Mahakarya Sang Pemenang

Rookie yang Melapor Kedatangan Bagian 1



Rookie yang Melapor Kedatangan Bagian 1

0Tanggal 1 Januari 2004, adalah Hari Tahun Baru bagi semua orang, awal dari sebuah tahun yang baru. Tapi bagi Tang En, ada lapisan kegembiraan yang lain baginya - jendela transfer musim dingin akhirnya dibuka. Untuk pertama kalinya, ia bisa mengalami bagaimana rasanya menjadi seorang manajer, berlarian kesana kemari, mengacungkan buku cek kemana-mana, dan mengontrak pemain yang dikaguminya.     

Tentu saja, hal yang tak bisa dihindari dari menyambut pemain baru adalah bahwa dia juga harus melepaskan beberapa pemain.     

Michael Dawson dan Andy Reid akan pergi ke London hari itu. Dengan nilai transfer £8.000.000, mereka akan bergabung dengan skuad elit Liga Utama, Tottenham Hotspur. Ada konferensi pers kecil untuk menyambut mereka disana.     

Eoin Jess yang berusia 33 tahun juga mengatakan pada Twain bahwa meski ia senang melihat Twain kembali ke tim Forest, ia ingin meninggalkan klub di akhir musim ini dan kembali ke tempat ia pertama kali melakukan debut, Aberdeen, untuk pensiun.     

Tang En tak mencoba membujuknya untuk tetap tinggal, karena dia dan Jess tahu bahwa peluang Jess untuk diturunkan pada musim ini semakin tipis. Bahkan jika tim Forest berhasil mendapatkan promosi ke Liga Utama, takkan ada posisi baginya. Tak peduli berapa banyak gol dan jumlah assist yang ia sumbangkan kepada tim, semua itu sia-sia saja. Tim Forest saat ini masih belum berminat untuk menjadi rumah pensiun.     

Ini juga merupakan salah satu aspek kejam dari sepakbola profesional. Para pria tua secara alami akan digantikan oleh anak-anak muda. Dengan suntikan darah baru yang konstan, sebuah tim akan selalu bisa mempertahankan vitalitasnya.     

Pemain lain yang akan meninggalkan tim adalah striker, Craig Westcarr. Pemain berusia 19 tahun itu tak banyak bermain setelah ia masuk ke tim pertama, dan lagi, kemampuannya terlalu jauh dibawah persyaratan Tang En. Kebetulan ada dua klub yang telah mengajukan penawaran pembelian untuknya. Meskipun uangnya tidak banyak, hanya £150.000, Tang En setuju. Sisanya terserah Westcarr sendiri untuk menegosiasikan kontrak dengan kedua tim.     

Perekrut tua Storey-Moore kembali dari Leeds dan tak membawa hasil yang diinginkan Tang En. Keluarga Lennon lebih loyal daripada yang dia bayangkan. Bahkan setelah Moore menawarkan biaya kontrak £100.000, hal itu tak dapat menggoyahkan keyakinan mereka dan mereka akan tetap tinggal di Leeds untuk menandatangani kontrak karir.     

Tang En mengangkat bahunya mendengar ini dan tak menyalahkan Moore. Moore sudah melakukan yang terbaik. Tapi Tang En tahu bahwa kalau semuanya berjalan seperti yang seharusnya, Leeds akan terdegradasi di akhir musim ini dan dipastikan akan bangkrut. Pada saat itu, tidak ada alasan dia tak bisa membeli Lennon kalau dia mengajukan penawaran. Sementara untuk Lennon sendiri ... Apa dia lebih suka bermain di Liga Satu atau pergi ke Liga Utama? Akan mudah bagi Lennon untuk menjawab pertanyaan itu.     

Satu-satunya hal yang disayangkan adalah akan membutuhkan lebih banyak uang daripada £100.000 untuk membeli Lennon, jenius berusia 17 tahun. Hotspur menghabiskan £1.000.000 di musim 05-06 untuk membeli Lennon dari Leeds. Tang En percaya bahwa untuk membeli Lennon selama musim 04-05 takkan membutuhkan uang lebih dari satu juta, tapi mungkin takkan terlalu jauh dari angka itu.     

Membangun ulang tim selama liburan musim dingin cukup berisiko, dan Tang En hanya bisa melakukan perubahan kecil. Tim utama tetap takkan berubah. Dia bisa sepenuhnya memanfaatkan potensi mereka dan mengandalkan mereka untuk bermain dan maju ke Liga Utama. Setelah itu, barulah dia bisa mulai mempertimbangkan kembali rencana membangun tim. Bahkan, jika harus memberikan penilaian yang adil, para pemain yang dibeli Collymore pada dasarnya masih memiliki kemampuan yang bagus. Tapi Collymore tidak melatih para pemain itu dengan baik, dia juga tidak menciptakan sebuah tim yang kohesif untuk membentuk kekuatan tempur yang cukup kuat. Sebuah tim yang terpecah, bahkan tim seperti Real Madrid yang sangat kuat, bisa berakhir dengan situasi tanpa-gelar yang memalukan selama tiga musim kejuaraan berturut-turut, apalagi Nottingham Forest.     

