Mahakarya Sang Pemenang

Bertemu Lagi dengan Millwall Bagian 1



Bertemu Lagi dengan Millwall Bagian 1

0 Pertandingan antara Nottingham Forest dan Crystal Palace sudah berakhir. Berkat kebangkitan Rebrov di tim tuan rumah dan kemenangan 2:1 atas saingan mereka setelah banyak kesulitan, jarak mereka ke zona degradasi telah melebar.     

Setelah pertandingan itu, hampir semua media Nottingham meliput pertandingan. Semua pemain Forest menjadi pahlawan, terutama Rebrov, yang dipuji media setinggi langit. Media memujinya karena dia memulihkan statusnya sebagai seorang pemain Liga Utama.     

Dan bagaimana dengan Tony Twain yang mengarahkan semua itu? Foto saat dia mencari Rebrov, dan percakapan pribadi mereka di lapangan selama istirahat babak pertama, menjadi judul berita utama. Pada saat wawancara usai-pertandingan, para wartawan bertanya kepada Rebrov, yang terpilih sebagai pemain terbaik dalam pertandingan untuk pertama kalinya, tentang apa yang dikatakan oleh manajernya kepada dirinya saat istirahat turun minum di lapangan.     

Rebrov tersenyum dan berkata, "Tidak banyak, dia hanya menyuruhku mundur dari posisiku dan memintaku bermain untuk diriku sendiri. Setelah itu, aku melihat dunia dari sudut pandang yang benar-benar berbeda."     

"... Itulah Tony Twain. Dia memiliki kemampuan untuk mengubah sesuatu yang busuk menjadi sesuatu yang ajaib. Saya setuju dengan komentator TV selama pertandingan yang mengatakan dia adalah seorang penyihir. Lihat saja tim Forest arahan Collymore, lalu lihat saja tim Forest arahan Tony Twain. Semua pemainnya adalah pemain yang sama seperti sebelumnya, tapi tim yang ini benar-benar berbeda. Kita mendapatkan tiga poin yang penting dan memulihkan semangat kita. Dengarkan sorakan yang terdengar di dalam City Ground, Nottingham Forest perlahan-lahan mulai bangkit!"     

Trem yang sedang bergerak bergoyang perlahan, dan gerbong itu kosong kecuali beberapa lelaki tua yang sedang menutup mata mereka. Trem itu berjalan melalui pinggiran kota Nottingham. Hampir tak ada klakson mobil yang terdengar di luar, dan bahkan para pejalan kaki pun jarang terlihat. Saat itu hari Minggu pagi, dan Tang En sedang duduk di trem Hucknall. Di luar terlihat pedesaan yang sunyi. Dia melihat ke luar dan kemudian melihat ke dalam gerbong. Seorang penumpang di sisi seberangnya sedang memegang koran pagi ini dan dia tampak benar-benar asyik membacanya. Di halaman yang menghadap ke arah Tang En adalah fotonya sendiri dan judul berita utama:     

"Tony Twain Kembali!"     

Melihat itu, Tang En tertawa kecil. Itu kedengaran seperti judul film "Superman Returns." Dia sudah kembali jadi berita utama halaman depan, dan perasaan dipuja dan dijadikan fokus berita terasa cukup menyenangkan.     

Pada pagi yang sepi ini, bagian dalam trem yang kosong ini benar-benar berbeda dari suasana City Ground yang sangat mengesankan kemarin. Twain menyandarkan kepalanya ke jendela dan menutup matanya untuk mengingat kembali pertandingan yang baru saja berlalu.     

Aku kembali lagi, dan kali ini aku takkan meninggalkannya semudah itu.     

Dengan bunyi lonceng yang merdu, trem berhenti bergoyang. Tang En membuka matanya dan melihat menara gereja di lereng bukit. Dia telah tiba di tujuannya.     

Tang En turun dari trem, meregangkan tubuhnya dan berjalan menuju gereja.     

