Mahakarya Sang Pemenang

Gipsi Bagian 2



Gipsi Bagian 2

0Tang En menggaruk kepalanya, "Apa kita berada di zona pengungsi awal tahun 1990an?"     

Moore menunjuk ke arah mobil wagon panjang berwarna kuning dan mengumumkan, "Wagon yang sudah dimodernisasi adalah bagian dari gaya hidup nomaden, Tuan Twain. Freddy Eastwood, yang kau cari, adalah seorang Gipsi Romani."     

"Ini kedengaran seperti novel fantasi," Tang En tergelak. "Apa dia bisa meramal? Bola kristal ajaib yang berkilau, pondok misterius dengan layar gantung yang setengah tertutup di dekat pintu."     

Moore menggelengkan kepalanya. "Dia tidak bisa. Tapi ..."     

"Tapi?"     

"Kabarnya istrinya bisa melakukannya. Dia juga seorang Romani."     

Melihat kenyataan yang terpampang di hadapannya, Tang En tak tahu harus berkata apa. Dia datang kemari untuk menemukan wonderkid dari game, bukan seorang Gipsi Romani yang tinggal bersama istrinya di sebuah wagon diluar lingkungan masyarakat pada umumnya.     

Tirai putih di jendela ketiga dari kiri, yang tepat berada di seberangnya, sedikit bergoyang. Moore berbicara pada Twain yang masih belum pulih dari keterkejutannya, "Sepertinya percakapan kita telah membangunkan sang pemilik, Tuan Twain."     

"Hah? Apa?"     

Pertanyaan Tang En disela oleh suara pintu yang berderit.      

Seorang gadis yang memakai piyama merah muda dengan rambut acak-acakan, memakai mantel bulu hitam di bagian luarnya - Tang En tak bisa mengatakan gadis di depannya itu sebagai seorang wanita karena dia terlihat masih sangat muda - menjulurkan kepalanya keluar dari dalam wagon.     

"Kalian berdua, apa kalian di sini untuk membeli mobil?" suara gadis itu terdengar jelas, seperti nyanyian burung di pagi hari.     

"Membeli sebuah mobil?" Tang En mengira dia salah dengar.     

Suara Moore yang rendah dan lambat terdengar lagi di telinganya. "Freddy telah bergabung dengan tim amatir lokal dan membantu ayahnya menjual mobil bekas saat dia sedang tidak berlatih atau bertanding."     

Tang En melirik Moore. "Tuan Moore, apa kau tahu hal lain tentangnya yang bisa kau ceritakan padaku sekaligus?"     

Ketika Moore akan membuka mulutnya, gadis itu melompat turun dari dalam wagon dan berdiri tanpa alas kaki di rumput pada awal musim dingin ini. Dengan penuh rasa ingin tahu dia menilai kedua pengunjung itu. "Kelihatannya kalian tidak kemari untuk membeli mobil, kalian juga tidak disini untuk diramal. Apa kalian dikirim oleh si pak tua Boris?"     

"Siapa Boris?" Tang En tak mengerti. Dengan semua hal yang terjadi, dia merasa kalau seharusnya dia tidak keluar rumah hari ini!     

"Seorang anggota dewan lokal." Moore menjelaskan lagi. "Dia telah secara terbuka menyalahkan mereka di banyak kesempatan dan menyatakan bahwa ilegal untuk meletakkan rumah mereka di komunitas Greenbelt. Dan dia juga telah meminta pihak berwenang terkait untuk menyelidiki masalah tersebut."     

"Terima kasih atas klarifikasimu, Tuan Moore." Tang En mengangguk. Dia benar-benar tak bisa marah lagi.     

"Sama-sama, Tuan Twain."     

"Tapi, kupikir kalian juga tak terlalu mirip orang pemerintah." Gadis itu juga mengamati Twain dan Moore ketika mereka saling berbicara. "Kalau begitu, apa yang sebenarnya kalian lakukan di sini?" Entah dari mana, dia mengeluarkan setumpuk kartu remi, mengocoknya dan memainkannya berulang kali. Perhatian Tang En terarah pada keterampilan memainkan kartu yang luar biasa itu.     

Orang-orang macam apa yang berasal dari keluarga ini?!     

