Mahakarya Sang Pemenang

Tentu Saja Kita Akan Menang Bagian 1



Tentu Saja Kita Akan Menang Bagian 1

0Mungkin karena minum alkohol bersama bos mereka, keberuntungan mereka menjadi lebih baik. Tanggal satu Mei, putaran kedua sebelum terakhir dalam kejuaraan liga, adalah kesempatan terakhir Nottingham Forest untuk menutup jarak dengan West Bromwich.     

Pada akhirnya, Nottingham Forest mengalahkan Wigan Athletic di kandang mereka sendiri dengan skor 1: 0. Dalam pertandingan itu, sebagian besar fans Nottingham Forest tidak fokus ke lapangan Stadion City Ground. Sebaliknya, mereka lebih terfokus pada Reading FC dan stadion kandangnya, Stadion Madejski. Di sana, West Bromwich mendapat perlawanan keras dari Reading.     

Ketika hasil pertandingan dari Reading akhirnya keluar, Stadion City Ground dipenuhi sorak sorai kegembiraan!     

1: 0! Reading mengalahkan West Bromwich di stadion kandang mereka!     

Lady Fortuna sekali lagi tersenyum pada Tang En dan timnya di waktu yang paling penting. Sekarang hanya ada perbedaan satu poin antara Nottingham Forest dan West Bromwich!     

Kalau Nottingham Forest mengalahkan West Bromwich di pertandingan terakhir, mereka akan bisa mengungguli West Bromwich dan mendapatkan peringkat kedua, sehingga memenuhi kualifikasi untuk dipromosikan langsung ke Liga Utama. Tang En merasa kepercayaan dirinya telah kembali pulih sepenuhnya. Dia tak lagi perlu mengaktifkan rencana B, yakni mempelajari situasi-situasi lawan play-off-nya. Dia sudah menganalisis West Bromwich selama sebulan penuh!     

Karena kalah dalam pertandingan di saat yang penting seperti ini, kemungkinan besar semangat West Bromwich pasti mendapat pukulan yang cukup berat. Di sisi lain, semangat Nottingham Forest sedang tinggi, dan para pemainnya tak pernah merasa sangat percaya diri untuk mendapatkan promosi langsung ke Liga Utama. Pertandingan terakhir akan diselenggarakan di stadion kandang Nottingham Forest, dan dalam rentang satu malam, hampir semua orang mulai mendukung Nottingham Forest.     

Pendapat orang-orang itu mudah sekali berubah seperti angin yang berganti arah! Tang En tak terlalu memperhatikan pendapat orang lain. Saat mereka memandang negatif Nottingham Forest, timnya masih belum kalah sekali pun. Sekarang setelah mereka mendukung Nottingham Forest, timnya masih belum dijamin akan menang.     

Rencana latihan telah diatur sejak lama, dan staf pelatih bertanggung jawab atas semua aspeknya. Serangan, pertahanan, tendangan bola mati, stamina, kontrol bola, dan berbagai hal lainnya. Semuanya berjalan lancar sesuai rencana.     

Mentalitas para pemain, setelah melalui begitu banyak pertandingan, juga telah optimal.     

Tang En dan Walker sudah menganalisis West Bromwich selama sebulan penuh. Dia tahu tentang kelebihan tim itu dan apa yang telah mereka lalui bahkan mungkin lebih daripada kebanyakan fans fanatik West Bromwich.     

Apa lagi yang harus dilakukan Tang En? Sebelum pertandingan yang sangat penting ini, dia tiba-tiba menyadari bahwa dia telah menjadi orang yang paling menganggur di tim.     

Saat itu sudah hampir tanggal 9 Mei. Setelah menyadari ini, Tang En merasa bahwa ia harus berkunjung lagi ke tempat itu.     

Tepat setahun yang lalu, Gavin dimakamkan. Sehari kemudian, Nottingham Forest kalah di putaran pertama semifinal play-off. Seminggu kemudian, Nottingham Forest benar-benar kalah di play-off. Tony Twain, yang pernah terpilih sebagai manajer terbaik bulan Februari dan memiliki target untuk mengejar kemenangan, malah kalah di pertandingan yang paling penting.     

Meskipun dia menyatakan bahwa "Aku hanya mengejar kemenangan," selama dia masih terjebak di Liga Satu, dia akan selalu menjadi pembual yang omong besar, pria yang bahkan tak bisa mengangkat kepalanya di depan jiwa Gavin.     

Sekarang, setahun telah berlalu. Waktu untuk menentukan nasib Nottingham Forest kembali muncul. Karena itu, Tang En merasa perlu mengunjungi makam Gavin lagi.     

Pada tanggal 8 Mei, pagi terakhir sebelum hari pertandingan, Tang En menuju ke gereja abu-abu kecil di atas bukit usai latihan tim.     