Dia sudah lama tidak ke sana sejak kali itu di musim panas. Dalam sekejap saja, setengah tahun telah berlalu. Dia bukan lagi Tony Twain si manajer tanpa pekerjaan, yang bingung dan tak bisa melihat jalannya di masa depan.     

Karena Gavin, ia telah memutuskan untuk tetap berada di tim Forest dan menunggu kesempatan untuk kembali ke area teknis City Ground. Sekarang dia sudah kembali dan memimpin tim menuju kemenangan. Jadi, dia kembali lagi kemari.     

Baginya, pemakaman di belakang gereja batu itu adalah titik awal perjalanan yang lain. Dan saat dia hendak melangkah maju, dia harus kembali ke sini untuk menegaskan kembali arah yang diambilnya.     

Meski kelihatannya cukup dekat, tapi jarak antara halte trem dan gereja masih cukup jauh dan menanjak. Tang En membeli buket bunga lili dari sebuah toko bunga yang sepi di tepi jalan dan berpikir-pikir sambil memegang bunga di tangannya. Kemudian dia meminta sebuah kartu kepada si penjual bunga, mengeluarkan pena miliknya dan menulis:     

- Untuk penggemar Nottingham Forest yang paling setia, pendukung abadi George Wood: Gavin Bernard.     

※※※     

Ada sekelompok anak sedang menendang bola di area hijau di depan gereja. Beberapa dari mereka memakai kaus tim Forest merah. Mereka berteriak dan berebutan mengambil bola. Saat seseorang menembakkan bola di antara dua tumpukan pakaian, mereka akan meniru semua jenis aksi perayaan yang dilakukan oleh para pemain bintang sepakbola.     

Saat masih anak-anak, Tang En juga sering bermain seperti itu. Tapi, saat itu dia tidak bermain di lapangan hijau yang bagus, melainkan di tanggul yang biasanya digunakan untuk menjemur biji-bijian di rumahnya. Mereka akan menggunakan tas sekolah, batu bata, sepatu tua, pakaian, keranjang ... Pendeknya, semua hal yang bisa dibawa untuk membuat gawang. Kemudian sekelompok anak-anak akan mengejar bola usang di tanggul. Dari sudut pandang Tang En saat ini, bahkan ketika seorang anak dari kelompok itu telah menembakkan tendang terbaik "pemain bintang", itu sebenarnya hanyalah pemandangan yang menyedihkan, tapi semua orang bermain dengan gembira. Di sebelah tanggul itu ada sebuah kolam yang digunakan untuk memelihara bebek, di mana mereka akan seringkali tak sengaja menendang bola masuk ke dalam kolam. Meskipun dia bermain buruk, Tang En, karena dia perenang yang handal, akan selalu menjadi orang yang mengambil bola dari kolam itu.     

Di sekolah menengah atas, ia pergi ke sekolah asrama di kota, di mana tak ada tanggul yang kumuh dan kolam bebek. Ada satu lapangan khusus untuk itu, tapi Tang En sudah berhenti bermain sepak bola. Dia hanya melihat orang lain bermain sepak bola dari pinggir lapangan. Di perguruan tinggi juga sama. Sampai sekarang pun, dia terbiasa berdiri di pinggir lapangan untuk menonton orang lain bermain bola, dan bahkan menemukan kesenangan dan rasa turut berprestasi yang sama sekali berbeda jika dibandingkan dengan memainkan bola itu sendiri.     

Tang En berhenti sejenak sambil menonton anak-anak itu sebelum kemudian melanjutkan langkahnya. Dia mengelilingi gereja yang sepi dan berbelok ke jalan kecil di hutan.     

Pemakaman itu bahkan tampak lebih sepi daripada di gereja. Dikelilingi oleh hutan yang lebat, sepertinya suhunya sekitar satu atau dua derajat lebih rendah daripada di luar. Tang En mempererat ikatan mantelnya dan langsung menuju ke makam Gavin.     

Dia terkejut saat melihat ada buket bunga lili di depan batu nisan. Tetesan air masih tertinggal di kelopak bunga itu. Siapa pun yang meninggalkannya, jelas baru saja pergi. Tang En memandang ke sekeliling pemakaman dan tak melihat siapapun.     