Pada saat itu, dia mendengar suara "klop klop" dari arah belakangnya. Kemudian terdengar suara pria yang keras dan tajam, "Hei, Sabina! Apa kita punya pengunjung? Apa mereka di sini untuk membeli mobil atau diramal? Apa bayinya bangun? Apa kau sudah memberinya susu? Oh, cepat kembali sana, kau tak memakai sepatumu!"     

Suara yang tiba-tiba muncul itu kedengaran seperti senapan mesin. Dia berbicara dengan sangat cepat, dan pengucapannya tak terlalu jelas, ratatatat, ratatatat ... Tang En hampir tak bisa menangkap apa yang dia katakan tepat pada waktunya dan kemudian semuanya sudah berakhir.     

Dia dan Moore membalikkan badan untuk melihat, dan kepala seorang pria muncul di atas semak-semak. "Ya Tuhan, dia benar-benar tinggi!" seru Tang En. Meskipun semak-semak tidaklah setinggi itu, semak-semak itu tingginya sama seperti seorang pria, dan pria ini bahkan tampak lebih tinggi daripada semak-semak. Apa dia Jan Koller yang lain? Tidak, dia ingat pria ini tidak tinggi sama sekali di dalam game.     

"Tuan Twain, sebenarnya," Moore mengoreksi ucapan Twain, "dia tidak setinggi itu. Dia kelihatan tinggi bagimu, karena ..."     

Eastwood memandangi dua pria asing yang ada di depan matanya, memiringkan kepalanya dengan rasa ingin tahu, dan kemudian keluar dari balik semak-semak.     

"... karena dia menunggang kuda."     

Saat dia melihat Eastwood "berjalan" keluar, Tang En mendengar suara klik di otaknya.     

Moore benar, pria itu memang sedang naik kuda hitam! Kuda itu mengibaskan ekornya terus menerus dan mendengus.     

"Ya Tuhan! Apa aku berada di Abad Pertengahan?" seru Tang En. Dia mungkin takkan pernah melupakan apa yang telah dilihatnya hari ini seumur hidupnya — perjalanan fantasi abad pertengahan Tang En!     

Pasangan gipsi itu menatap aneh pada pria yang sedang menggaruk kepalanya dan bertanya-tanya apa yang sedang dia lakukan. Pada saat ini, tangisan bayi terdengar di dalam wagon, dan wanita itu buru-buru berlari kembali. Pria itu melompat turun untuk menuntun kuda itu ke pepohonan di belakang dan mengikat tali kekangnya ke sebuah pohon. Setelah melakukan ini, dia berjalan kembali ke wagon, duduk di kursi dekat pintu, dan mengamati kedua pria itu.     

Tang En akhirnya pulih dari kekagetannya. Dia melangkah maju, terbatuk, dan kemudian memperkenalkan dirinya. "Halo, Freddy. Aku ... um, aku ..." Dia tak bisa berkata-kata. Bagaimana aku harus memperkenalkan diriku?     

"Tidak masalah siapa Anda, Tuan." Eastwood duduk di kursinya dengan sangat santai, menggelengkan kepalanya. "Yang penting adalah tujuanmu datang kemari."     

"Freddy, apa kau tertarik untuk bermain sepakbola profesional?" Tang En langsung bertanya ke intinya.     

Pertanyaan itu menarik perhatian Eastwood dan dia mengamati Twain untuk waktu yang lama. Tiba-tiba, dia menepuk pahanya, bangkit dari kursinya, dan berteriak pada Twain, "Aku ingat sekarang! Kau pria dari Nottingham Forest!"     

Tang En mengangguk, "Seperti yang kau pikirkan. Aku memang orang itu." Itu adalah pengenalan yang baik dan menyelamatkannya dari kesulitan untuk memperkenalkan diri.     

Eastwood mendengus, "Salah siapa sampai aku diusir dari West Ham United? Kau berani juga datang kemari untuk mencariku. Apa kau berencana membiarkanku bermain untukmu?"     

Mendengarnya berkata begitu, Tang En menggaruk hidungnya dengan bingung. Hal yang dilakukan Wood memang sedikit kejam, tapi kalau bukan karena pelanggaran itu, bagaimana mungkin dia bisa tahu posisi apa yang bagus untuk Wood? Kalau orang di depannya ini tak mengalami cedera saat itu, ia mungkin takkan bermain untuk tim amatir. Tapi kalau semua itu tak terjadi, bagaimana mungkin mereka bisa berkesempatan untuk saling bertemu hari ini?     

Ah, karma.     

