Mahakarya Sang Pemenang

Kembalinya Twain Bagian 3



Kembalinya Twain Bagian 3

0Para pemain yang bersemangat itu melompat bangkit dari tempat duduk mereka dan berteriak dengan leher dan wajah memerah. Bahkan mereka yang tak berada di tim pada musim lalu juga tak bisa menahan diri selain mengepalkan tangan mereka dan merasakan darah mereka mulai mendidih. Suasana di ruang ganti, yang telah banyak dirindukan selama paruh pertama tahun ini, mulai kembali secara bertahap.     

Walker berdiri di pinggir ruangan dan menatap Tony Twain, yang berteriak bersama para pemain. Bahkan sebuah panggilan telepon sederhana bisa digunakan olehnya untuk memenuhi tujuan yang diinginkannya ... Tony, Paul Hart memang tidak salah menilaimu; Ian Bowyer juga tidak salah menilaimu; "Ketua" juga lebih-lebih tidak salah menilaimu. Dan bagiku, aku benar-benar beruntung bisa bekerjasama denganmu. Tapi sayangnya ... hanya sampai akhir musim ini.     

※※※     

Penyesuaian yang dilakukan Tang En selama jeda turun minum benar-benar di luar dugaan manajer Crystal Palace. Rebrov masih ada di lapangan, tapi posisinya diubah dari penyerang menjadi seorang gelandang! Steven Kember memiringkan kepalanya dan menoleh ke arah asisten manajernya, Bullivant, dan bertanya, "Terry?"     

Bullivant merespons dengan gelengan kepala, menunjukkan bahwa dia juga tidak yakin.     

Rebrov, yang berdiri di tengah-tengah lingkaran dan menunggu kick-off, tiba-tiba saja menyadari bahwa bidang lapangan di depan matanya sangatlah luas, dan celah di antara pemain bertahan lawan sangatlah besar. Sebuah perubahan kecil dari posisi seorang penyerang menjadi seorang gelandang membuatnya bisa melihat dunia yang sangat berbeda dari sebelumnya.     

Dia melihat ke arah Manajer Tony Twain, yang sedang berdiri di tepi lapangan dan berteriak kepadanya sambil melambaikan tangannya tanpa henti. Tapi, dia tak bisa mendengar dengan jelas bahasa Inggris Tang En dengan aksennya yang kental. Tak masalah, aku tahu apa yang harus kulakukan.     

Aku punya teknik yang sangat bagus, aku cepat, aku bagus dalam menggiring bola. Aku takkan punya masalah dalam menembus lini pertahanan mereka! Saat aku bertandem dengan Shevchenko di Dynamo Kyiv, aku juga bukan benar-benar penyerang murni di pertandingan-pertandingan di mana kami membobol gawang AC Milan dan Barcelona. Andriy berada di garis depan sementara aku berada di belakang. Aku akan mengoper bola kepadanya dan dia akan mencetak gol.     

Aku adalah seorang gelandang serang! Aku tak bisa mencetak gol, tapi aku bisa memberi assist!     

Dia memandangi para pemain bertahan Inggris yang jangkung tapi canggung dan tertawa dalam hati. Saat kalian semua membiarkan aku berhadapan dengan tiang gawang, itu akan menjadi hari akhir dunia bagi kalian ... Aku berani menjamin itu.     

Walker, yang duduk di kursi manajer, melihat Twain berbalik. Dia barusan berteriak keras-keras pada Rebrov untuk lebih banyak memberi umpan dan merebut bola, tapi tak ada yang tahu apa pria Ukraina itu bisa mendengarnya.     

"Tony, kenapa kau tiba-tiba saja berpikir untuk membiarkan seorang penyerang yang tak pernah bermain sebagai gelandang selama latihan, memainkan posisi itu?" Walker bertanya sambil menunjuk ke arah Rebrov.     

"Masalah Rebrov bukan terletak pada fakta bahwa ia tidak cukup baik, tapi dia tak terbiasa dengan gaya sepakbola Inggris, dan juga para pemain bertahan yang sering merebut bola dengan keras. Seiring dengan berjalannya waktu, ia kehilangan kepercayaan diri untuk mencetak gol. Setelah itu, dia juga akan kehilangan kepercayaan diri atas skillnya yang lain. Skillnya masih ada, hanya saja tak digunakan untuk posisi yang sesuai. Alasan kenapa aku menariknya ke belakang, adalah supaya dia bisa lebih jauh dari pemain bertahan yang sangat ditakutinya selama ini. Dengan begini, dia akan memiliki lebih banyak ruang untuk bermanuver dan memberikan assist saat menyerang. Teknik dan kesadarannya tentang posisi membuatnya menjadi pemain yang sangat berharga di Liga Satu. Selain itu ..." Tang En melihat ke arah kursi manajer tim tandang yang ada disebelah mereka dan tertawa kecil, "Manajer Crystal Palace saat ini adalah seorang idiot. Dia bahkan lebih parah daripada asisten manajernya. Perubahan semacam ini akan membuatnya menggaruk kepalanya dan membuat penilaian yang salah. Kita pasti akan memenangkan pertandingan ini. Des, kau tahu? Aku tiba-tiba saja berubah pikiran."     