Dia melihat ke bawah dan melihat sebuah kartu yang mirip dengan kartu di karangan bunganya, jadi dia mengambilnya. Hanya ada sebaris kata diatasnya:     

Untuk Gavin.     

Tak ada pesan dan nama Gavin pun ditulis dengan ejaan yang salah. Melihat tulisan tangan bengkok yang masih terlihat lebih buruk daripada tulisan tangan anak sekolah dasar itu, Tang En tersenyum.     

Dia meletakkan kembali buket itu dan dengan hati-hati meletakkan buketnya sendiri di sebelahnya. Setelah itu, ia mengeluarkan sebatang rokok dari saku jasnya dan berencana akan menghisapnya. Korek apinya sudah dinyalakan, tapi dia melihat api yang seolah muncul itu dengan linglung. Lalu ia mengambil rokok dari bibirnya dan kembali memasukkannya ke dalam kotak rokok.     

Dia lupa kalau ada seorang anak di sampingnya.     

Jadi, dia berjongkok lagi dan melihat ukiran tulisan kecil di bagian bawah batu nisan.     

Saat Michael berkata padanya di bar, "Tony, aku takkan menonton pertandingan besok. Aku takkan pernah menonton lagi," wajahnya tampak tenang seolah dia sedang berbicara tentang orang lain yang sama sekali tak ada kaitannya dengan dirinya. Pada saat itu, Tang En mengira sesuatu pasti telah mati di dalam hatinya, bahkan mungkin sampai ke titik ... dimana dia tak lagi mencintai sepakbola melainkan membenci sepakbola. Karena sepak bola mengambil putra kesayangannya.     

Hari itu saat Michael mengatakan kepadanya, di sini, bahwa dia akan pergi ke Amerika, Tang En merasa yakin bahwa itulah yang terjadi. Michael membenci sepakbola dan ingin melarikan diri dari sepakbola.     

Tapi saat dia melihat ukiran tulisan yang halus di bagian bawah nisan, semua kesan yang ditinggalkan Michael padanya langsung berubah.     

Dia sangat mencintai putranya, dan dia juga sangat mencintai sepakbola. Dia harus mengubur cinta itu jauh ke dalam hatinya, lalu menguncinya, dan tak pernah menyentuhnya lagi, baik itu oleh orang lain ataupun oleh dirinya sendiri.     

Tang En menggunakan tangannya untuk menyapu daun-daun yang jatuh di atas batu nisan. Dia kemudian berdiri dan berbalik untuk pergi meninggalkan nisan kecil yang sederhana itu.     

Tim Forest akan mulai latihan lagi sore ini. Tiga hari kemudian, pada 17 Desember, di London, di tepi selatan Sungai Thames, di Den, mereka akan bermain dalam pertandingan perempat final Piala EFL dan menghadapi lawan mereka — Millwall.     

Bagi Tang En, itu adalah pertandingan dimana mereka sama sekali tak boleh kalah!     

※※※     

Kembali ke kompleks latihan tim di sore hari, Tang En pergi mengunjungi tim cadangan sebelum latihan tim pertama dimulai. Dari pinggir lapangan latihan tim cadangan, dia melihat Gareth Taylor, yang juga sudah melihatnya. Dari ekspresi yang tampak di matanya, dia terlihat seolah masih tak ingin mematuhi manajer muda itu.     

Tapi itu tak jadi masalah ... Nak, kalau kau tak ingin mematuhiku, maka biarlah begitu. Aku hanya ingin kau mencetak gol untukku.     

Dia memberi isyarat pada Taylor, dan pelatih tim cadangan memanggil pria besar itu.     

Tang En memandang Taylor, yang berdiri di depannya dan sedikit lebih tinggi dari dirinya, lalu berbalik pergi, "Ikuti aku."     

Taylor masih tetap tak bergerak, "Ke mana?"     