Sementara untuk bek tengah, Moore merekomendasikan seorang pemain kepada Twain. Setelah menonton beberapa video pertandingannya, Tang En memutuskan untuk membelinya.     

Clint Hill adalah sebuah contoh pembelian yang bagus untuk sebuah bek belakang di era CM. Dia seharusnya bermain untuk Stoke City di musim ini, dan akan menjadi semakin sulit untuk membelinya. Tapi dengan kedatangan Tang En, efek riak yang mempengaruhi dunia ini semakin meluas, dan mengubah proyeksi karir Hill. Tim Stoke City tidak berhasil menyepakati biaya transfer Hill dari Oldham Athletic sebelum bursa transfer ditutup. Hill hanya bisa tetap tinggal di tim Liga Dua, Oldham Athletic. Dan Tang En mengambil kesempatan dari situasi ini.     

Hill, yang tidak begitu tinggi, hanya setinggi 1,83 meter, memiliki kebugaran fisik yang sangat baik dan kemampuannya dalam hal menyundul bola, tackling, dan menjaga lawan sangatlah luar biasa. Satu-satunya masalahnya adalah ia kurang memiliki kesadaran defensif dan posisi. Kekuatan dan kelemahannya dituliskan dengan rinci di dalam laporan perekrutan Moore. Tapi, bagi Tang En, memiliki bek belakang seperti ini sebagai salah satu kekuatan utama tim di Liga Satu takkan menjadi masalah. Bahkan ketika mereka berada di Liga Utama nanti, kekurangannya itu takkan menjadi masalah. Setidaknya klub bisa memberikan posisi pemain cadangan untuknya.     

Oleh karena itu, Tang En menginstruksikan klub untuk menghubungi Oldham Athletic dan mengajukan penawaran atas Clint Hill. Meskipun Hill saat ini menjadi bek tengah utama di Oldham Athletic, Tang En tahu bahwa baik klub maupun pemainnya sendiri takkan bisa menolak permintaannya.     

Moore juga tidak kembali dengan tangan kosong dari Leeds. Saat dia tidak bisa mendapatkan Lennon, dan Twain tidak memaksanya lebih jauh lagi, dia menilai bahwa tim akan kekurangan pemain sayap berdasarkan pengalamannya sendiri. Jadi, dia membawa pulang video latihan pemain muda dari Leeds United untuk Twain.     

"Stephen McPhail. Pesepakbola kebangsaan Republik Irlandia berusia 24 tahun ini diturunkan tujuh kali dan mencetak satu gol. Dia bisa memainkan dua posisi yakni gelandang sayap kiri dan gelandang tengah. Dia pemain yang sangat kreatif dengan operan dan umpan silang yang luar biasa. Kurasa kalau Taylor akan menjadi striker utama, maka dia akan sangat berguna." Moore menunjuk pemain Leeds United di layar televisi yang sedang menggiring bola untuk menerobos lawan.     

Tang En mengangguk setuju dengan sudut pandang Moore. Skill personal pria kecil itu memang bagus, bahkan lebih bagus daripada Reid yang baru saja meninggalkan tim. Meskipun ia tak bisa mendapatkan Lennon, daerah sayap kiri pasti akan baik baik saja kalau ada McPhail.     

"Tapi ... harganya pasti tidak murah?" Hal inilah yang paling diperhatikan Tang En. Dia hanya memiliki anggaran £8.000.000 untuk dihabiskan musim ini. Dia harus menggunakannya dengan hemat.     

Moore mengangguk, lalu menggelengkan kepalanya. "4,4 juta pound. Tapi kusarankan kau meminjamnya. Leeds dan dia ingin mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk bermain melalui status pinjaman. Satu-satunya masalah adalah Leeds mengharapkan kita untuk membayar 90% gajinya."     

Tang En mengerutkan kening. Apa Leeds United sangat miskin sampai-sampai mereka hampir tak mampu membayar pemain mereka? "Berapa gajinya?"     

"Gaji mingguannya adalah £9.000."     

Tang En berbalik untuk melihat ke arah Moore, dengan mata melebar. "Lebih baik Leeds merampok bank saja. Hanya Rebrov yang mendapatkan gaji mingguan lebih dari £10.000 di Tim Forest. Dia hanya pinjaman jangka pendek, dan aku harus membayar 9.000 per minggu ... Lupakan saja. Aku tak menginginkannya. Bukan berarti aku tak punya kandidat lain untuk sayap kiri."     

