Mahakarya Sang Pemenang

Twain si Mulut Besar Bagian 1



Twain si Mulut Besar Bagian 1

0ierce Brosnan menghabiskan sepanjang malam dan begadang untuk menyelesaikan laporan berita, "Petualangan Berbahaya Tony Twain dan Nottingham Forest di Bawah Tanah London." Dia menggunakan penulisan dengan gaya novel dan menulisnya dengan senang hati. Dia berharap para pembaca juga akan membacanya dengan senang. Kejadian itu benar-benar pengalaman yang langka.     

Tapi saat dia mempresentasikan naskah itu kepada pimpinan redaksi, pimred mengatakan kepadanya bahwa naskah itu tidak bisa dirilis.     

"Kenapa?" Brosnan sedikit kesal. Kenapa naskah yang merupakan hasil kerjanya selama semalaman itu tak boleh dirilis? Dia tidak memasukkan konten apapun yang tak diijinkan untuk dipublikasikan, dan Inggris adalah sebuah negara demokrasi dengan kebebasan pers. Selain itu, Millwall telah menuduh fans Nottingham Forest sebagai penyebab kerusuhan. Dia perlu memberitahu para pembaca melalui laporan berita yang akurat tentang siapa orang-orang yang berbahaya dan siapa penjahatnya!     

"Ah, jangan salah sangka, Pierce," pemimpin redaksi itu tersenyum dan berkata kepadanya. "Maksudku adalah aku tidak bisa merilisnya sekarang. Kita baru saja menerima pemberitahuan tentang konferensi pers. Presiden perusahaan ingin kau hadir disana, lalu kembali kemari dan menulis laporan."     

Brosnan, yang masih tak ingin mundur, bertanya, "Apa hubungannya konferensi pers itu dengan laporan ini?"     

"Yah, kupikir ... cerita ini, kalau disatukan dengan laporan dari konferensi pers, akan jauh lebih menarik." Pemimpin redaksi itu tidak merasa jengkel, dia hanya tersenyum dan berkata, "Apa kau tahu tentang konferensi pers itu?"     

Brosnan menggelengkan kepalanya.     

"Konferensi itu diselenggarakan oleh klub sepak bola Nottingham Forest sebagai tanggapan atas omong kosong Millwall tentang pihak mana yang menyebabkan kerusuhan kemarin."     

Mata Brosnan melebar.     

"Jadi, kau akan pergi kesana, Pierce. Temanmu, Tony Twain akan berada di konferensi pers, dan kupikir di mana pun dia berada, kita takkan kekurangan elemen berita dan adegan dramatis untuk dilaporkan."     

Pemimpin redaksi baru saja selesai berbicara saat Brosnan berbalik dan bergegas keluar dari kantor.     

※※※     

Saat Brosnan tiba setelah berlari sampai terengah-engah ke tempat konferensi pers itu, ia menemukan bahwa ruangan itu sudah penuh sesak dan pasti tak ada lagi kursi yang kosong. Dia hanya bisa berdiri di pintu dan berdesakan dengan kamera-kamera stasiun TV di barisan belakang.     

Jumlah media yang menghadiri konferensi pers ini melebihi antisipasi Brosnan. Sudah ada lima jaringan televisi yang terlihat hadir disini, dua diantaranya adalah stasiun televisi lokal Nottingham, dan tiga lainnya adalah Sky TV, BBC dan stasiun independen.     

Terkait media cetak dan online, ada banyak sekali yang hadir disana sehingga mustahil bisa mengenali mereka satu per satu.     

Sepertinya semua orang sangat peduli dengan kerusuhan antar fans yang terjadi di tribun itu. Kekerasan di dunia sepakbola tampaknya telah menjauhkan diri dari liga, tapi sebenarnya tak pernah benar-benar menghilang. Kekerasan itu bersembunyi diam-diam di luar kesadaran semua orang dan bangkit kembali pada peluang pertama yang diperolehnya. Brosnan teringat Gavin, yang meninggal dalam keadaan tak bersalah ... Beberapa hari yang lalu, dia pergi ke makam Gavin dan menemukan dua karangan bunga di depan batu nisannya. Tak satu pun dari kartu-kartu itu memuat nama si pengirim. Tapi Brosnan menduga salah satu karangan bunga itu pasti diletakkan oleh Twain. Setelah dia sering berkontak dengan Twain selama lebih dari setengah tahun terakhir, dia menyadari bahwa dibalik penampilan pria yang mudah marah dan seolah memakai papan bertulisan "Orang asing dilarang masuk" itu, dia sebenarnya adalah orang yang sentimentil. Hanya saja, dia tidak terlalu pandai dalam mengekspresikan perasaaan yang ada di hatinya.     

