Mahakarya Sang Pemenang

Perpisahan dengan Walker Bagian 2



Perpisahan dengan Walker Bagian 2

0FM adalah game manajer sepakbola yang didasarkan pada kenyataan, dan memiliki basis data yang luas dan mendetil tentang para pemain. Kalau pemain tertentu dianggap jenius atau wonderkid di dalam game itu, maka dalam kenyataannya, ia pasti takkan terlalu jauh berbeda. Banyak pemain yang dulunya dianggap sebagai wonderkid di game, kini menjadi bintang sepak bola terkenal, seperti misalnya gelandang AC Milan asal Brasil, Kaka, yang baru saja dibeli dari São Paulo FC musim panas ini.     

Dikatakan pula bahwa di tahun 2007, ada manajer di Inggris yang mencari pemain dengan potensi atau kemampuan yang layak berdasarkan game FM.     

Catatan sejarah dari Eastwood yang dilihat Tang En di FM, adalah bahwa ia meninggalkan West Ham United musim ini. Game itu takkan memberitahu user kenapa seorang pemain meninggalkan klub. Sementara untuk klub yang menjadi tujuannya, Tang En tak bisa mengingatnya dengan jelas. Saat itu, dia tak punya ingatan yang bagus seperti yang saat ini dimilikinya untuk kata-kata bahasa Inggris.     

"Bagaimana permainannya?" Moore bertanya.     

Tang En menggaruk kepalanya. Bagaimana seharusnya dia menjawab pertanyaan itu? Jelasnya, dia tak mungkin mengatakan sesuatu seperti Eastwood kelihatan cukup bagus di dalam game. "Kurasa, mungkin, tidak buruk."     

"Apa kau pernah melihatnya bermain sebelum ini?"     

"Ya," Tang En berbohong. "Striker, dan cukup bagus dalam mencetak gol dan umpan-umpan panjang. Saya sangat terkesan dengannya, jadi saya harap Anda bisa membantu saya mencarinya."     

Moore menatap nama yang tertulis di kertas itu selama beberapa waktu, sebelum kemudian menganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku janji akan membantumu, Tuan Twain. Tapi aku tak bisa menjamin kalau aku akan menemukannya."     

"Terima kasih banyak, Tuan Moore!" Tang En dengan gembira menjabat tangan Storey-Moore lagi dengan kuat.     

Setelah mengantar kepulangan Storey-Moore, Tang En tidak langsung kembali ke kantornya. Sebaliknya, ia berdiri di tepi lapangan dan mengobrol dengan Walker, melontarkan beberapa lelucon, dan bertanya tentang situasi terkini di ruang ganti. Tang En adalah seseorang yang akan kembali kesana, dan karenanya memahami situasi tim saat ini akan bermanfaat baginya saat berasimilasi kembali ke dalam tim.     

"Des, bagaimana kondisi tim saat ini?"     

Walker tersenyum pahit. "Seluruh dunia sudah tahu tentang itu. Apa kau masih harus bertanya padaku?"     

"Apa yang kumaksud adalah, bagaimana situasi tim di ruang ganti?"     

"Sangat, sangat mengerikan. Sama sekali tak ada semangat juang, saling menyalahkan, panik. Kalikan saja situasi paling mengerikan yang bisa kaupikirkan dengan 10, dan kurasa seperti itulah kondisinya."     

"Kedengarannya seperti neraka yang benar-benar gelap." Tang En mencubit dagunya dan cemberut. Kelihatannya jauh lebih buruk dari yang diduganya. "Jangan khawatir, Des. Situasinya akan membaik."     

"Mungkin begitu. Tapi bagaimanapun juga, aku takkan berada disini untuk melihatnya." Walker mengangkat bahu.     

Tang En mendapatkan pesan lain dari keluhan itu. Menatap Walker, Tang En bertanya, "Kenapa?"     

"Tony, kudengar Dawson dan Reid akan pergi."     

Tang En kaget. "Dari siapa kau mendengarnya?"     

"Semua orang berbicara tentang siapa yang akan pergi, dan beberapa hal mudah ditebak. Dawson dan Reid adalah dua orang di dalam tim yang mampu tampil baik di lapangan, dan bukan sekali dua kali tim Liga Utama menarget mereka. Tim ini sudah tercerai berai."     

Mendengar Walker mengatakan ini, Tang En mengingat sebuah kalimat dari sebuah film, "Sulit untuk memimpin tim kalau hati mereka tercerai berai."     

"Aku juga akan pergi, Tony."     

Kalimat ini adalah kalimat yang memberikan pukulan terberat bagi Tang En. Dia tiba-tiba melompat bangun. "Apa kaubilang?"     

"Bowyer cukup berhasil di Hereford, dan dia mengundangku untuk membantunya. Aku sudah menyetujuinya." Walker bahkan belum menyelesaikan kalimatnya, saat Tang En meraih kerahnya.     

"B*jingan! Kau tak bisa melakukan ini!" Dia berteriak pada Walker, suaranya bercampur baur antara marah, kecewa, dan sedih. "Kita adalah partner terbaik! Kau yang melatih tim, aku yang mengarahkan pertandingan. Kita akan pergi ke Liga Utama, dan kita juga akan memenangkan piala satu demi satu, sampai stadion City Ground tak bisa menampung semuanya!"     

"Tony, aku ..."     