Saat dia mendengar Twain mengatakan ini, Moore tampak tertarik. Dia menyadari bahwa pengetahuan sang manajer tentang banyak pemain tampaknya tak kurang dari pengetahuannya sendiri. Misalnya, Eastwood yang ditemukan oleh Twain. Jadi, dia bertanya, "Siapa lagi yang kausukai sekarang?"     

Tang En mengambil catatan kecil dan pulpen yang selalu dibawanya, menuliskan sebuah nama di atasnya, dan menyerahkannya pada Moore, "Tuan Moore, tolong bantu aku untuk berkunjung ke Stoke City dan melihat bagaimana keadaannya."     

"Kris Commons?" Moore menatap nama itu dan kemudian mengangguk tegas, "Aku tahu siapa dia. Kau menyukainya?"     

"Yah, timnya bertanding melawan kami musim lalu. Dia dimasukkan di menit terakhir, tapi dia menimbulkan banyak masalah bagi timku. Timnya akhirnya kalah enam gol dari kami dalam pertandingan itu, tapi dia adalah satu-satunya pemain Stoke City yang kuingat." Tang En menganggukkan kepala dan berkata, "Terobosannya, umpan silang, tendangan panjang, tendangan bebasnya yang kuat ... dia bukan gelandang kiri yang buruk. Dan kurasa harganya takkan terlalu tinggi, jadi kita tidak perlu meminjam pria dengan gaji £9.000 per minggu itu."     

Di layar televisi, McPhail dengan indah melewati dua pemain lawan di sayap sendirian. Kemudian dia menggunakan cara yang sangat imajinatif untuk mengirim bola melalui tengah-tengah dua orang pemain, dan dia meningkatkan kecepatannya untuk memotong mereka. Pada saat ini, lawan-lawannya masih terpaku di tanah dan tak tahu ke mana bolanya pergi. Aksinya segera diikuti dengan umpan silang yang indah, yang memberikan assist bagi rekan setimnya untuk mencetak gol.     

Menonton adegan ini, Tang En terbatuk beberapa kali. "Yah, sebenarnya, tak buruk untuk meminjamnya. Lagi pula, aku tidak tahu apa Commons bisa bertahan dan tampil di setiap pertandingan tanpa sakit atau cedera. Baiklah, sepertinya kita perlu melakukan negosiasi dengan Leeds."     

Di sebelahnya, senyum kecil muncul di wajah Moore.     

Pada saat itu ponsel di saku Tang En berdering. Itu adalah panggilan dari penjaga pintu masuk, Ian MacDonald.     

"Tony, ada orang disini yang ingin bertemu denganmu. Katanya dia pemain yang baru dikontrak untuk tim Forest, tapi dia kelihatan seperti seorang pembohong."     

Terdengar suara tajam dan berbicara dengan cepat di ujung telepon. "Aku bukan pembohong! Aku pesepakbola profesional! Apa aku harus menunjukkan kontrak aslinya? Sialan! Sabina, cepat bantu aku menemukan kontrak itu!" Suara itu kemudian diikuti dengan suara tangisan bayi.     

Saat dia mendengar ini, Tang En tersenyum dan bertanya pada MacDonald, "Ian, 'pembohong' yang kau maksud, apa dia membawa mobil wagon kuning untuk datang kemari?"     

"Benar, Tony. Mobil itu hampir menutupi gerbang depan! Aku belum pernah melihat 'pemain profesional' yang tinggal di mobil wagon. Apa maksudmu dia bukan pembohong? Dan ..."     

"Aku sudah bilang kan, aku bukan pembohong! Aku punya buktinya!" suara yang tajam itu terdengar lagi. Bahkan Moore bisa mendengarnya.     

Tang En dan Moore saling melirik satu sama lain seolah sama-sama paham dan tertawa.     

"Ian, kau bertugas dengan baik. Aku akan segera ke sana."     

※※※     

Ketika Tang En dan Moore bergegas ke gerbang depan kompleks latihan, Eastwood masih berdebat dengan Ian MacDonald. Penjaga tua itu dengan patuh mendengarkan instruksi Twain dan menolak untuk membiarkan Gipsi Romani yang tak terlihat seperti pesepakbola profesional untuk memasuki kompleks latihan. Eastwood melambaikan lengannya pada MacDonald dengan frustrasi karena dia dan istrinya tidak bisa menemukan kontraknya. Istrinya, Sabina, sedang menenangkan anak mereka di samping kedua pria itu saat bayi kecil itu kelihatannya merasa takut akibat suara tajam ayahnya yang bertengkar dengan orang lain. Bayi itu menangis tanpa henti di lengan ibunya dan meronta-ronta dengan semua kekuatannya.     

Itu memang pemandangan yang riuh!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.