Bagaimana lagi cara tim Forest bisa mengalahkan Millwall dengan skor 7:1 dalam pertandingan tandang di tengah-tengah semua kesulitan itu? Brosnan merenungkan pertanyaan ini selama dan setelah pertandingan. Kalau para fans Millwall tidak menggunakan nama Gavin untuk memprovokasi dan mengejek tim Forest, mungkin Nottingham Forest akan kalah dalam pertandingan yang sulit ini. Tapi para fans itu sengaja melakukannya. Itu sama saja dengan menusukkan pisau ke hati Twain, dan tidak hanya menusuk. Mereka juga menaburkan garam ke atas luka tikam itu.     

Tony Twain adalah seorang pelatih sepakbola, bukan seorang pembunuh. Dia tidak bisa meninggalkan pertandingan, melompat ke tribun dan berkelahi dengan para fans. Tapi kemarahan di dalam dirinya harus dilampiaskan, dan karenanya tim Millwall yang malang menjadi korban dari kepuasan sesaat para fans mereka. Brosnan bahkan bisa membayangkan bagaimana perilaku Twain selama waktu istirahat usai akhir babak pertama. Dia pasti mengacungkan kepalan tangannya dan meraung di ruangan kecil itu untuk membuat semua pemainnya paham bahwa semua orang yang membuatnya marah, mengganggunya, memprovokasinya, mengejeknya, dan berulang kali menantang batas kesabarannya, takkan memiliki akhir yang baik.     

Seperti apa yang dia katakan di konferensi pers pasca-pertandingan, "Saat (para penggemar itu) bernyanyi satu kali, kami akan mencetak gol! Bernyanyi lagi, cetak satu gol lagi! Sampai mereka tak berani membuka mulut mereka lagi!"     

Sebenarnya, Brosnan tak ragu bahwa tim Forest benar-benar bisa melakukan itu. Karena dia tahu mereka adalah tim Forest yang dipimpin Tony Twain. Pada saat pertandingan itu, dia sangat bersemangat di tribun setiap kali tim Forest mencetak gol, seolah-olah dia adalah fans Forest yang bersemangat dan kebetulan duduk di area pers. Setelah babak pertama yang penuh gejolak, setiap fans Forest akan sama bersemangatnya seperti dirinya, kan? Melihat para fans Millwall yang perlahan mulai terdiam, semua keputusasaan fans Forest sebelumnya benar-benar menghilang! Itu bahkan lebih menyenangkan daripada orgasme!     

Apa yang dikatakan Twain memang benar. Jenis manajer terbaik apa yang akan bisa memenangkan hati para fans? Kemenangan! Seorang manajer yang bisa membawa kemenangan! Dilihat dari dua pertandingan ini dan setelah mengalami kegagalan dalam promosi tim, Tony Twain menjadi lebih matang setelah pengalamannya di tim pemuda — tentu saja, ia lebih matang kalau dibandingkan dengan sebelumnya. Dia pastilah telah mempertimbangkan situasi saat ini dan masa depannya dengan serius. Setelah dia menemukan arah untuk maju, dia tak lagi ragu dan bergerak mantap selangkah demi selangkah dengan kedua kaki berpijak kuat di tanah.     

Disaat Brosnan sedang merenung, hiruk pikuk di ruang konferensi pers itu semakin berkurang, dan akhirnya menghilang. Tony Twain dan Edward Doughty, dua tokoh terkemuka di Nottingham Forest Football Club, naik ke atas panggung. Ketua duduk, dan manajer berdiri di depan kursinya, memandangi mikrofon, pena perekam, perekam kaset, dan bahkan ponsel di atas meja. Dia tidak menghitungnya karena ada terlalu banyak jumlahnya untuk dihitung.     

Tapi, dia masih bisa melihat beberapa logo yang sudah dikenalnya.     

"Sky TV, BBC, ITV, The Sun ..." Tang En dengan santai menyebutkan semua logo yang dia tahu, seolah sedang berbicara pada dirinya sendiri. "Itu bagus, semua media yang berpengaruh ada di sini."     

Kemudian dia melihat ke arah para reporter yang duduk di hadapannya, "Aku ingin bertanya, apa ada media Millwall, seperti misalnya dari situs web resmi mereka, atau reporter yang memiliki hubungan kerja yang erat dengan klub itu?"     

Para wartawan melihat ke kiri dan ke kanan, ke depan dan ke belakang. Tidak ada yang mengangkat tangan atau berdiri, dan tidak ada yang menjawabnya.     

Tang En menggelengkan kepalanya, "Sayang sekali. Tak apalah, kurasa akan sama saja kalau aku berbicara pada kalian. Aku percaya telinga Ketua Paphitis yang buta itu masih bisa mendengar. Kalau dia tidak bisa membaca surat kabar, dia masih bisa mendengarkan televisi dan radio, kan?"     