Tang En hanya sedikit berbalik untuk melihat ke arah Taylor, sebelum kemudian dia menghadap ke arahnya dan mengacungkan dua jarinya, "Aku sedang tidak mood, jadi aku akan memberimu dua pilihan: pertama, jangan tanya dan ikuti aku, atau kedua, kau boleh tinggal disini sampai bursa transfer pemain dibuka di musim dingin. Kau bebas memilih."     

Setelah selesai mengatakan itu, Tang En tak lagi menatap pria besar yang tertegun itu. Dia hanya membalikkan badan dan mulai berjalan pergi.     

Taylor tak menyangka Twain akan pergi begitu saja. Dia masih berdiri terpaku di tanah selama beberapa saat. Pelatih tim cadangan menepuk bahunya dengan ringan, "Kau masih belum mengikutinya?"     

Taylor bergerak seolah-olah dia baru terbangun dari mimpi dan berlari untuk mengejar dan kemudian mengikuti diam-diam di belakang Twain. Kedua pria itu berjalan ke pinggir lapangan lapangan latihan tim pertama. Para pemain sudah berada di lapangan dan sedang bersiap-siap untuk melakukan pemanasan pada saat ini.     

Tang En berhenti di pinggir lapangan, dan Taylor sadar diri untuk kemudian berlari ke lapangan latihan, dan dia tak pernah berani bertanya pada manajer berwajah batu itu.     

Para pemain tak tampak terkejut saat melihat Taylor kembali ke tim. Saat ini lini depan sedang kekurangan pemain, hanya tinggal masalah waktu saja saat Taylor, yang telah mencetak gol berulang kali di tim cadangan, akan kembali ke tim.     

Walker baru saja lewat saat dia melihat Twain berdiri di pinggir lapangan dengan bibir berkerut.     

"Des, perhatikan penampilannya saat latihan. Kalau memang memungkinkan, masukkan dia ke daftar pemain utama tim. Kita akan memainkan formasi 4-5-1, bertahan dan menyerang. Dia pemain penting. Buatlah tim melatih formasi dan taktik ini dalam dua hari ke depan." Tang En berkata kepada Walker saat dia melihatnya berjalan melewatinya.     

Walker mengangguk dan kembali ke lapangan saat dia melihat suasana hati Twain sedang buruk. Ketika dia kembali ke lapangan latihan, dia meniup peluitnya dan berteriak, "Baiklah, boys! Mulailah berlatih. Jangan harap kalian akan bisa santai setelah memenangkan pertandingan! Bersiaplah, mulai sekarang kalian akan harus membayar hutang kalian di empat bulan pertama! Kalian harus menggunakan semua yang kalian bisa untuk membayarnya!"     

Saat dia mendengar Walker berteriak dan melihat para pemain yang terkejut, senyuman muncul di wajah Tang En .     

※※※     

Sebenarnya, dengan penampilan Nottingham Forest yang buruk di liga, sungguh menakjubkan mereka bisa mengatasi semua kesulitan yang menghadang untuk bisa maju ke perempat final EFL Cup. Collymore rupanya masih sedikit berharga. Setidaknya, Tang En bisa berterima kasih padanya karena telah memimpin tim dan membuat tim bisa bertahan di EFL Cup hingga saat ini.     

Awalnya terjadi seminggu yang lalu, saat tim Forest baru saja mengubah manajer mereka, semua bandar taruhan besar tak terlalu optimis tentang peluang tim Nottingham Forest untuk menang di pertandingan tandang ini. Tapi setelah Twain memimpin tim dan mengalahkan Crystal Palace yang menandai kembalinya dia sebagai manajer, para bandar segera menyesuaikan peluang.     

Di antara mereka semua, William Hill PLC, bandar taruhan terkemuka di Inggris, memiliki peluang yang paling representatif.     

Meskipun tim Forest telah memenangkan pertandingan yang membuat banyak orang merasa optimis tentang tim itu lagi, hal itu hanya sedikit meningkatkan peluang tim tamu untuk menang kalau mempertimbangkan bahwa ini adalah pertandingan tandang dan tim Forest memiliki manajer baru. Situasi mereka diperkirakan masih belum stabil.     