Saat Tang En melihatnya, dia yakin bahwa pria ini adalah Freddy Eastwood yang sangat keras kepala sesuai dengan ingatannya. Sosoknya yang ramping, wajah pucat, dan rambut cokelatnya benar-benar cocok dengan kesan yang tampak di wajahnya. Pria inilah yang membantu timnya mengeliminasi Manchester United yang perkasa dengan tendangan bebas langsung di Piala EFL musim 06-07.     

Satu-satunya kekhawatiran yang dimiliki Tang En saat ini adalah ia tak bisa mengingat alasan kenapa dia dibuang oleh West Ham United; apakah itu karena West Ham mengira dia tak punya potensi atau itu karena cederanya? Apakah pelanggaran yang dilakukan George Wood terhadapnya bisa mempengaruhi kemampuan masa depannya? Apakah Eastwood, yang berdiri di depan Tang En sekarang ini, masih pria yang akan mengeliminasi Manchester United?     

Eastwood masih terus mengeluh ketika istrinya, yang muncul di belakangnya sambil menggendong anak mereka, terbatuk, "Jangan mencari-cari alasan, Freddy. Bukankah kau selalu ingin main sepakbola profesional? Inilah kesempatanmu sekarang."     

Eastwood segera terdiam.     

Kemudian wanita itu tersenyum pada Tang En. "Maaf, Tuan. Cedera itu benar-benar memberikan pukulan berat bagi Freddy."     

Tang En mengangguk minta maaf. "Dia punya banyak alasan untuk itu. Akulah yang seharusnya meminta maaf dalam masalah ini."     

Istri Eastwood melanjutkan, "Saat kaki Freddy sudah sembuh, dia pernah berpikir untuk berhenti bermain sepak bola dan berkonsentrasi membantu Ayah dengan dealer mobilnya. Aku membujuknya untuk mencoba peruntungannya ke klub-klub lain, dan dia pergi ke Charlton ...."     

Ketika istrinya menceritakan peristiwa-peristiwa masa lalu itu, Eastwood hanya duduk di kursinya dan memandang ke langit seolah-olah pembicaraan itu tak ada hubungannya dengannya.     

"Tapi saat orang-orang di Charlton mendengar bahwa Freddy baru saja mengalami patah kaki beberapa bulan sebelumnya, mereka bahkan tak memberinya semenitpun kesempatan."     

Semua itu disebabkan oleh Wood. Meskipun itu tak ada hubungannya dengan Tang En, ia memikul tanggung jawab untuk ini. "Aku minta maaf, Nyonya. Kami datang kepadanya sekarang, berharap untuk bisa menebus penyesalan ini." Setelah mengatakan itu, dia memandang Eastwood dan diam-diam menunggu jawabannya.     

"Freddy!" Istrinya menaikkan volume suaranya untuk memanggil nama suaminya.     

Pria itu akhirnya menurunkan kepalanya untuk memandang Twain dan mendengus, "Kami Gipsi Romani cukup perhitungan tentang transaksi yang adil dalam berbisnis. Karena kau sudah datang jauh-jauh dari Nottingham untuk menemukanku, kau sudah menunjukkan ketulusan hatimu. Maka aku juga harus menunjukkan kemampuanku. Atau nanti kau akan merasa khawatir apa aku masih bisa bermain setelah kaki kananku patah."     

Tang En tersenyum. "Tidak, aku tidak khawatir tentang itu."     

"Sore ini di New Recreation Ground, datanglah dan lihat aku bermain dalam pertandingan!"     

Itu adalah pertandingan Liga Sepakbola Amatir wilayah Selatan. Apa yang disebut New Recreation Ground hanyalah lapangan sepak bola biasa dan tribun kecil yang terbuat dari rangka baja. Tang En pernah berkeluh kesah di luar Stadion Bernabéu bahwa stadion kandang tim Forest tampak seperti lapangan olahraga di sebuah sekolah menengah jika dibandingkan dengan stadion kandang Real Madrid itu. Tapi saat ini, "lapangan pertandingan" di depan matanya benar-benar 100 persen "lapangan olahraga sekolah menengah".     

Hampir semua orang berdiri di pinggir lapangan untuk menonton pertandingan. Tidak ada papan iklan yang mengelilingi lapangan sepak bola, tidak ada siaran televisi, tidak ada banyak reporter berita, dan tidak ada ruang ganti ... tidak ada apa pun.     

