Mahakarya Sang Pemenang

Millwall yang Tangguh Bagian 1



Millwall yang Tangguh Bagian 1

0Ketika para fans Millwall di tribun melihat pemandangan menyedihkan para pemain Forest yang berlarian keluar ke lapangan dengan terburu-buru, mereka tertawa terbahak-bahak. Ini menentukan suasana pertandingan — ini tidak akan menjadi pertandingan yang beradab dan ramah, melainkan pertandingan knock-out dengan pertarungan-sampai-mati yang sesungguhnya!     

Terlebih lagi, hubungan antara fans Forest dan fans Millwall telah cukup tegang sejak insiden Gavin. Jadi, para fans Millwall merasa sangat senang karena bisa mengejek tim Forest yang hampir terlambat.     

Tang En keluar dari koridor pemain dan berhenti di tepi lapangan untuk melihat ke arah tribun. Area besar warna biru diselingi warna putih. Dan warna merah tampak terjepit di sudut tribun, dikelilingi warna biru dan putih, tapi tampak seolah bergerak dengan kuat. Itu adalah lengan-lengan yang melambai para fans Forest.     

Pertandingan tandang? Cemoohan? Kami akan memberimu sesuatu untuk ditertawakan nanti, Tang En mendengus dalam hati dan berjalan ke area teknis. Di lapangan, Dawson adalah kapten, dan dia berada di depan wasit bersama kapten tim lawan untuk melakukan lemparan koin untuk memilih sisi lapangan.     

Pria bertubuh kecil itu adalah kapten tim Millwall, Dennis Wise, yang pernah bermain untuk Wimbledon dan Chelsea sebelum ini.     

Wise adalah pemain Inggris yang memiliki kesan mendalam bagi Tang En. Karena dulu, kira-kira sebelum tahun 1999, Tang En adalah penggemar Chelsea selama beberapa tahun. Saat itu, Chelsea tidak dikenal sebagai The Ruble Army. Dengan Zola, Vialli, Gullit, Poyet, Wise, de Goey, Flo ... dan begitu banyak pemain bintang, mereka memainkan apa yang disebut Gullit sebagai "sepakbola seksi." Di Liga Utama, mereka mewakili kekuatan berwarna biru dan Arsenal mewakili kekuatan berwarna merah, dan mereka bersaing dengan Manchester United selama beberapa musim.     

Kaus jersey pertama yang dibeli Tang En adalah jersey biru Chelsea, dan ia terutama sangat menyukai gambar singa di lambang Chelsea. Kemudian, dengan kepergian Gullit, Vialli, Flo, dan para pemain lainnya, dan seiring dengan Zola yang semakin tua, Tang En juga secara bertahap menjadi fan "universal" tanpa tim favorit. Tapi ingatan periode biru itu masih tertinggal di benak Tang En.     

Sebagai kapten tim Chelsea pada periode itu, Wise adalah pemain yang sangat disukai Tang En. Tang En suka dengan gayanya yang tak kenal takut, dan keberaniannya dalam bermain melawan Keane dan Vieira.     

Saat dia bersorak dan mengepalkan tinjunya di depan televisi untuk pria bertubuh kecil itu, tak pernah terpikir oleh Tang En bahwa akan tiba saatnya dimana Wise memimpin tim yang menjadi lawan dan musuhnya.     

Kalau para pemain di timnya dikalahkan oleh keberanian Wise, sangat mungkin sekali Tang En akan mengutuknya dan bukannya bersorak untuknya.     

Tang En menggelengkan kepala dan membuang ingatan lama dari kepalanya. Aku adalah Tony Twain, manajer Nottingham Forest; Aku adalah musuh dan saingan Millwall! Aku akan bertarung melawanmu sampai mati hari ini!     

Menjadi juara EFL Cup dan memenuhi kualifikasi untuk masuk ke Liga Eropa UEFA musim depan adalah opsi yang paling memungkinkan dan dipilih Tang En dari beragam opsi di dalam rencananya untuk mempromosikan prestige tim dan membangun tim dalam waktu singkat.     

Jadwal pertandingan FA Cup terlalu panjang dan peluang untuk bertemu tim yang kuat sangatlah tinggi. Opsi itu dibuang oleh Tang En sejak awal. EFL Cup adalah kejuaraan yang dianggap paling tidak penting oleh tim-tim Liga Utama diantara tiga kejuaraan besar. Banyak tim bahkan menggunakan EFL Cup sebagai kejuaraan untuk melatih tim pemuda dan tim cadangan mereka. Dan jadwal pertandingan EFL Cup sangatlah singkat. Dua pertandingan semifinal untuk EFL Cup diselenggarakan pada bulan Januari dan pertandingan final akan diadakan pada bulan Februari. Dengan kata lain, Tang En bisa memfokuskan energinya untuk mempertahankan posisi tim dalam kurun waktu tiga bulan ini dan berjuang untuk memenangkan kejuaraan. Setelah itu mereka bisa berkonsentrasi untuk mencapai promosi ke Liga Utama.     