Tang En tak lagi peduli dengan janjinya pada Edward untuk merahasiakan kesepakatan mereka. Dia berteriak keras, "Aku akan segera kembali! Doughty sudah berjanji padaku. Aku akan kembali! Di musim dingin yang terkutuk ini!"     

Keterkejutan yang dirasakan Walker saat itu tak jauh berbeda dengan yang dirasakan Tang En. Dia memandang Tang En, dan bertanya sambil tergagap, "To, Tony ... Apa yang baru saja kau katakan? Kau akan kembali, musim dingin ini?"     

"Ya." Tang En berdiri dengan punggung menghadap ke arah Walker, sambil mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Saat dia mendengar Walker akan pergi, dia merasa sedikit takut — dia adalah orang di dalam tim yang paling dikenalnya dengan baik. Des bukan hanya sekadar asisten. Dia membantu Tang En dalam berbagai hal selain melatih tim. Walker adalah orang yang membimbing Tang En ke dalam profesi ini, membantunya, mengingatkannya, dan mengurusnya di dalam hidupnya. Apa hubungan mereka sesederhana hubungan antara manajer dan asisten manajer?     

"Aku seharusnya tak memberi tahu siapa pun. Doughty berjanji padaku bahwa aku akan kembali ke kursi manajer stadion City Ground dengan kontrak tetap." Tang En membalikkan badan dan melihat Walker yang terkejut. "Aku sudah menantikan untuk memimpin tim bersamamu, Des."     

Mendengar itu, Walker seperti bola kempes. Bahunya turun dan kepalanya menunduk saat dia berkata dengan suara lemah, "Kalau ... kalau saja kau mencariku satu hari lebih awal. Aku sudah menandatangani kontrak dengan Hereford. Kontrakku dengan Nottingham Forest akan berakhir bulan Juni tahun depan, dan lalu aku akan pergi ke Hereford ... Saat itu, kupikir Nottingham Forest akan terdegradasi ke Liga Dua, dan masa-masa tergelap bagi tim akan datang. Aku tak ingin melihat tim terpuruk begitu rendah! Tapi aku hanyalah seorang asisten manajer. Selain mengatur latihan harian, aku tidak bisa melakukan hal lain. Ada kalanya aku bahkan berharap aku bisa turun langsung ke lapangan! Pemain sepak bola profesional sialan."     

Walker tiba-tiba meletus seperti gunung berapi, meneriaki Tang En dan melampiaskan kemarahan dan frustrasi yang terakumulasi selama musim lalu.     

Tang En tidak membujuknya, tidak menghiburnya, dan tidak menghentikannya. Dia hanya berdiri di tempatnya dan menatapnya dalam diam.     

Sepuluh bulan yang lalu di ruang ganti stadion kandang Coventry, Stadion Highfield Road, Ian Bowyer melangkah pergi dan kemudian kembali untuk memberi tahu Tang En bahwa ia ingin meninggalkan Nottingham Forest untuk mengejar masa depannya sendiri. Tang En mencoba membujuknya untuk tetap tinggal tapi tak berhasil. Selain itu, pada saat itu, dia bahkan tidak tahu tentang masa depannya. Apa yang bisa ia gunakan untuk membujuk Bowyer agar tetap tinggal?     

Sekarang ini setelah Tang En mendapatkan janji dan jaminan dari ketua Doughty, tiba-tiba saja dia merasa tak ingin membujuk Walker untuk tetap tinggal. Alasan Walker untuk pergi jauh lebih banyak daripada Bowyer. Dia sudah terlalu lama mendukung tim ini. Hatinya hancur dan tubuhnya lelah. Alasan apa yang dimiliki Tang En untuk memintanya tetap tinggal dibawah situasi yang tak jelas seperti ini?     

Setiap orang memiliki kehidupannya sendiri, dan setiap orang akan memilih jalannya sendiri. Terlepas dari apakah jalan itu ternyata pahit atau manis, bahagia atau gagal, ataukah jalan itu sulit dan penuh masalah atau masa depan yang cerah dan berjalan lancar. Semua jalan itu ditempuh sendirian. Ketika Tang En dipecat dari jabatannya, ia bimbang selama beberapa waktu sebelum akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal dan menunggu kesempatan untuk membuktikan dirinya sekali lagi. Di dalam kondisi dimana Walker tak bisa melihat masa depannya, dia memiliki kebebasan untuk memilih pergi meninggalkan tim.     

"Baiklah." Setelah memikirkannya, Tang En menghela nafas dengan ringan. "Setidaknya kita mungkin masih bisa bekerja sama selama setengah musim. Tapi sayang sekali. Apa yang bisa kita lakukan dengan setengah musim sisanya? Mencegah degradasi pra-musim?"     

Keduanya terdiam. Tujuan mereka itu terdengar sangat menyedihkan.     

"Tidak, Tony! Aku sudah memikirkannya! Mungkin kita masih punya metode lain untuk mengakhiri musim ini!" Walker tiba-tiba berkata penuh semangat dengan suara keras.     

"Hmm?"     

"Kita baru saja mengalahkan Portsmouth di putaran ketiga EFL Cup dengan skor 4:2 selama adu penalti, dan FA Cup juga masih belum dimulai!"     

Mata Tang En sekali lagi menyala.     

"Terima kasih, Des. Aku janji padamu bahwa saat waktunya tiba, kau akan pergi dengan kejayaan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.