Mahakarya Sang Pemenang

Millwall yang Tangguh Bagian 2



Millwall yang Tangguh Bagian 2

0Walker juga bangkit berdiri untuk memprotes. Ketika mereka masih tidak puas dengan keputusan wasit, Millwall memulai serangan cepatnya di lapangan.     

Wise mengoper bola ke Cahill di depannya. Kemudian Tang En melihat Cahill menggiring bola lurus di sepanjang daerah sayap, sangat dekat dengan garis tepi lapangan dan melewati Gareth Williams. Setelah memasuki area 30 meter tim Forest, dia membuat tipuan dan tiba-tiba saja bergerak memotong ke dalam!     

Langkahnya ini menipu bek kanan, John Thompson, dari tim Forest yang datang ke arahnya untuk menghadang. Kemudian, dia menggiring bola, dan Eugen Bopp datang untuk menjegal. Dia mengangkat tangannya untuk memblokir remaja Jerman itu dan terus menggiring bola menuju zona tengah.     

Pada titik ini, striker Millwall sedang bergerak ke area penalti dan saling bertemu di dalam. Mereka menerobos lini pertahanan Forest.     

Setelah melihat ini, adegan yang dilihat Tang En di Piala Dunia 2006 tiba-tiba muncul di benaknya. Tim Cahill, yang juga memakai jersey nomor 4, berada di garis lengkung area penalti, berlari maju untuk membantu, dan hampir mengangkat kakinya ...     

"Jangan biarkan dia menembak! Pelanggaran! Pelanggaran k*parat!" teriak Tang En. Tapi suaranya segera ditenggelamkan oleh sorakan yang nyaring.     

Cahill, nomor 4, tiba-tiba berlari maju sambil menendang bola ke gawang!     

Bola menerobos masuk melalui celah kecil di antara Michael Dawson dan Wes Morgan! Dengan hembusan angin yang menyapu ujung rerumputan, bola itu terbang ke jaring melewati tangan kiper Forest, Darren Ward.     

"Goooooooooooal! Tim Cahill! Tembakan jarak jauh yang luar biasa, dia sendirian mengalahkan seluruh lini pertahanan tim Forest! Bintang baru yang masih berusia dua puluh tiga tahun! Benar-benar momentum yang tak tertandingi! Tim tuan rumah, Millwall memimpin!"     

Para pemain Millwall saling berpelukan untuk merayakan gol, dan Tang En bersama asistennya, Walker, mengeluh kepada ofisial keempat tentang pelanggaran Muscat.     

"Itu tadi jelas pelanggaran! Kau bahkan tidak meniup peluit untuk tackling dari belakang, apa yang kau lakukan?! Apa kau harus menunggu pria Aussie sialan itu mematahkan kaki pemainku sebelum kau melakukan sesuatu tentang hal itu?" Dengan mulut terbuka lebar, Tang En menyemburkan air liur ke ofisial keempat saat dia berteriak.     

Bek tengah Millwall, wakil kapten, Kevin Muscat dianggap "terkenal" di Inggris. Dia bahkan memiliki gelar "The First Butcher."     

Belum lama ini, dia mematahkan kaki seorang pemain Charlton. Meskipun pemain itu menerima £750.000 pound sebagai kompensasi pensiun, ia takkan pernah bisa bermain bola lagi.     

Ada daftar panjang nama-nama pemain yang menjadi korban kaki bek tengah setinggi 1,8 meter ini: Craig Bellamy, Dugarry, Lazaridis ...     

Untungnya, Johnson menghindar di saat yang krusial, kalau tidak maka namanya juga akan masuk ke dalam daftar itu.     

Saat Tang En sedang mendesak ofisial keempat, manajer Millwall, McLeary memutuskan untuk ikut menghampiri dan ikut campur. Dia berkata sinis pada Twain, "Tuan Twain, Anda sebaiknya mengurus masalah Anda sendiri dan jangan mengganggu wasit."     

Tang En membelalakkan matanya dan menatap pria itu, "Kau b*jingan yang baru saja lolos dari hukuman yang seharusnya kau terima, dan sekarang kau datang untuk menyombongkan diri?!" Dia benar-benar ingin menerkam si brengsek itu dan memukulnya, tapi sayangnya kalau dia melakukan itu, dia juga akan diusir — McLeary, tentu saja, akan langsung dikirim ke rumah sakit.     

Para fans Millwall yang melihat pemandangan ini dari tribun secara alami mencemooh Twain, dan para fans yang berada di kejauhan melontarkan cemoohan dengan suara keras pada Tony Twain, suara mereka bisa didengar dengan jelas.     