Komentar pertamanya ini menimbulkan keributan di antara para reporter yang ada di depan panggung. Ini jelas serangan pribadi ...     

Jadi, seseorang mengangkat tangannya.     

"Kau, Pak, apakah kau punya pertanyaan?" kata Tang En sambil menunjuknya.     

"Um, Tuan Twain, saya harap Anda tahu dampak dari apa yang baru saja Anda katakan dan bagaimana hal itu bisa mempengaruhi Anda ..." seorang reporter botak dan bertubuh kecil yang mengenakan jas krem berdiri dari kursinya.     

"Oh, kenapa kau tidak mengangkat tangan saat aku tadi bertanya apa ada media yang terkait dengan klub Millwall?" Twain mengerutkan dahi.     

"Saya tidak punya hubungan apapun dengan klub Millwall, saya hanya mengingatkan Anda, Tuan Twain. Saya ..."     

Tang En melambaikan tangannya dan menyela ucapan si reporter, "Aku tidak peduli dari perusahaan media mana kau berasal. Aku tahu apa yang akan kau katakan ... bahwa Tn Paphitis yang buta itu akan sangat marah, dan konsekuensinya akan sangat serius. Benar kan?" Dia memelototi si reporter dengan agresif. "Maka dengan segala hormat aku akan bertanya padamu, Tuan Reporter... Bagaimana menurutmu perasaanku ketika para fans klub Millwall di tribun membuat lirik tentang fan muda Forest yang sudah meninggal dunia, menghina timku dan memprovokasi fansku? Bagaimana menurutmu perasaanku?!"     

Twain tiba-tiba saja meninggikan suaranya, dan tubuh reporter kecil yang malang itu bahkan gemetar tak terkendali di bawah ledakan amarah Twain.     

"Dia bilang dia tidak melihat fansnya menantang para fans Forest di tribun, dan dia bilang dia tidak mendengar lagu yang dinyanyikan oleh fansnya? Ah, maafkan aku, aku baru saja mengatakan dia buta, tapi sebenarnya, dia tidak hanya buta, tapi juga tuli! Kalau dia ingin mengatakan bahwa dia tidak memahami makna dari lirik lagu yang dinyanyikan oleh para fans itu, maka aku akan merasa terhormat untuk mengumumkan bahwa Tn. Paphitis memiliki masalah dengan kepalanya! 'Cacat-otak'! Apa kalian pernah dengar istilah itu? Belum? Baiklah, Encyclopedia Britanica seharusnya memasukkan kata itu. Aku menciptakannya, dan kemudian menuliskan di catatan kecil: Otak memiliki kecatatan, contoh: Silakan merujuk pada ketua klub Millwall, Tn. Theo Paphitis!" Tang En menggunakan nada teguran yang biasa ia gunakan pada para pemainnya untuk menyumpahi ketua klub Millwall. Si reporter yang malang itu pasti dilihat sebagai Theo Paphitis oleh Tang En.     

"Para fans-nya menggunakan lagu untuk menghina fans-ku, nyanyian itu sangat keras hingga bisa didengar dengan jelas di dalam siaran televisi. Ada kurang lebih sekitar setengah menit dimana siaran TV difokuskan ke bagian tribun itu dan layarnya tidak diubah, dan dia bilang dia tidak melihat dan tidak mendengarnya! Maksudku, apa ada alasan logis kenapa aku tidak bisa menyatakan dia buta dan tuli? Apa aku memfitnahnya? Apa aku bicara omong kosong? Kenapa dia harus marah? Apa yang memberinya hak untuk marah? Kalau dia masih berniat untuk berpura-pura bahwa dia sedang bingung, maka aku akan mengatakan padanya sekarang, fans-nya menggunakan cara yang paling hina dan tak tahu malu untuk mengejek timku, persetan, aku jauh lebih marah daripada dia! Konsekuensinya bahkan jauh lebih serius!"     

Twain memukulkan tinjunya ke atas meja dan menggeram dengan marah. Konferensi pers itu terdiam. Mungkin semua orang merasa takut dengan emosi yang ditunjukkan olehnya.     

Bagi beberapa orang diantara mereka, sebelum mereka datang kemari, mereka mengira ini hanyalah Nottingham Forest Club yang memberikan pernyataan kepada Millwall Club, sebuah pernyataan prosedural yang resmi. Tak ada yang menduga mereka akan melihat sebuah pertunjukan yang bagus. Bagaimana ini bisa disebut sebagai pernyataan resmi? Ini hanyalah seseorang yang memaki dan menyumpah sekeras yang dia bisa. Dia bukan manajer pertama yang memaki di sebuah konferensi pers, kan?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.