"Tentang apa?" Walker tampak bingung.     

"Tidak hanya harus melakukan terobosan dalam kejuaraan Liga, aku juga berpikir untuk dipromosikan langsung ke Liga Utama di akhir musim ini!"     

Walker menatap Twain dengan mata melebar, sementara yang ditatapnya hanya menyeringai lebar hingga hampir menyentuh telinganya.     

"Kau tak percaya padaku, Des? Bahkan seandainya saat ini kita berada di posisi terbawah, menjadi pemenang kejuaraan liga di akhir musim bukanlah hal yang tak mungkin untuk dicapai."     

Melihat Twain yang sangat percaya diri, Walker bergumam pada dirinya sendiri, "Benar-benar rencana gila ..."     

Pertandingan sudah dimulai, dan Tang En bangkit dari kursinya, bersiap-siap untuk mengarahkan pertandingan dari pinggir lapangan. Sebelum dia pergi, dia menatap Walker dengan tajam dan memberinya tujuan yang bahkan lebih mengejutkan: "Juara Liga Satu, promosi ke Liga Utama, Kejuaraan EFL Cup atau FA Cup, lolos kualifikasi untuk Liga Eropa UEFA ... Kali ini, aku takkan gagal!"     

※※※     

John dan gengnya masih terus menonton pertandingan, masing-masing dari mereka memegang gelas plastik berisi bir.     

"Kenapa orang Ukraina itu masih ada di lapangan? Kenapa Tony tidak menggantinya? Aku saja bisa tahu kalau dia benar-benar tak ada gunanya!" seseorang mengeluh.     

John menatapnya tajam dan berkata, "Kalau kau memang bisa, kau saja yang jadi manajer! Tonton saja pertandingannya. Kau masih tak percaya padanya setelah semua ini? Tony tak pernah mengecewakan kita sebelum ini!"     

Manajer Crystal Palace, Steve Kember, awalnya bertanggung jawab atas kebugaran fisik para pemain dan bukan seorang manajer. Dipimpin dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya, hasil akhirnya adalah Crystal Palace berada di tempat ketiga terbawah setelah memainkan 21 putaran di liga.     

Sementara tentang penyesuaian yang dilakukan Tang En, Steve tak bisa tahu apa tujuan Tang En melakukan itu.     

Kalau penyerang tak bisa mencetak gol, maka buat dia bermain sebagai gelandang? Manajer Tony Twain, perubahan taktik Anda terlalu banyak yang didasarkan pada asumsi!     

Memainkan formasi 4-5-1 dengan dua gelandang bertahan, apa kau mencoba untuk mengurangi kemungkinan kebobolan gol di stadionmu sendiri? Berhentilah bermimpi, Andrew-ku sedang dalam kondisi prima!     

Baru saja dia selesai mengucapkan mantra di dalam hatinya, Nottingham Forest berhasil mencuri bola Andrew Johnson di lini belakang. Gunnarsson mengoper bola ke Rebrov, yang sudah menunggu di depan — Tang En telah secara spesifik menginstruksikan untuk menyerahkan tugas mengorganisir serangan Nottingham Forest pada Rebrov, memberinya cukup kepercayaan diri, dan berharap mereka akan bisa melihat pemain super yang sangat berbeda dari sebelumnya.     

Rebrov, yang menerima bola, menemukan bahwa untuk pertama kalinya, tidak ada pemain bertahan dari tim lawan yang bergegas menghampirinya, menendangnya dan mendorongnya untuk berusaha mencuri bola darinya. Dia dengan tenang menyesuaikan bola, sebelum menggiring bola ke arah garis pertahanan Crystal Palace.     

"Serhiy Rebrov, dia menggiring bola melewati satu orang ... orang kedua! Sangat sulit untuk percaya bahwa ini adalah Rebrov yang kita lihat sebelumnya! Dia berhasil melewati bek Crystal Palace yang ketiga, masuk ke area penalti—"     

Rebrov tiba-tiba saja menyadari bahwa para pemain bertahan yang pernah membuatnya sangat ketakutan, sebenarnya tak lebih menakutkan dari tiang kayu. Ya, dengan perubahan perspektif, ia melihat dunia yang sama sekali baru!     

Bek Crystal Palace, Darren Powell, bergegas maju, tapi Rebrov menghindarinya dengan tangkas. Tepat saat Rebrov baru akan melanjutkan langkahnya, ia dijegal oleh Powell.     

"Darren Powell ... Penalti! Penalti!" Para komentator televisi berteriak.     