Tang En sudah memiliki rencana untuk membangun tim di dalam pikirannya dan juga daftar pemain untuk dibelinya. Karena dia telah pindah ke dunia ini, dia memiliki keuntungan yang tak bisa ditandingi oleh orang lain. Misalnya, ia tahu beberapa pemain yang masih belum dikenal untuk saat ini tapi mereka akan menjadi pemain berbakat di masa depan. Atau dia tahu waktu yang tepat untuk membeli pemain di masa depan dan kapan harus mengeluarkan uang yang paling sedikit untuk bisa mendapatkan keuntungan yang paling besar.     

Kalau tim Forest terus bertahan di Liga Satu, maka peluangnya untuk bisa mendapatkan pemain-pemain itu akan kecil. Setidaknya, dia harus bisa membawa timnya ke 20 tim teratas di Liga Utama atau berkualifikasi untuk bertanding di turnamen Eropa.     

Saat dia masih seorang fan, Tang En tidak terlalu mementingkan Liga Eropa UEFA, berpikir bahwa itu hanya tambahan jika dibandingkan dengan Liga Champions UEFA. Tapi sekarang dia sangat menyadari peranan Liga Eropa UEFA.     

Itu adalah koordinat pertama Nottingham Forest yang akan kembali ke jalurnya!     

Oleh karena itu, pertandingan ini, tak peduli seberapa buruk situasi yang mereka hadapi sebelum ini - kemacetan lalu lintas, bertemu fans lawan di kereta bawah tanah, tim yang tangguh – tak ada yang bisa menghentikan keyakinan Tang En untuk mendapat kemenangan.     

Suara peluit yang tajam terdengar, yang segera diikuti dengan gelombang keributan yang bisa menggetarkan bumi, dan menyentakkan Tang En yang sedang tenggelam dalam pikirannya, kembali ke kenyataan.     

Saat dia memandang ke sekeliling stadion dan melihat para fans yang seolah menggila di tribun, dia tahu bahwa pertandingan dengan Crystal Palace hanyalah pemanasan. Pertandingan yang sesungguhnya baru saja dimulai!     

※※※     

Rebrov awalnya ingin memamerkan skill pribadinya di depan para pemain Millwall, tapi dia baru saja menggiring bola sebelum kemudian bolanya ditendang keluar oleh Wise. Peluit wasit ditiup dan hal itu menyebabkan suara desis ketidakpuasan dari tribun.     

Melihat Wise yang menunjukkan ekspresi sengit di wajahnya dan menggertakkan giginya serta mendengarkan suara mendesis dan ejekan yang tak ada habisnya, Rebrov sadar bahwa pertandingan hari ini akan jauh lebih sulit dari yang dia bayangkan.     

Tang En, yang menyaksikan adegan ini dari area teknis di pinggir lapangan, bergumam pada dirinya sendiri, "Wise yang tangguh, tim Millwall yang tangguh, para fans Millwall yang tangguh..." Sekarang ini dia merasa sangat buruk karena dia tidak bisa memberikan taktik khusus pada tim karena mereka bertemu dengan fans tim lawan di kereta bawah tanah.     

Kalau saja sepak bola bisa dijeda seperti pertandingan bola basket, ia akan bisa membuat penyesuaian yang tepat. Sayangnya, dia hanya bisa menunggu hingga jeda babak pertama dan berharap lawan mereka tidak mencetak gol di babak pertama.     

Untuk serangan balik defensif, dua gelandang bertahan adalah kuncinya, dan ia berharap Eugen Bopp dan Gunnarsson akan bisa bertahan.     

※※※     

"Lima belas menit telah berlalu! Pertandingan berjalan dengan kecepatan seratus mil per jam dan bola melesat di atas kepala para pemain. Di bawah kepemimpinan kapten mereka 'The Roaring Mouse' Dennis Wise, para pemain Millwall telah meluncurkan serangan beruntun kepada tim Forest. Setiap trik footwork dan tackling dihancurkan dengan sengit oleh tim 'Double Lions'." Motson merangkum 15 menit pertandingan ini sedemikian rupa hingga benar-benar akurat dan jelas.     

