Mahakarya Sang Pemenang

Twain si Mulut Besar Bagian 2



Twain si Mulut Besar Bagian 2

0Hanya Brosnan yang merasa hal itu tidaklah aneh. Karena itu adalah Tony Twain yang dikenalnya. Twain adalah orang yang emosional dan meledak-ledak ... dan kadang-kadang dia tak terlihat seperti seorang manajer profesional yang sangat matang. Dia memang sudah berusia 35 tahun, tapi lebih kelihatan seperti pemuda berusia 26 atau 27 tahun, kira-kira sebaya dengan dirinya.     

"Tentang konsekuensi serius yang kusinggung, kurasa semua orang melihatnya kemarin. Kalau ketua Millwall ingin mencari-cari alasan untuk menjelaskan kekalahan telak yang dialami timnya, kusarankan dia menyebutkan fans Millwall yang bernyanyi di tribun kemarin. Mereka yang memintanya! Mereka kalah dalam pertandingan dan mengatakan kerusuhan itu disebabkan oleh fans timku? Aku ingin memberitahunya agar menengok hati nuraninya sendiri dan aku ingin tahu apa dia berani mengulangi kata-kata itu lagi ?! Sebagai seorang pria, dia gagal menerima tanggungjawab atas kekalahan itu. Untuk melampiaskan amarahnya, dia membalikkan yang benar dan yang salah, fakta dan fiksi, dan melemparkan kemarahan serta menyalahkan pihak yang tak bersalah. Aku tidak percaya ada ketua dan manajer yang seperti itu. .. tsk tsk!" Tang En menggelengkan kepalanya. "Sangat wajar bagi kami untuk mengalahkan mereka dengan enam gol! Kenapa mereka menghubungkan stasiun kereta bawah tanah ke dekat tribun di stadion baru Millwall, The Den? Kurasa Tuan Ketua pastilah sudah tahu alasannya. Sama halnya seperti dia sudah tahu dengan jelas orang-orang seperti apa fans mereka itu."     

Tidak hanya ketua Millwall yang mengetahui tentang hal itu, tapi para wartawan yang hadir juga tahu. Stadion The Den klub Millwall adalah stadion yang baru dibangun di tahun 1990-an. Masalah yang kerap terjadi dengan hooligan sepak bola Millwall turut dipertimbangkan selama tahap perencanaan dan disain. Oleh karena itu, tribun untuk fans tim tamu dirancang di bagian paling tenggara dimana para fans tim tamu bisa langsung menuju ke tribun mereka dari stasiun kereta api yang berada di samping stadion melalui lorong khusus dan membeli tiket pulang usai pertandingan. Fans tim tamu diberi fasilitas agar mereka mudah meninggalkan stadion dengan cepat.     

Para hooligan sepak bola Millwall sudah terkenal di seluruh Inggris, karena itulah mereka memiliki fitur desain yang sedemikian rupa di stadion mereka.     

"Kalau Tuan Paphitis menganggap dirinya dihina tanpa alasan yang jelas dan ingin menuntutku, maka aku juga akan mempertimbangkan dengan serius untuk menuntut dia dan Manajer Alan McLeary atas fitnah terhadap fans Nottingham Forest dan klub!"     

Begitu Twain selesai mengatakan itu, Doughty, yang duduk di sebelahnya, melanjutkan, "Kami akan menuntut mereka atas nama klub kami. Percayalah bahwa kami tidak menganggap remeh hal ini dan tidak mengatakan ini hanya karena marah. Klub Forest kami dengan senang hati akan melayani mereka kalau Tuan Theo Paphitis dan Alan McLeary berniat membawa perselisihan ini ke pengadilan, karena telah meremehkan hukum dan kepercayaan publik."     

Kalau saat ini masih setengah tahun yang lalu, Doughty takkan punya hak untuk mengatakan hal-hal seperti itu. Keputusan resmi, atas nama klub, harus disahkan melalui keputusan dewan direksi. Sekarang ini dia memiliki 75 persen saham klub, dan dia adalah satu-satunya pemilik klub Forest, jadi dia bisa melakukan apa pun yang dia mau.     

Setelah mendengar kata-kata kedua pria itu, ada suara obrolan yang berdengung di antara kerumunan media di depan panggung. Apa ini pernyataan perang resmi antara Klub Nottingham Forest dan Klub Millwall? Darah paparazzi mereka seolah menyala dan berkobar! Perjalanan kemari hari ini memang benar-benar tidak sia-sia! Manajer Tony Twain, kau tidak mengecewakan kami! Ah, dengan semburan kata-kata dari mulut besarmu itu, penjualan surat kabar kami akan terus meningkat!     

"Hanya itu yang harus kukatakan. Selamat siang, semua!" Setelah berbicara, Tang En berbalik dan meninggalkan ruang konferensi pers. Dia sama sekali tak peduli tentang masalah yang mungkin ditimbulkan oleh kata-katanya barusan. Dia hanya punya sesuatu untuk dikatakan dan dia akan merasa kesal kalau dia tak diijinkan mengungkapkannya. Dia merasa lega dan senang sekarang. Bagaimana perasaan Mr. Paphitis dan Mr. McLeary tentang ini, dia sama sekali tak peduli.     

Brosnan menatap punggung Twain dan menggelengkan kepalanya. Tony, kau dieksploitasi oleh media!     

