai klimaks dan dia tak lagi bisa mendengar apa-apa setelah itu.     

"Goooool!! Ya Tuhan! Nottingham Forest unggul melawan Reading di saat-saat terakhir pertandingan! Freddy Eastwood muncul seperti hantu di depan gawang! Sungguh tembakan dari assist yang indah! Aku bertaruh bahkan Twain tak berharap bisa memenangkan pertandingan ini! Lihatlah dia di pinggir lapangan! Dia jadi gila! Dia memeluk semua orang yang dilihatnya! Ini benar-benar gol yang luar biasa! Tembakan assist tak-langsung sejauh enam puluh meter dari George Wood yang berusia delapan belas tahun, yang melakukan debutnya di pertandingan ini! Dilakukan dengan indah, Nak! Ini adalah game pertamamu; teruslah bermain seperti ini, kau akan memiliki masa depan yang cemerlang dan cerah!" Motson melolong tanpa mempedulikan apa pun. Dia punya banyak alasan untuk menjadi impulsif setelah melihat gol seperti itu.     

Para pemain Nottingham Forest, yang telah menunggu di lini belakang tanpa mengharapkan apa-apa, merentangkan tangan mereka dan meraung sambil berlari menuju Eastwood di depan untuk merayakan gol yang telah memicu keriuhan di City Ground.     

Gunnarsson meninju punggung rekan gelandangnya dengan penuh semangat. Dan saat Wood berbalik untuk menatapnya, dia tertawa dan berteriak, "Apa kau bodoh? Kita berhasil mencetak gol! Kerja bagus, Nak! Ini berkat assistmu!" Setelah itu, dia berlari ke arah Eastwood, sama seperti yang lainnya.     

Saat semua orang seolah lepas kontrol, Wood masih tak bereaksi. Dia berdiri di tengah lingkaran dengan linglung, di tempat yang sama dimana dia baru saja melakukan tendangan itu. Dia memandang rekan-rekan setim yang sedang merayakan gol di sekelilingnya, memandang Eastwood yang ditindih rekan-rekan lainnya, memandang Tony Twain yang memeluk semua orang di pinngir lapangan, dan melihat fans yang bersorak sorai di tribun City Ground.     

Selain terengah-engah, dia hanya memikirkan satu pertanyaan: Seberapa banyak penampilanku ini bisa menaikkan gaji mingguannya di kontrak nanti?     

※※※     

Walker mengguncang bahu Twain dengan seluruh kekuatannya, berteriak pada Twain dengan ujung hidung hampir menempel di wajah Twain. "Tony! Tony! Dia jenius! Aku bersumpah! Aku bersumpah demi karierku selama dua puluh tahun, dia akan menjadi pemain hebat! Kau tahu siapa yang kubicarakan, kan?"     

Saat Tang En akhirnya tenang, dia meraih bahu Walker dan menjawab, "Tentu saja aku tahu, Des!" Kemudian dia berbalik dan menatap George Wood, yang masih linglung di lapangan.     

Nak, sejak kau sendirian di kompleks latihan tim pemuda, memikirkan cara-cara untuk melatih operanmu; dari saat kau pergi ke makam Gavin sendirian untuk memberinya bunga; sejak kau datang ke depan pintu rumahku dan berkata padaku, "Tuan, Anda harus merekrut pemain terbaik di Inggris," Aku tahu betul kalau kau akan berhasil, George!     

Idola Gavin tak mungkin bukan siapa-siapa!     

Nak, kau punya awal yang fantastis, sekarang apa kau sudah siap? Untuk melangkah maju di jalan ini ... Tidak, larilah! Majulah dengan kecepatan penuh!     

※※※     

Gol yang luar biasa itu benar-benar menghancurkan Reading. Nottingham Forest mengalahkan Reading, dengan "bola keberuntungan" di menit-menit terakhir mereka, dan menerima tiga poin yang tak direncanakan.     

Pada konferensi pers paska-pertandingan, seorang reporter menyatakan bahwa bahkan Tuhan tak ingin Nottingham Forest kalah, dan telah membantu tim di saat-saat terakhir. Tang En tidak marah mendengarnya, ia bercanda dengan wajar, "Sebenarnya, saat aku perlu, aku selalu meminta bantuan Tuhan. Tuan Coppell adalah seorang pria yang baik, dan aku ingin berterima kasih padanya sekali lagi karena memberikan tiga poin pada timku saat aku sedang membutuhkannya."     

Coppell merasa agak malu. "Aku setuju dengan kata-kata Tuan Twain. Kali ini, timku tidak kalah melawan Nottingham Forest, tapi melawan Tuhan." Dia menunjuk ke atas dengan senyum masam.     

Dia benar. Ada seseorang di atas sana untuk Tony Twain!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.