Di paruh pertama musim, di bawah kepemimpinan manajer baru tim Forest, Collymore, yang dulu memainkan posisi penyerang, tim sekali lagi kembali ke tradisi yang memberikan perhatian khusus dalam mengatasi situasi pertandingan dan kegemaran bermain bola dengan koordinasi yang cermat. Terkait kegagalan karier kepelatihan Collymore, sisi taktis hanya memberikan sedikit kontribusi ke dalamnya, tapi tetap tak bisa diabaikan.     

Dia meminta para pemain untuk melakukan lebih banyak koordinasi darat, bahkan di depan area penalti, mereka harus mengoper bola sejauh mungkin ke dalam area gawang sebelum menembakkan gol. Pada saat itu penilaian komentator tentang gaya permainan tim Forest adalah, "Collymore berharap strikernya akan bisa melewati kiper dan kemudian menembakkan bola ketika mulut gawang sedang kosong."     

Gaya permainan itu terlihat sangat bagus, tapi terlalu rumit dan sulit untuk mencetak gol.     

Untuk menghadapi karakteristik tim Forest ini, Alan McLeary, manajer Millwall, secara khusus merancang taktik serangan untuk menekan dan menghentikan lawan. Saat ini, dia cukup sukses.     

Jenis momentum yang ditunjukkan oleh para pemain Millwall di kandang mereka benar-benar mengintimidasi para pemain Nottingham Forest yang kelelahan dan tersiksa setelah harus naik kereta bawah tanah karena kemacetan lalu lintas, kemudian bertemu dengan sekelompok fans yang kelihatan ganas, dan bersiap bertarung melawan mereka. Ditambah lagi, mereka harus menghadapi ketegangan dan kepanikan karena harus berlari ratusan meter dengan terburu-buru untuk kemudian cepat-cepat berganti pakaian dan bersiap-siap untuk pertandingan dan kemudian muncul dengan menyedihkan di lapangan hanya tiga menit sebelum dimulainya pertandingan.     

Ya, itulah yang terjadi di pertandingan sekarang. Tim Forest secara bertahap mulai kehilangan kemampuan mereka. Hampir mustahil untuk mengatakan bahwa hal-hal yang terjadi sebelum pertandingan tidak mempengaruhi tim. Tapi apa yang bisa dilakukan Tang En? Ini adalah keberuntungan. Dia hanya berharap tim akan mampu melewati ini hingga istirahat babak pertama dimana dia akan memiliki cukup waktu untuk menyesuaikan tim. Dia masih yakin bahwa tidak ada masalah untuk bisa mengalahkan Millwall.     

Kunci dari semua itu adalah tim Forest harus mempertahankan lini tengah tim dalam melawan gelombang demi gelombang serangan Millwall.     

Situasinya tidak terlalu baik. Gunnarsson dan Eugen Bopp kewalahan dan dalam kepanikan. Tekanan terhadap Michael Dawson dan Wes Morgan juga sangat tinggi.     

Di dalam formasi Millwall, selain Dennis Wise, ada pemain lain yang dikenali Tang En, seorang gelandang serang dari Australia yang memakai kaus nomor 4, Tim Cahill yang berusia 23 tahun.     

Tang En mengenalnya melalui Piala Dunia 2006 di Jerman saat pertandingan Australia versus Jepang di mana Australia membalikkan situasi besar-besaran di saat-saat terakhir pertandingan. Cahill sendiri mencetak dua gol dan menjadi pahlawan. Itu juga pertandingan yang membuat Tang En menjadi fan Australia selama Piala Dunia. Sayangnya, pada akhirnya mereka kalah dari Italia.     

Pada saat ini, Cahill tidak sematang saat dia bermain di Piala Dunia, tapi kemampuan serangannya cukup membuat Tang En sakit kepala.     

Nottingham Forest akhirnya memiliki kesempatan untuk melakukan serangan balik setelah menghadapi kesulitan. Bola baru saja dioper ke kaki David Johnson, dan bola itu dicegat oleh gelandang Millwall, pemain Australia, Kevin Muscat dengan tackling yang ganas.     

"Pelanggaran!" Tang En melompat dari kursinya di area teknis. Itu tadi tackling dari belakang!     

Tapi wasit mengabaikan teriakannya, dan David Johnson jatuh di lapangan dengan kesakitan. Muscat menendang bola ke kapten Wise, dan kemudian kembali ke posisinya untuk memberikan assist, sebelum Wise kembali mengatur serangan.     

"B*ngsat! Dia bahkan tidak meniup peluit untuk tackling dari belakang!" Tang En melambaikan tinjunya dan mengutuk. Tapi selain ofisial keempat yang tak terlalu memperhatikannya dan hanya meliriknya, tak ada orang lain yang mendengarkan keluhannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.