Mahakarya Sang Pemenang

Piala EFL Bagian 2



Piala EFL Bagian 2

0Sebagai mantan pemain bek belakang, Walker benar-benar ahli dalam melatih pertahanan. Bahkan seorang pemain seperti Eastwood bisa dilatihnya hingga mirip seorang gelandang bertahan, apalagi George Wood, yang memang sangat berbakat dalam melakukan pertahanan.     

Meski Walker berteriak di telinganya, Wood bahkan tak mengerutkan alisnya, dan dia jelas tidak mengeluh. Dia hanya akan melakukan apa yang dikatakan oleh pelatih itu. Tang En paling menyukai kelebihan Wood yang ini: dia pekerja keras dan mau berjuang demi masa depannya dan ibunya. Dibandingkan dengan 'anak-anak ajaib' yang menjadi terkenal di usia delapan belas tahun, dia tidak membiarkan dirinya bersantai dan bermalasan.     

Tang En juga tak merasa khawatir Wood akan tersesat dalam ketenaran dan kekayaan, karena tujuan yang ia perjuangkan di lapangan pertandingan dan lapangan latihan tidaklah sama seperti para jenius muda yang impiannya sudah menjadi kenyataan. Wood sepertinya selalu memiliki semacam krisis di dalam hatinya. Dan perasaan krisis itu seolah berfungsi seperti cambuk di punggungnya, mencambuk dan mendorongnya untuk terus maju. Tang En mengira kalau hal ini mungkin ada kaitannya dengan kemiskinan yang dia saksikan dan alami sendiri saat masih kecil.     

Sophia pernah mengatakan padanya bahwa rumah tempat mereka tinggal, saat mereka pertama kali bertemu, adalah rumah dengan kondisi terbaik, karena Wood sudah mampu menghasilkan cukup uang. Jadi, Tang En hanya bisa bertanya-tanya, kondisi buruk seperti apa yang mereka alami di masa lalu? Saat Sophia tak menyinggungnya lagi, Tang En juga tak bertanya lebih jauh. Yang penting adalah, sekarang ini, mereka hidup dengan baik, dimana klub menemukan sebuah rumah sewa di dekat kompleks latihan untuk Wood, dan pemiliknya ternyata adalah penggemar fanatik Forest. Hal yang lebih baik lagi, saat dia mendengar kalau rumah itu akan digunakan oleh pemain bintang Forest yang baru, harga sewanya berkurang hingga separuh!     

Rumah itu bukan rumah satu juta pound di The Lace Market, tapi rumah itu sudah cukup bagus bagi Woods. Tidak ada penyewa lantai bawah yang sering pulang larut malam. Dengan lantai bawah dan lantai atas, rumah itu luas, bersih dan terang. Tidak ada anak-anak yang suka meminta uang, atau lelaki berwajah mencurigakan di sekitar rumahnya. Dikelilingi oleh alam, tempat itu ideal bagi Sophia, yang perlu berada di dekat alam, dan menjaga kesehatannya.     

Begitu kondisi ibunya stabil, dan dia tak lagi harus membuat dirinya merasa lelah karena khawatir tentang harus memberi makan keluarganya, Wood akan bisa sepenuhnya mengabdikan dirinya untuk sepakbola. Tang En bahkan menyarankan pada Edward agar klub membayar perawatan Sophia, sebagian karena simpati dan kepeduliannya terhadap wanita yang cantik dan baik hati itu, serta sebagian lagi karena pertimbangan 'egois'nya. Maksudku, seseorang pastilah bertanya-tanya Wood akan menjadi pemain yang seperti apa kalau semua kekhawatirannya sudah lenyap?     

Situasi itu sama seperti ketika dia bertanya pada dirinya sendiri sekitar satu setengah bulan yang lalu, "Bagaimana permainan Wood dalam pertandingan debutnya?"     

Dia benar-benar menantikannya ...     

Sementara tentang apakah Walker akan tinggal atau pergi, Tang En tak pernah memintanya untuk tetap tinggal. Bahkan meski dia hanya bercanda, dia tak ingin mempersulit situasi Walker.     

Setiap orang harus memilih jalannya sendiri. Tak peduli apakah jalan itu mudah dilalui atau tidak, atau pemandangan di depan sana indah atau tidak, seseorang harus menjalaninya sendiri untuk bisa mengetahuinya. Karena itu, apakah keputusan Walker untuk pergi itu benar atau tidak, itu adalah urusan Walker sendiri.     

Hal yang bisa dilakukan Tang En, setidaknya selama mereka masih bekerja bersama, hanyalah berusaha dan memberikan Walker kenangan yang indah. Di masa depan, kalau Walker ingin kembali untuk membantunya, dia akan membuka pintu lebar-lebar untuk menyambutnya.     

Apa yang membuatnya sakit kepala adalah bertanya-tanya, di mana dia akan bisa menemukan seorang asisten manajer, dengan siapa dia memiliki hubungan baik dan cocok dengannya? Saat ini, pembagian kerja di dunia sepakbola sangatlah cermat. Manajer akan memberikan banyak tugas spesifik pada asisten manajer. Mereka memang tak banyak dikenal dan tak tampak jelas di mata media dan publik, tapi peranan mereka di dalam tim tak tergantikan. Bahkan pernah terjadi insiden dimana para pemain hanya mau mematuhi asisten manajer dan sama sekali tidak mau mendengarkan manajer mereka.     

