Mahakarya Sang Pemenang

Debut Wood Bagian 2



Debut Wood Bagian 2

0Setelah paruh pertama pertandingan, skor masih imbang 0:0. Tang En merasa sangat puas. Suasana hatinya menjadi lebih baik setelah dia melihat Coppell mengernyit.     

Di ruang ganti, dia tidak memuji pemain individu secara spesifik, tapi dia memuji semua orang di tim. Dia ingin memberi tahu mereka bahwa pertandingan sepak bola dimainkan oleh sebuah tim, dan tidak dimaksudkan sebagai panggung bagi stu orang pemain. Tidak ada satu pemain pun yang posisinya di atas tim.     

Ada kutipan bagus dari film "Goal!" yang sangat menyentuh hati Tang En saat dia pertama kali menontonnya.     

Di dalam film itu, manajer Newcastle menunjuk logo tim di kaus jersey si karakter utama, menepuk pundak belakang si pemain, dan berkata, "Ingat, nama di bagian depan jersey lebih penting daripada nama di belakang."     

Karena itu, meskipun penampilan Wood luar biasa, Tang En sama sekali tak memujinya. Selain itu, dia juga tahu bahwa sanjungan semacam itu sama sekali takkan efektif bagi George Wood. Sebaliknya, Wood, yang mewakili tim dewasa untuk pertama kalinya, menerima pujian dan dorongan dari rekan satu timnya yang lain. Rekan sesama gelandangnya, Gunnarsson, duduk disamping Wood dan sambil menepuk pundaknya berkata, "Bagus sekali, anak muda! Kau jauh lebih baik dari yang kuharapkan!"     

Morgan, yang pernah bermain dengan Wood sebelum ini di tim pemuda, berkata dengan nada bercanda, "Brynjar, apa yang baru saja kau katakan tak ada gunanya! George selalu luar biasa."     

"Hah?" Gunnarsson tak mengerti kenapa Morgan mengatakannya seperti itu.     

"Apa kalian tahu pria Spanyol dari Arsenal itu?" Morgan melihat semua orang tampak sama tertariknya dengan Gunnarsson, dan memutuskan untuk mulai pamer, berdiri di tengah ruang ganti. Tang En dan Walker tak menghentikannya, karena tak banyak yang bisa dia katakan selama sisa waktu istirahat. Waktu ini lebih baik diserahkan kepada para pemain sendiri.     

Sebagian besar pemain tidak tahu siapa yang dirujuk Morgan. Hanya Huth, gelandang Jerman yang baru saja masuk ke tim, menganggukkan kepalanya dan berkata, "Namanya Fabregas."     

Morgan senang melihat ada orang lain yang tahu siapa yang dimaksud olehnya. Kalau tidak, dia hanya akan mempermalukan dirinya sendiri. "Benar, dia! Kudengar dia sudah bermain untuk tim utama Arsenal! Apa kalian tahu berapa usianya?"     

Huth mengangguk lagi. "Dia baru enam belas tahun."     

"Wow, kau benar-benar tahu segalanya!" Morgan sangat menyukai rekan lini tengahnya. Mereka memiliki banyak chemistry di antara mereka, dan dia yakin mereka akan menjadi partner yang hebat.     

"Saat aku masih di Chelsea," kata Huth, "Aku sering mendengar pemain lain membahas pemuda yang baru saja dibeli Arsenal."     

"Hah? Apa? Apa yang mereka katakan tentang dia?" Para pemain segera mengalihkan perhatian mereka. Kisah-kisah yang tak terungkap dari dalam ruang ganti Liga Utama Inggris adalah hal yang selalu ingin didengar oleh banyak orang. Bahkan Tang En, yang wajahnya menunjukkan kalau dia tidak tertarik, sebenarnya mendengarkan semua ini dengan penuh perhatian.     

Huth adalah pria yang jujur. Melihat ketertarikan semua orang, dia memberi tahu mereka tentang semua hal yang diketahuinya. "Anak muda itu baru masuk Arsenal di bulan Oktober, dan mewakili tim pertama dalam pertandingan sebelum Natal. Meskipun orang luar masih tak terlalu menganggapnya bagus, semua orang di tim berpikir bahwa dia jenius. Dia sangat ... um, sangat matang, dan sama sekali tak terlihat seperti berusia enam belas tahun. Dan terus terang saja, aku juga merasa kalau gelandang Chelsea pun tak sebanding dengan bakatnya."     

Penilaiannya sangat bagus, dan para pemain di sekitarnya, yang bermain di liga tingkat bawah, bahkan tak berani memikirkannya. Liga Utama Inggris ... Bagi sebagian besar pemain, itu seperti mimpi. Bisa bermain di Liga Utama Inggris pada usia enam belas bukanlah prestasi biasa. Apalagi, ia berada di klub top: Arsenal yang sangat kompetitif.     

Eastwood tak setuju dengan Huth, karena ia berada di kompleks latihan West Ham United bersama dengan Joe Cole. "Joe Cole juga di Chelsea, kan?"     

Huth mengangguk dan berkata, "Ya, tapi kupikir bahkan dia juga tak sebanding dengan pemuda Spanyol itu."     

"Kenapa?"     

"Yah ... aku tidak tahu. Kalau kau bersikeras menginginkan alasan, aku tak bisa menjelaskannya. Tapi aku hanya merasa kalau pemuda itu memiliki masa depan yang sangat cerah di depannya," kata Huth, sambil menggaruk kepalanya dan mengerutkan kening. Dia tampak berkata jujur.     