Dari peluang awal 3 banding 1, peluang tim Forest untuk menang di pertandingan tandang ini menjadi 2,1 banding 1.     

Tang En tidak bertaruh pada hasil sepakbola, dan ia juga tidak suka bertaruh untuk hasil sepakbola. Tapi kita bisa memperoleh pemahaman umum tentang situasi saat ini dari peluang taruhan olahraga yang telah diintegrasikan dengan sempurna ke dalam sepakbola Inggris. Dengan kata lain, meski tim baru saja memenangkan pertandingan, masih banyak orang yang menganggap bahwa mereka takkan bisa mengalahkan Millwall di pertandingan tandang. Selain itu, peluang Nottingham Forest untuk memenangkan EFL Cup hanya sedikit lebih tinggi daripada saingan mereka saat ini, Millwall, menurut bandar taruhan besar.     

Apa arti dari pembayaran peluang yang tinggi? Itu artinya bandar taruhan dan masyarakat masih tidak percaya pada kemampuan mereka.     

Sebagai contoh, dalam sebuah pertandingan di mana dua tim yang berpartisipasi adalah tim tuan rumah, Manchester United dan tim tamu adalah tim amatir yang bahkan tak mampu membayar biaya hotel dan memiliki banyak hutang. Maka, peluang kemenangan tim tuan rumah adalah 1,1 banding 1, dan peluang menang tim tamu adalah 11 banding 1. Peluang yang disebut pertama termasuk rendah karena Manchester United dianggap terlalu kuat, dan mereka hampir pasti akan memenangkan pertandingan. Agar tak kehilangan uang dalam pembayaran, bandar taruhan memberikan peluang ini, dan semua orang tahu bahwa peluang seperti ini mudah ditebak. Meski seseorang menginvestasikan uang, £100 untuk bertaruh, dia hanya akan mendapatkan keuntungan sebesar £10. Meskipun hasil yang didapat lebih sedikit dan harga taruhan lebih mahal, angka ini stabil dan tak ada yang rugi. Peluang yang disebut terakhir sangatlah tinggi. Bahkan sekalipun ada orang yang memasukkan taruhan £100, dia memang bisa memperoleh £1.100 kalau tim itu menang, tapi kemungkinan tim amatir itu menang atas MU sangatlah rendah. Jadi, sebuah tim dengan peluang tinggi menyatakan bahwa orang-orang tak percaya kepada mereka.     

Pertandingan perempat final EFL Cup yang ini sebenarnya merupakan pertandingan yang paling tidak menarik dari empat pertandingan. Apa gunanya pertandingan antara dua tim Liga Satu? Di tiga pertandingan lainnya, ada dua pertandingan dimana tim Liga Utama saling bertanding satu sama lain, dan ada juga satu pertandingan di mana salah satu tim yang berpartisipasi adalah tim Arsenal yang paling populer dengan permainan bolanya yang indah.     

Selain fans masing-masing klub, siapa yang akan memperhatikan pertandingan perempat final ini?     

※※※     

Secangkir teh hitam yang harum diletakkan di atas meja dekat jendela. Cuaca tampak mendung dan gelap di luar jendela, dan kelihatannya hujan akan turun sewaktu-waktu. Tapi hal itu tidak mempengaruhi suasana hati orang yang sedang santai, yang sedang menikmati secangkir teh sambil asyik membaca koran dan meletakkan kaki yang satu diatas kakinya yang lain sambil bersandar ke sofa. Kalau cuaca sedang bagus, itu akan jadi waktu minum teh yang menyenangkan.     

Dia meletakkan koran, meregangkan badan, membungkuk ke meja untuk mengambil secangkir teh hitam dan menoleh untuk melihat keluar jendela. Merasa santai seolah-olah dia adalah turis biasa, dia dan orang-orang yang sedang sibuk berjalan di sekelilingnya di dalam lobi yang ramai, seolah berada di dua bidang paralel yang sama sekali berbeda.     

Bagi manajer Nottingham Forest, Tony Twain, ini adalah waktu santai sebelum pertandingan yang jarang diperoleh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.