Tang En mengira bahwa takkan ada pengunjung lain di pemakaman itu selain dirinya. Tapi, saat dia tiba disana dia menyadari – dan yang membuatnya terkejut – bahwa John juga ada di sana. John memegang buket bunga lili putih di tangannya dan sedang membungkuk untuk meletakkannya ke atas makam.     

Saat Big John kembali berdiri dan menemukan ada orang lain di sampingnya, dia melompat karena kaget.     

"Tony! Kau membuatku takut." Dia pasti benar-benar ketakutan; otot-otot di wajahnya bahkan berkedut seolah gemetaran.     

Tang En tersenyum datar lalu tertawa kecil.     

"Kenapa kau ada di sini? Bukannya ada latihan tim?"     

"Latihan tim sudah usai," kata Tang En sambil mengangkat bahu.     

"Bukannya pertandingannya besok?"     

Tang En melangkah maju dan meletakkan buket di tangannya di depan batu nisan, tepat di samping buket John. Setelah itu, Tang En menatap batu nisan pendek itu dan berkata, "Justru karena pertandingannya besok makanya aku harus datang ke sini."     

John mengerti apa yang dimaksud olehnya, dan dia juga tenggelam dalam pikirannya sendiri saat menatap nama yang terukir di batu nisan. Selama sesaat, tak satu pun dari mereka mengatakan apa-apa. Pemakaman yang tenang ini tampaknya benar-benar kosong tanpa pengunjung, dan satu-satunya suara yang sesekali terdengar adalah kicauan burung di atas kepala mereka.     

Setelah beberapa waktu, Tang En menghela nafas dan bertanya, "Apa kau dan Michael masih saling berhubungan?"     

John menggelengkan kepalanya. "Tidak. Nomor telepon, alamat baru ... Dia tidak memberitahukannya pada kami. Seolah-olah dia menghilang dari muka bumi."     

"Dia pasti menjalani hidup yang baik di Amerika." Tang En tidak tahu lagi apa yang bisa dia katakan. Rasanya tempat ini bukan tempat yang bagus untuk mengobrol.     

"Michael ... selalu menyukai sepakbola." gumam John. "Di masa lalu, saat kami masih bersama, dia akan selalu mengatakan kalau dia lebih mencintai sepakbola daripada istrinya, dan bahwa sepakbola adalah segalanya baginya. Dia takkan bisa hidup sehari pun tanpa sepakbola. Bisakah kau bayangkan betapa gilanya dia saat itu?"     

Tang En mengangguk. Bagi seseorang yang telah menciptakan perkumpulan hooligan sepakbola dengan kedua tangannya sendiri, tingkat kegilaan itu masih normal.     

"Kalau bukan karena Gavin, kurasa dia mungkin masih melanjutkan kegilaannya," kata John. "Kami berkumpul bersama karena sepakbola. Setelah dia pergi ke Amerika, Bill dan aku benar-benar tidak mood untuk berkumpul dan minum-minum selama beberapa waktu."     

"Kalian juga berhenti mengunjungi bar Burns."     

"Karena kami harus menghabiskan waktu bersama keluarga kami."     

"Apa sepakbola masih segalanya dalam hidupmu?"     

Menghadapi pertanyaan itu, John tak segera menjawab. "Secara pribadi, aku merasa tak ada hal di dunia ini yang bisa dianggap sebagai segalanya dalam hidup seseorang. Tentu saja, Gavin adalah pengecualian. Sepakbola adalah segalanya baginya."     

Setelah mendengar John mengatakan itu, Tang En ingat Michael mengatakan sesuatu yang mirip tentang Gavin. "Dari hari sejak dia dilahirkan hingga hari dimana dia meninggal dunia, dia selalu menjadi fans Nottingham Forest".     

Mungkin merasa kalau topik ini cukup membuat depresi, John mengalihkan pembicaraan ke topik lain. "Tony. Pertandingan besok ... Kita akan menang, kan?"     

"Kedengarannya kau tidak yakin." Tang En tersenyum. "Apa yang kau khawatirkan?"     

Big John melengkungkan bibirnya dan berkata, "Baiklah, aku tahu jawabanmu ... Sayang sekali, Michael tak bisa menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri. Setiap kali dia menonton pertandingan Liga Utama, dia akan selalu meneriaki kami, mengatakan bagaimana Nottingham Forest akan tampil kalau berada di Liga Utama..." John baru sadar kalau topik pembicaraan telah kembali berubah arah.     

"Penampilan Nottingham di Liga Utama Inggris ... kau akan mengetahuinya saat waktunya tiba." Tang En menatap ke arah langit yang berkabut di kejauhan dan berkata, "Aku harus pergi, John. Kuharap besok takkan turun hujan. Dengan begitu, kita bisa merayakan kemenangan kita sepuas hati."     

Big John melambaikan tangan padanya dan berkata, "Bahkan meski ada badai yang mengamuk, kita masih bisa merayakan dengan sepuas hati. Sampai jumpa, Tony." John menyaksikan Tang En berjalan perlahan keluar dari pemakaman yang tenang dan dikelilingi oleh hutan.     