Melihat lingkungan pertandingan yang seperti itu, Tang En merasa kasihan pada Eastwood dan pada saat yang sama, bahkan merasa lebih menyesal di dalam hatinya.     

"Stimson adalah pria yang baik. Saat aku tak bisa bermain lagi, dia memintaku datang ke Grays Athletic. Meskipun mereka bermain dalam pertandingan amatir, aku selalu bisa mempertahankan kebugaranku dan tetap merasakan kesenangan bermain bola. Kurasa dia akan senang melihatku kembali ke sepak bola profesional. Untuk membalasnya, aku akan mencetak banyak gol di pertandingan ini." Eastwood mengatakan ini pada Twain sebelum pertandingan, seolah-olah mencetak gol itu mudah baginya, dan dia bisa mencetak gol sebanyak yang dia inginkan.     

Dan sekarang dia berdiri di lingkaran tengah di lapangan, bersiap-siap untuk memulai.     

"Bagaimana menurutmu, Tuan Moore?" Tang En meminta pendapat mantan ketua perekrut klub sepakbola Forest di pinggir lapangan.     

"Aku belum pernah menonton pertandingannya, Tuan Twain," jawab Moore dengan jujur. "Tapi sorak-sorai yang menyerukan namanya di sekeliling lapangan seharusnya sudah bisa menjelaskan beberapa hal."     

"Kupikir juga begitu," kata Tang En sambil tersenyum.     

Pertandingan hanya berlangsung selama 50 menit, dan Tang En sudah tak bisa menahan kegembiraannya. Dia benar-benar melihatnya. Dia melihat Freddy Eastwood yang persis sama dengan Freddy Eastwood di FM. Wonderkid dengan atribut pemain seperti Mencetak gol - 18, Mengoper bola - 17, Tendangan Bebas - 19, Teknik - 18, Menggiring bola - 17, Tembakan jarak jauh - 16, Bakat - 18, Akselerasi - 17, Keseimbangan - 17, Ritme pergerakan - 15!     

Para penonton di sekitar New Recreation Ground meneriakkan nama Eastwood, seolah mereka memujanya seperti dewa!     

Dalam 50 menit, dia sudah mencetak enam gol! Tendangan penalti, tendangan bebas, tendangan jarak jauh, tendangan sudut, dan menggiring bola melewati kiper untuk mencetak gol! Dia melakukan hampir setiap metode mencetak gol seolah-olah dia menunjukkan kemampuan mencetak golnya pada Twain.     

"Bagaimana menurutmu sekarang, Tuan Moore?" Tang En berkata pada Moore yang berdiri di sampingnya di tengah-tengah suara sorak-sorai.     

"Seperti yang kau katakan, Tuan Twain. Dia jenius." Wajah Moore akhirnya menunjukkan sedikit perubahan ekspresi saat dia menjawab dengan sedikit tersenyum. Jelas, penampilan striker Romani itu juga telah memenangkan hati perekrut tua yang pemilih.     

"Dia baru berumur 20 tahun!" Tang En memuji Eastwood bersama dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. "Dia tak seharusnya berada di stadion kumuh dan pertandingan tanpa siaran televisi dan reporter! Kita harus mengontraknya. Dia akan menjadi pemain yang tajam bagi lini depan tim Forest!"     

"Aku juga setuju, tapi aku punya masalah terkait hal ini sejak awal, Tuan Twain."     

"Hah?"     

"Mengontrak pemain baru kelihatannya merupakan tugas manajer Tim Pertama."     

Tang En berbalik untuk melihat si perekrut tua yang berdiri di sampingnya. "Kau bisa melihatku sebagai manajer Tim Pertama Forest di masa depan." Dia melihat ada kilatan cahaya di mata lelaki tua itu. "Tuan Moore, apa kau akan mempertimbangkan kembali keputusanmu untuk pensiun?'     

"Tidak, Tuan Twain, aku takkan menarik kembali keputusanku."     

Tang En sedikit kecewa saat dia mendengar Moore mengatakan itu. Masih tidak berhasil. Orang tua ini benar-benar keras kepala!     

"Tapi, seperti ini saja, kau bisa memintaku membantumu dalam kapasitas pribadimu, Tuan Twain." Si tua Moore masih tak menunjukkan ekspresi, tapi Tang En seolah melihat pria tua itu sedang tersenyum pada dirinya sendiri.     

Ada suara bersorak di sekelilingnya. Eastwood baru saja mencetak gol lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.