Bantuan dan dukungan kepada manajer akan sangat besar, dan kemampuan tim juga bisa lebih ditingkatkan, kalau mereka bisa menemukan asisten manajer yang tepat. Kalau asisten manajer yang tepat tak bisa ditemukan, situasinya akan buruk.     

Oleh karena itu, banyak asisten manajer yang seringkali tinggal lebih lama di dalam tim daripada manajer, mereka juga lebih akrab dengan tim daripada manajer, dan bisa membantu manajer membiasakan diri dengan tim lebih cepat. Mereka seringkali dipupuk dari dalam tim itu sendiri, dipandang sebagai "keturunan" sejati.     

Hal ini khususnya terjadi pada tim-tim di Inggris. Sebagai contoh, kalau sebuah tim sudah memutuskan akan mengganti manajer mereka, pilihan pertama mereka pastilah asisten manajer tim, dan pilihan kedua biasanya adalah manajer tim pemuda.     

Itulah sebabnya, sebagai manajer tim pemuda dua kali, Glenn Roeder bisa diangkat sebagai manajer Tim Pertama untuk West Ham United dan Newcastle United. Klub-klub sepakbola di Inggris sangat loyal, dan manajer, yang telah bekerja untuk tim selama bertahun-tahun, cenderung akan mendapatkan kepercayaan dari para fans dan petinggi klub, meski level mereka tak sesuai standar.     

Ada pula posisi lain dimana loyalitas semacam ini ditunjukkan: posisi dokter tim. Istilah profesional untuk peran ini adalah "fisioterapis". Bahkan saat ini, banyak dokter tim sepakbola Inggris tadinya adalah pemain pensiunan atau karyawan pemeliharaan rumput yang kurang beruntung, penjaga klub, dan bahkan teman setia manajer.     

Orang-orang itu sama sekali tidak memiliki lisensi profesional, dan hanya mengandalkan akal sehat yang dangkal untuk merawat para pemain yang cedera. Jadi, tidaklah sulit untuk menjelaskan kenapa banyak pemain Inggris yang tak bisa pulih kembali setelah mengalami cedera besar, sejak abad terakhir hingga saat ini. Misalnya saja, saudara lelaki mantan kapten Liverpool Jamie Redknapp, Mark Redknapp, yang pernah menjadi bintang harapan AFC Bournemouth, saat bermain sebagai bek belakang, masa depannya hampir sama cerahnya seperti masa depan saudaranya.     

Tapi, dalam sebuah pertandingan melawan tim cadangan Cardiff City, Mark dijatuhkan oleh lawannya, dan ditandu keluar lapangan. Karena dia dirawat oleh tim dokter, dia hanya bisa berjalan dengan bantuan kruk sejak itu. Ia kemudian menjadi agen untuk bek lainnya, Rio Ferdinand. Dan adik laki-lakinya, Jamie Redknapp, yang tidak mau mengikuti jejak saudaranya, menggunakan uangnya sendiri untuk membayar dokter swasta untuk melakukan operasi. Meskipun dia memang berhasil kembali ke stadion, dia harus meninggalkan Liverpool, karena dia sudah "melanggar aturan."     

Klub-klub di Inggris sangat setia memegang kedua tradisi ini, yang telah mereka pertahankan sejak seabad yang lalu, tanpa peduli apakah itu benar atau salah. Sebagai akibatnya, Football Association Inggris lebih suka bekerja sama dengan Royal Hospital of Nottingham University kalau para pemain mereka ada yang cedera, daripada menggunakan jasa dokter tim klub Liga Utama. Bagaimana jika "dokter palsu" itu merekomendasikan seorang pemain yang menderita hernia (otot yang sobek di pangkal paha) agar menjalani sebuah operasi untuk mengangkat tulang kemaluannya?     

Tentu saja, berkat "tradisi" inilah Twain bisa menjadi manajer Tim Pertama secara langsung dari posisi manajer tim pemuda, dan dengan cepat membangun reputasinya di antara para fans, karena ia adalah seseorang yang dipupuk oleh klub Forest, dan merupakan salah satu dari "orang kami sendiri". Walker juga termasuk "salah satu dari kami", tapi kepergiannya bisa dikatakan sebagai sebuah pengecualian. Kalau bukan karena semangat tim yang hancur, Walker tak berniat untuk berhenti dari tim. Tapi siapa yang bisa menduga... dia baru saja memutuskan untuk pergi dari tim, saat dia mendengar kabar bahwa Twain akan kembali. Terjebak dalam dilema ini selama beberapa waktu, ia masih memilih untuk menepati janjinya, meninggalkan tim Forest untuk membantu Ian Bowyer sebelum akhir musim.     

Setelah menentukan jalannya di masa depan, Walker bahkan lebih membenamkan diri ke dalam pekerjaannya. Selama latihan, Tang En bahkan tak perlu membuka mulutnya, karena suara Walker terdengar lebih keras daripada suaranya. Dia tahu bahwa tujuan Tang En-lah yang menginspirasi antusiasme dan semangat juang pria itu.     

EFL Cup, kualifikasi Liga Utama, kualifikasi Liga Eropa UEFA, tidak kurang daripada itu! Itu adalah tujuan yang bisa memicu hasrat seorang pria!     

Dan sekarang, semuanya dimulai dengan EFL Cup!     

Middlesbrough dan McClaren, kalian akan menabrak tembok!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.