Ofisial keempat, yang terjepit di antara kedua manajer, tak punya pilihan selain menampar keduanya di pergelangan tangan dan memberikan peringatan kepada mereka berdua, "Kalian berdua, kembali ke area teknis kalian. Siapa pun yang meninggalkan area teknisnya lagi, aku akan meminta wasit memberi kalian hukuman untuk pergi ke tribun! Kembali sekarang!"     

Dia melambaikan tangannya. Manajer Millwall mengangkat kepalanya seolah-olah dia adalah ayam jantan yang menang dan melangkah kembali ke area teknisnya. Tang En, yang masih menyumpah-nyumpah, kembali ke area teknis dengan enggan. Sebenarnya, di dalam hatinya dia tahu bahwa selama wasit memutuskan untuk menganggap gol tadi sah, tak peduli berapa banyak keberatan yang dia ajukan, dia takkan bisa mengubah hasilnya. Ini bukan Piala Dunia 1982 di Spanyol, era tak masuk akal di mana wasit bisa diminta mengubah skor saat putra mahkota dari sebuah negara kecil di Asia Barat mengancam akan meninggalkan pertandingan.     

Pada akhirnya, mereka tak bisa bertahan! Situasi menjadi semakin tak menguntungkan. Dengan satu gol di tangan, Millwall bisa sepenuhnya menarik mundur pasukan mereka dan bertahan penuh di setengah lapangan mereka, dan lalu mereka bisa memanfaatkan pertahanan brutal dan momentum pertandingan kandang ini untuk memblokir serangan balik tim Forest dan mempertahankan skor tetap 1: 0 hingga akhir pertandingan.     

Itu adalah skenario yang paling tak ingin dilihat oleh Tang En.     

※※※     

Saat pertandingan dilanjutkan, penampilan Millwall tampaknya mengkonfirmasi apa yang baru saja dipikirkan oleh Tang En. Mereka sengaja memperkuat lini pertahanan mereka dan menggunakan pertahanan yang ganas dan brutal untuk menghentikan serangan balik tim Forest.     

David Johnson sudah dua kali dilanggar oleh Muscat dalam jangka waktu 15 menit. Saat dia berdiri dengan terpincang-pincang, hukuman bagi si pelaku hanyalah peringatan lisan dari wasit.     

Melihat ini, para pemain Forest merasa sangat marah terhadap gaya bertahan Millwall yang keras, dan kemarahan ini juga semakin diperkuat oleh cemoohan, tawa, dan ejekan dari para fans di stadion kandang Millwall yang tak henti terdengar.     

Penuh dengan semangat muda, saat Eugen Bopp melihat rekan setimnya diserang oleh Muscat lagi dan lagi, dia bertekad akan menemukan kesempatan untuk membalas dendam pada Muscat dan memberi tahunya bahwa tim Forest tak boleh diremehkan!     

Saat Muscat baru saja menghentikan umpan melalui tackling yang diduga termasuk pelanggaran, dia bergegas maju. Dia tampak seperti pemain yang ingin merebut bola. Tapi sebenarnya, dia menggunakan lengan atasnya untuk mendorong pria itu di tulang rusuknya. Dampaknya bisa menjatuhkan Muscat yang tak waspada ke lapangan!     

Wasit meniup peluitnya, dan para pemain Millwall di sekitarnya bergegas maju. Para pemain Nottingham Forest juga tak mau kalah. Terdengar suara desis keras dari tribun penonton.     

Situasi di lapangan sangat kacau.     

"B*jingan itu!" Tang En memarahi Bopp dari pinggir lapangan. "Bukankah ini yang diinginkan Millwall? Dia sama sekali tidak dewasa!"     

Berkat wasit yang segera meniup peluit dan beberapa pemain yang berkepala dingin dari kedua belah pihak, perkelahian tidak terjadi. Wasit memanggil Eugen Bopp dan memberinya kartu kuning.     

Para pemain Millwall merasa tidak puas dengan hasil ini. Mereka yakin bahwa kartu merah seharusnya diberikan untuk pelanggaran yang disengaja. Wasit mengabaikan keluhan mereka dan memanggil Muscat sendirian untuk memberinya beberapa kata peringatan. Muscat mengira masalah ini bukan masalah besar, dan dia masih mengeluh. Dia tidak mengira wasit akan mengangkat tangannya untuk memberinya kartu kuning!     

Para pemain Millwall segera mengerumuni wasit lagi. Cemoohan dari tribun penonton juga mengubah target mereka dan kini diarahkan pada wasit.     

Tang En yang melihat pemandangan ini dari pinggir lapangan, mendengus, "Mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan tembakan murahan dan masih berpura-pura itu bukan apa-apa, dari manajer sampai pemain, sampai para fans, k*parat semua!"     

Walker menghela nafas. Dia tak berdaya menghadapi pertandingan seperti ini. Semua hal seolah menentang mereka.     