Tanpa menunggu wasit meniup peluitnya, Stadion City Ground meledak dalam kegemparan.     

"Penalti-!"     

Tang En, yang melihat adegan itu, melompat dengan gembira. Sial, aku memasang taruhan dengan benar!     

Wasit berlari menuju titik di mana pelanggaran terjadi, dan pada saat yang sama, mengarahkan jarinya ke titik putih di tengah area penalti — memang benar, penalti!     

"Tak diragukan lagi sebuah penalti! Rebrov berhasil melaju sendirian menembus lini pertahanan Crystal Palace dan memberikan kesempatan pada tim untuk menyamakan skor. Penampilannya tadi seolah-olah dia adalah orang lain! Apa yang dikatakan oleh si penyihir Tony Twain itu, saat turun minum? Hanya dengan membuat Rebrov mengubah posisinya, orang Ukraina itu terlahir kembali!"     

Rebrov, yang terjatuh di dalam kotak penalti, bangkit berdiri. Dia melihat para pemain Crystal Palace mengelilingi wasit dan memohon belas kasihan, sementara rekan-rekan setimnya di Nottingham Forest berlari ke arahnya dengan tangan terbuka, yang mana setelah itu, dia sekali lagi terjatuh di lapangan.     

Penalti? Aku adalah orang yang menyebabkannya?     

Perasaan ini benar-benar menggembirakan!     

Saat Andy Reid mencetak gol melalui peluang penalti yang diciptakan oleh Rebrov, tribun penonton kembali meledak dengan kegemparan. Mereka bersorak untuk Reid, yang akan meninggalkan tim di periode libur musim dingin. Tentu saja, nama Rebrov juga diserukan di antara semua suara sorakan kali ini.     

Nottingham Forest menyamakan skor, membuat para pemain dan manajer Crystal Palace tertegun. 15 menit kemudian, Rebrov akhirnya mencetak gol!     

Saat semua pemain bertahan berusaha mencegah Rebrov menerobos masuk, ia memilih untuk menendang bola dari luar kotak penalti. Bola itu melesat seperti bola meriam, langsung meluncur ke dalam gawang Crystal Palace!     

"Serhiy — Rebrov!" Tribun penonton kembali riuh dengan sorakan keras.     

"Inilah Rebrov yang asli! Inilah orang yang berpartner dengan Shevchenko dan membuat AC Milan dan Barcelona merasakan ketakutan, Rebrov!"     

Rebrov sekali lagi ditindih ke lapangan oleh rekan setimnya, sementara Tang En sekali lagi dipeluk oleh Walker yang bersemangat di sampingnya.     

"Aku percaya padamu, Tony! Kita bisa, kita benar-benar bisa!"     

Pada saat yang sama, Doughty yang berada di ruang VIP bangkit berdiri dari kursinya dan mengulurkan tangannya ke arah ketua Crystal Palace yang muram, Simon Jordan. Meskipun Doughty merasa senang, dia tak melakukan sesuatu yang kasar seperti menari dan menggoyang-goyangkan pantatnya di depan Simon Jordan.     

"Sayang sekali, Tuan Jordan," dia tersenyum dan berkata. "Meski Anda memiliki nama yang sama dengan salah satu dewa NBA, tapi sayang sekali ini adalah pertandingan sepak bola."     

Ekspresi wajah Simon Jordan menjadi semakin canggung. Tangannya terulur di udara, tidak yakin apakah dia harus berjabatan tangan atau tidak ...     

Di luar ruang tunggu VIP itu, teriakan para fans Nottingham bisa terdengar. "Kemenangan!" Wajah pucat ketua Crystal Palace itu seperti seberkas petir di langit malam.     

Pierce Brosnan, yang duduk di kursi reporter berita, memandang ke arah tribun penonton yang terlihat penuh semangat dan kembali memandang Tony Twain, yang merayakan gol dengan para pemain yang berlari ke pinggir lapangan. Tiba-tiba saja dia memikirkan kalimat itu, kalimat yang didengarnya saat dia dibawa ke Forest Bar.     

Pria itu hanya berdiri di sana di antara sekelompok pemujanya dan membuka tangannya, seolah ingin memeluk seluruh dunia. Di tengah seruan "Tony! Tony!", dia seperti singa, raja hutan, yang memimpin kawanannya dengan raungan mereka.     

"Suatu hari, suatu hari, aku akan kembali! Saat itu, kau akan mendengar sorakan yang lebih keras dari ini!"     

Sorakan yang lebih keras ... Tribun penonton di bawah kakinya bergetar di tengah-tengah "sorakan yang lebih keras." Gendang telinganya mulai sakit, dan dia tak bisa mendengar apa pun dengan jelas, tapi dia tahu bahwa sorakan-sorakan itu adalah sorakan yang menyambut kembalinya pria itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.