※※※     

"Tony, apa kau melihat wajah para reporter yang bersemangat itu?" Doughty berdiri di dekat jendela kantornya bersama dengan Twain, mengawasi para wartawan berjalan keluar dari pintu.     

"Tentu saja, aku melihatnya. Pria kecil tadi berpura-pura tampak menyedihkan untuk memancingku mengatakan apa yang ingin didengarnya. Dia berhasil melakukannya."     

Doughty menggaruk kepalanya. "Kukira kau tidak tahu. Bagaimana menurutmu?"     

"Media berita kelihatan senang ... Tapi kurasa opini publik memang baik untuk kita. Aku tidak terlalu memikirkan tentang hal-hal yang lain. Kalau Millwall benar-benar ingin menuntutku, aku takkan lari darinya."     

Saat dia mendengar Twain mengatakan itu, Edward tersenyum. "Kau tidak perlu bertindak seperti pahlawan, Tony. Tentang hal itu, klub akan sepenuhnya mendukungmu. Hal ini juga ada hubungannya dengan reputasi klub. Aku takkan duduk diam dan menonton serta tak melakukan sesuatu untuk itu. Tony, kau tahu? Setelah mendengarmu bicara tentang hubungan antara penampilan tim dan uang di Wilford Lane tempo hari, aku menyusun ulang sebuah rencana yang hebat. Apa kau mau mendengarnya?"     

Twain mengalihkan pandangannya dari jendela dan menatap Doughty yang tersenyum. "Aku mendengarkan, Edward."     

"Ini tak bisa diungkapkan dalam dua atau tiga kalimat... Kita bisa makan siang sama-sama. Kebetulan Alan baru kembali dari Amerika. Kita punya banyak hal untuk dibahas." Doughty menepuk bahu Twain.     

"Penasihat keuanganmu itu?"     

"Itu benar, tapi sebentar lagi dia akan menjadi manajer pemasaran klub. Dia akan bertanggungjawab untuk menghasilkan uang..." Doughty tidak melanjutkan, dia hanya tersenyum dan menatap Twain.     

Twain paham, dan dia juga tersenyum. "Dan aku yang bertanggung jawab untuk menang."     

"Ya, kita bertiga akan bisa rukun, Tony!"     

※※※     

Saat Pierce Brosnan mendengarkan rekaman konferensi pers dan mengatur kembali naskahnya, dia semakin merasa bahwa pemimpin redaksi mungkin sudah menduganya. Pernyataan dari konferensi pers yang bermuatan tinggi ini, saat disatukan dengan artikel berita dokumenter yang menegangkan, memang lebih menarik daripada laporan media lain yang seragam.     

Tentu saja, setiap kata yang diucapkan oleh Twain pada konferensi pers sudah cukup menyita banyak perhatian ... Melihat banyak kata-kata kasar di dalam naskah, Brosnan menghela nafas dan menghapusnya.     

Sebagai akibatnya, naskah yang ia serahkan kemudian dikembalikan. Brosnan merasa aneh saat dia membuka dokumen Word. Dia melihat bahwa kata-kata umpatan yang semula sudah dihapusnya telah kembali ditambahkan, terlebih, kata-kata itu juga dicetak dengan huruf tebal.     

Dia meringis. Ini pasti hasil kerja Tn Pimpinan Redaksi. Meskipun mungkin hal ini takkan menguntungkan bagi Tony Twain, ia harus mengakui bahwa apa yang dilakukan oleh Tuan Pimpinan Redaksi ini akan bisa menarik minat pembaca.     

Prioritas utama media selalu terhubung pada menarik perhatian pembaca ... Bagaimana dengan etika jurnalistik? Tanggung jawab sosial dari media berita? Jangan bercanda ... Ini adalah bisnis serius. Sejak Rupert Murdoch mengakuisisi The Sun, ia memulai tren vulgarisasi di surat kabar, dan selain itu ia juga berhasil mengakuisisi The Times, yang dihormati pada waktu itu di antara media surat kabar Inggris. Dia praktis menyelaraskan surat kabar nasional yang memiliki prestise tinggi di seluruh Eropa dengan surat kabar tabloid kelas tiga The Sun. Sampai hari ini, 40% dari semua surat kabar di Inggris dikendalikan oleh Murdoch. Moralitas dan tanggung jawab telah lama dihapuskan dari leksikon berita.     

Dan sekarang, apa pun yang bisa menarik pembaca akan dilaporkan. Kalau beritanya tak cukup menarik, editor dan reporter berita terus akan menulisnya sampai bisa dimuat di surat kabar, atau mereka akan mengatur dan berkoordinasi dengan cermat dari segala sudut untuk membujuk karakter berita terkemuka agar membuat sebuah cerita yang bagus. Hal ini terdengar seperti film Hollywood, tapi di lingkungan berita terkini di Inggris, ini adalah fakta.     

Brosnan juga mengetahui hal ini dengan baik, jadi dia menghela nafas dan menyetujui perbaikan yang dilakukan oleh pimpinan redaksi. Kemudian dia menuliskan byline-nya dan mengirimkannya lagi. Kali ini naskahnya tak dikembalikan. Dia tahu bahwa mulai petang ini, perang berita antara media telah dimulai.     

Tuan Twain, kau benar-benar seorang "tokoh berita"!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.