"Des, berapa lama waktunya sampai akhir babak pertama?" tanya Tang En saat dia mendengar Walker menghela nafas.     

"Sembilan menit." Walker melihat arlojinya dan berkata, "Tony, situasinya tidak terlalu buruk ... Setidaknya Bopp tidak diusir, dan kita tidak kebobolan lagi."     

Tang En memotongnya, "Sebaiknya kau tidak mengatakan itu sebelum babak pertama berakhir. Selain itu, Bopp akan harus absen dalam pertandingan semifinal EFL Cup karena kartu kuning ini – itupun kalau kita bisa mencapai semifinal. Gunnarsson juga dalam bahaya, dia juga punya kartu kuning dari pertandingan sebelumnya."     

Setelah mendengar apa yang dikatakan Twain, Walker tak tahu lagi harus berkata apa, dan berdiri dengan mulut terbuka. Situasinya lebih buruk dari yang diduganya.     

"Biarkan tim kembali ke posisi mereka masing-masing. Jangan terus menekan, jadi Millwall takkan melawan balik. Paling mudah kehilangan bola di lini tengah tepat sebelum akhir pertandingan." Tang En menginstruksikan, dan Walker bangkit berdiri untuk menyampaikan instruksinya.     

Sekarang mereka hanya bisa berharap bahwa skor takkan berubah sebelum turun minum. Mereka masih bisa membalas kalau skor masih 0:1. Kalau skor sudah 0:2 dengan situasi semacam ini, maka akan sangat sulit untuk bangkit kembali.     

※※※     

Wasit mengusir para pemain Millwall yang berdengung di sekelilingnya seperti lalat yang menjengkelkan. Kartu kuning Muscat tak bisa diubah seperti halnya skor pertandingan. Sebenarnya, mereka seharusnya merasa senang bahwa wasit baru memberinya kartu itu sekarang, karena aksi bek tengah itu sebelum ini seharusnya sudah cukup untuk membuatnya diusir dua kali.     

Pertandingan dilanjutkan, dan begitu pemain Nottingham Forest mendapat bola, desisan di tribun menjadi lebih keras dari sebelumnya. Para fans Millwall percaya bahwa Eugen Bopp harus segera diusir. Mereka bahkan berpikir seluruh tim Nottingham Forest harus diusir dari lapangan.     

Kelompok fans tuan rumah yang fanatik mulai melakukan serangan secara verbal kepada para pemain Forest di lapangan, menghina keluarga mereka dan semua kerabat perempuan mereka. Mereka mengubah taktik mereka, berharap bisa memprovokasi para pemain Forest. Tidak hanya itu, mereka juga berusaha menyerang para fans Forest di tribun pengunjung.     

Stadion The Den tampaknya berubah menjadi tempat kompetisi bahasa kasar yang berisik. Sumpah serapah dan cemoohan ini hanya akan berhenti saat para pemain Millwall mendapat bola. Begitu seorang pemain Forest menyentuh bola, kebisingan mereka akan mulai terdengar lagi. Semua itu terdengar seperti orkestra simfoni yang sangat terlatih.     

Tang En sama sekali tak mempedulikan suara-suara yang didengarnya itu. Dia telah memimpin timnya ke banyak pertandingan tandang, dan ini bukan pertama kalinya dia mengalami hal seperti ini. Meskipun saat suara-suara berisik itu mulai terdengar, dan dia merasa bahwa mendengarkannya saja bisa membuatnya merasa seperti terkena serangan jantung, pada akhirnya hal itu tak mampu mempengaruhi moodnya.     

Tiba-tiba, sebuah lagu terdengar dari tribun di belakang area teknis, mulanya jauh lalu dekat, dan saat lagu itu semakin keras, liriknya terdengar semakin jelas. Tak hanya Tang En yang mendengarnya, tapi bahkan para pemain di bangku cadangan dan anggota tim pelatih yang mendengarnya pun menjadi sangat terkejut hingga mereka berdiri.     

Kemudian suara itu tersebar ke seluruh tribun, fans Millwall, menjadi kasar setelah meminum alkohol, bernyanyi penuh semangat dengan tangan mereka melambai di udara:     

"Ada seorang anak bernama Gavin! Dia dulu suka Nottingham Forest! Dan sekarang dia terbaring di tanah, wajahnya yang terinjak-injak semuanya hancur! Semuanya hancur! Pergi sana dan pulanglah! Kalian semua b*jingan Nottingham, anak yang mati itu adalah contoh buatmu!! Oh, oh, oh, oh! Gavin, Gavin! Semuanya hancur! Ya, ya, ya, ya! Gavin, Gavin! Semuanya hancur!"     

Jantung Tang En tiba-tiba menegang dan hampir berhenti berdetak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.