Melihat pria Jerman yang jujur itu, Eastwood tak bisa berkata apa-apa lagi. Dia percaya bahwa Huth telah mengatakan yang sebenarnya.     

Morgan, yang telah sepenuhnya dilupakan, kembali bersemangat. "Itu benar! Pria Spanyol itu luar biasa! Tapi tahukah kalian semua, ada satu orang yang bisa menjaganya dengan sangat baik sampai ia tak bisa berkutik!"     

Dia telah berhasil merebut kembali perhatian rekan setimnya.     

Tang En tahu siapa yang dibicarakan Morgan. Dia memandang Wood; ekspresinya tenang. Dia bahkan terlihat agak heran. Dia tidak dipenuhi antisipasi, juga tidak merasa malu. Seolah-olah orang yang akan disebutkan Morgan bukan dia.     

Oleh karena itu, Morgan terus menggambarkan pertandingan FA Youth Cup yang dimainkan di lapangan berlumpur. ".... Meskipun kami memimpin, Arsenal, di bawah pimpinan pemain Spanyol itu, meluncurkan gelombang demi gelombang serangan ke tiang gawang kami. Aku bahkan menyelamatkan bola di garis tiang gawang. Tapi kami semua tahu betul bahwa situasi tak boleh dibiarkan seperti ini. Pak Kepala Pelatih juga tahu tentang ini!" Mendengar ini, semua orang menoleh ke arah Tang En, yang berdiri di dekat pintu.     

Melihat semua orang menatapnya, Tang En hanya tersenyum dan melanjutkan ceritanya. "Benar, aku memasukkan George." Dia membuat semua orang mengalihkan perhatian mereka ke arah Wood.     

Morgan melanjutkan, "Aku berada di lapangan, jadi aku tidak tahu apa yang dikatakan Pak Kepala pada Wood. Tapi aku ingat dengan jelas kalau Pak Kepala menunjuk pemuda Spanyol itu dan mengatakan sesuatu. Setelah itu, Wood masuk ke lapangan dan berdiri di depannya. Kemudian, pemain Spanyol berbakat itu tak lagi bisa memberikan ancaman bagi kami selama sisa pertandingan!"     

Setelah cerita itu selesai, semua orang masih memandang Wood. Tapi, sorot mata mereka kali ini benar-benar berbeda. Termasuk juga Gunnarsson, yang telah memberikan semangat dan dorongan bagi Wood beberapa saat yang lalu. Bahkan Eastwood, yang tadinya tak tertarik padanya, menjadi terpesona oleh rekan setimnya yang pendiam itu.     

Tidak ada yang mengucapkan sepatah kata pun; ruang ganti jatuh ke dalam keheningan total.     

Tang En menepukkan tangannya dan mengingatkan semua orang untuk kembali dari pikiran mereka. "Baiklah, baiklah, guys. Kalian melakukannya dengan sangat baik di babak pertama. Teruslah bermain seperti itu di babak kedua! Tak ada banyak waktu tersisa, jadi bersiaplah untuk kembali ke lapangan!"     

Dengan perasaan bercampur aduk, para pemain kembali berdiri, membuka pintu, dan menuju ke lapangan. Wood berada di belakang mereka, dan dihentikan oleh Tang En.     

"George, apa kau punya pendapat tentang cerita itu?" Kadang-kadang, Tang En benar-benar ingin tahu hati anak ini terbuat dari apa. Dia sama sekali tidak bertindak seperti anak berusia delapan belas tahun.     

Wood menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Tidak ada."     

"Kau tidak merasa bersemangat? Atau senang?"     

Wood terus menggelengkan kepalanya. "Tidak. Hari itu, kau memberitahuku untuk menjaga nomor 25 dengan semua kekuatanku, jadi aku melakukannya. Apa ada yang salah dengan itu?"     

Tang En menatap Wood, sebelum kemudian tertawa dan menggelengkan kepalanya. "Kau melakukannya dengan baik, dengan sangat baik. George, ibumu melihatmu dari suite VIP. Apa kau tahu kalau ketua klub juga ada disana? Kalau kau menunjukkan penampilan yang sangat bagus dan membuatnya tertarik, dia akan membiarkanku memberimu kontrak baru. Sebuah kontrak untuk bergabung dengan tim dewasa."     

Mendengar Tang En mengatakan ini, secercah cahaya melintas di mata Wood.     

"Aku bisa menghasilkan banyak uang, kan?" tanya Wood.     

Tang En mengangguk. "Semakin baik penampilanmu di babak kedua, semakin tinggi gaji mingguanmu di kontrak itu."     

Wood menatap Tang En dan bertanya, "Apa yang harus kulakukan di babak kedua?"     

Melihat tujuannya tercapai, Tang En hanya mengangkat bahu. "Persis seperti yang sudah kau lakukan di babak pertama. Kau adalah gelandang bertahan, jadi daerah di depan area penalti dan daerah setelah garis tengah adalah wilayahmu. Jangan biarkan lawan melewati wilayahmu dan mengancam tiang gawang kita tanpa perlawanan. Setiap lawan yang ingin melintasi wilayahmu... singkirkan mereka." Tang En membuat gerakan mengiris leher sebelum kemudian menambahkan, "Berhati-hatilah agar kau tak mendapat kartu lagi."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.