※※※     

Seperti yang diduga oleh Big John, hujan turun deras di hari pertandingan. Langit tampak gelap; awan tebal dan hitam memenuhi langit Nottingham. Meski saat itu masih sore, Stadion City Ground harus menyalakan semua lampu. Tetesan hujan yang turun dari langit, mengubah area dekat atap tribun menjadi sesuatu yang tak berbeda dengan air terjun.     

Apakah pertandingan tetap dilangsungkan dalam hujan lebat seperti ini?     

Tentu saja!     

Sistem drainase Stadion City Ground dibuat dengan sangat baik. Meskipun area dekat tribun, di sekitar area teknis, disiram hujan lebat, selain lapangan yang sedikit licin, tak ada banyak genangan air di lapangan.     

Tang En berdiri di pinggir lapangan, membiarkan hujan membasahi jasnya. Dia melihat ke arah lapangan dengan alis bertaut.     

Ini adalah putaran terakhir pertandingan liga, dan semua tempat pertandingan memulai pertandingan secara bersamaan. Ini juga pertandingan yang paling krusial, dan para pemain Nottingham Forest menunjukkan tanda-tanda kegugupan. Aksi mereka di lapangan tampak kaku, dan selain lapangan yang licin, pertandingan saat ini mengarah ke jalur yang tak menguntungkan bagi Nottingham Forest.     

Skor saat ini yang ditampilkan di papan skor adalah 2:1. Tim yang memimpin adalah tim tandang, West Bromwich.     

Saat pertandingan baru saja dimulai, Nottingham Forest berhasil memimpin. Saat itu, seluruh Stadion City Ground dipenuhi sorak-sorai, termasuk di area teknis dan bangku cadangan. Semua orang melompat-lompat dan bersorak gembira.     

Mereka semua berpikir, Ini adalah pembukaan yang bagus! Peringkat dua di Liga dan Liga Utama Inggris sedang melambai ke arah kami!     

Tapi, setelah mencetak satu gol, para pemain Nottingham Forest menjadi lebih santai sehingga memungkinkan West Bromwich mengambil kesempatan untuk melancarkan serangan balik dan dengan sukses melancarkan serangan terselubung ke gawang Forest. Setelah skor menjadi 1:1, mentalitas para pemain Nottingham Forest kembali mengalami perubahan.     

Mereka mulai tidak sabaran, dan keinginan untuk mencetak gol membuat mereka maju dari posisi mereka terlalu jauh. Peluang serangan balik yang bagus semacam ini tak disia-siakan oleh West Bromwich, tim peringkat kedua di Liga. Dengan serangan balik, skor kemudian menjadi 2: 1.     

Mentalitas para pemain Nottingham Forest berubah-ubah dari yang tadinya santai menjadi tak sabaran, sebelum kemudian berubah lagi menjadi gugup. Sepanjang empat puluh menit babak pertama, semua ini meringkas perubahan mentalitas para pemain Nottingham Forest.     

Nottingham Forest mulai khawatir. Bagaimana kalau mereka kalah? Bagaimana kalau mereka tidak bisa dipromosikan secara langsung? Memikirkan itu, aksi mereka menjadi lamban, pikiran mereka teralihkan, dan ritme mereka menghilang. Tidak ada yang berjalan baik bagi mereka.     

Bagaimana mungkin mereka bisa menang kalau seperti ini?     

Mereka melupakan semua hal yang telah diberitahukan kepada mereka sebelum pertandingan. Kami telah mempersiapkan diri untuk ini selama lebih dari satu bulan, dan semua kerja keras dan keringat yang kami lakukan akan hilang mengalir bersama hujan deras ini?     

Sialan!     

Hanya para fans di tribun yang masih tak menyerah. Mereka masih bernyanyi dan bertepuk tangan tanpa lelah, menyemangati tim. Mungkin mereka semua percaya pada Tang En dan timnya, dan merasa bahwa skor 1: 2 hanyalah sebuah kemunduran kecil sebelum mereka akhirnya meraih kemenangan.     

Masa depan kita cerah! Kita harus menggantikan posisi West Bromwich dan maju langsung ke Liga Utama! Sementara siapa yang akan sial dan tereliminasi di babak play-off, itu sama sekali bukan urusan kita!     

Para fans tim tandang menggunakan nyanyian untuk membalas para fans Nottingham Forest yang arogan. Melihat situasi pertandingan dan skor pertandingan yang tidak menguntungkan bagi Nottingham Forest, mereka mulai bernyanyi dengan gembira, "Kita akan ke Liga Utama! West Bromwich! Kau takkan kemana-mana, kemana-mana!"     

Saat peluit yang menandakan akhir babak pertama ditiup, skor masih 2: 1, dengan West Bromwich memimpin atas tim Forest.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.