Mahakarya Sang Pemenang

Adu Penalti Bagian 1



Adu Penalti Bagian 1

0Dengan kepercayaan diri yang didorong oleh penampilan Wood yang luar biasa, para pemain tim Forest bersatu untuk membentuk sebuah benteng, bertahan melawan serangan beruntun Middlesbrough di saat-saat terakhir. Meskipun seolah terlihat sedih dan tertekan, dan babak belur serta kelelahan, mereka telah berhasil mempertahankan skor tetap 0:0 dan akhirnya memasuki babak tambahan.     

Ini adalah momen yang menentukan. Sebelum pertandingan ini, Middlesbrough tak mengira kalau pertandingan ini akan tetap imbang hingga babak tambahan, dan karenanya, mereka meluncurkan serangan tak kenal lelah di beberapa menit terakhir pertandingan. Meski jantung Tang En berdetak sangat kencang, dan pupil matanya mengecil saat dia menonton pertandingan, dia merasakan upaya putus asa para pemain Middlesborough.     

Ini adalah kegilaan terakhir mereka, dan saat pertandingan memasuki babak tambahan, sesuai dengan dugaanku, para pemain Middlesbrough tak lagi memiliki kekuatan yang tersisa untuk mengancam gawang timku. Inilah yang terjadi kalau kau meremehkan aku dan timku!     

Karena mereka telah menghabiskan terlalu banyak energi fisik dan mental di sembilan puluh menit pertama untuk melakukan serangan, Steve McClaren tidak berhasil menunggu momen ketika tim Forest runtuh dibawah tekanan. Justru sebaliknya, para pemainnya sendiri semakin berada di bawah tekanan, dimana mereka menendang tembakan terakhir langsung ke arah tribun, yang hanya membantu tim Forest menurunkan kewaspadaan mereka.     

Ada jeda lima menit antara pertandingan yang berlangsung sembilan puluh menit dan babak tambahan yang berlangsung selama setengah jam. Jeda itu tak terlalu lama, tapi sudah cukup bagi para pemain yang telah bermain keras selama sembilan puluh menit untuk duduk, mengatur napas, minum air, dan mendengarkan ocehan manajer mereka tentang lay out taktis di saat yang bersamaan. Kemudian, segera setelah itu, mereka kembali harus berdiri dan melanjutkan pertempuran.     

Waktu sesingkat itu sama sekali tidak cocok untuk memberikan pengaturan taktis yang terperinci. Tang En membuat semua pemain duduk di dekatnya, dan kemudian berkata pada mereka, "Di babak tambahan ini, kita akan terus bertahan. Setelah memasuki adu penalti, kita pasti akan menang!"     

Semua orang memahami pengaturan taktis langsung dan sederhana yang ia jelaskan. Dia tak lagi perlu memberi mereka dorongan. Saat ini, kepercayaan diri tim sedang tinggi, dan semangat mereka juga sedang meluap. Dia tak perlu mengatakan apa-apa lagi.     

Setelah pertandingan memasuki babak tambahan, sejalan dengan kekuatan kedua belah pihak yang menurun drastis, Middlesbrough tak lagi bisa menekan tim Forest, dan Tang En bermaksud mengulur waktu dengan memasukkan pemain cadangan. Di paruh pertama babak tambahan, dia mengganti Crouch, memasukkan Rebrov, dan di saat terakhir babak kedua, Clint Hill menggantikan Gunnarsson, yang sudah melewati batas kemampuan fisiknya hingga kakinya kram.     

Hingga saat-saat terakhir, kecuali kiper, hanya George Wood yang masih bisa berlari bolak-balik. Ini juga merupakan jaminan terpenting bahwa tim Forest tidak kehilangan bola selama babak tambahan. Kekuatan fisiknya benar-benar mencengangkan.     

McClaren juga menghabiskan kuota pergantian pemainnya selama babak tambahan dalam upaya terakhirnya untuk menyerang Forest. Tapi, Zenden, yang baru saja masuk ke lapangan, mengalami masalah yang sama seperti yang dihadapi Downing, ketika dia berusaha menggunakan kecepatan untuk menerobos melewati George Wood.     

Sama seperti McClaren, dia mengira bahwa Wood, yang sudah berlari selama seratus menit, takkan memiliki kekuatan fisik yang tersisa untuk berurusan dengan mereka. Tapi, sayangnya, mereka salah. George Wood terlihat seolah dia baru saja dimasukkan ke lapangan pada saat yang bersamaan dengan Zenden. Sama sekali tidak ada masalah dengan kekuatan fisiknya, dan kecepatan larinya juga tidak terpengaruh. Dia juga membuat Zenden, yang ada di depannya, terjatuh.     

"George Wood, the perpetual motion machine!" Pada akhirnya, Andy Gray memberi panggilan yang pas bagi pemuda yang tak kenal lelah itu.     

Dipandu oleh "The Perpetual Motion Machine", tim Forest tetap bertahan, sampai mereka mendapatkan apa yang paling ingin mereka lihat - di tengah cemoohan keras fans Middlesbrough, wasit akhirnya meniup peluit untuk secara resmi mengakhiri pertandingan selama 120 menit!     

"Pertandingan sudah berakhir! Tentu saja, baru pertandingan 120 menit yang telah berakhir! Setelah pertempuran panjang, kedua belah pihak memasuki tahap adu penalti! Inilah saat yang paling ingin dilihat Manajer Tony Twain. Tapi, bisakah timnya mengalahkan Middlesbrough dalam adu penalti?" Gray merasa skeptis tentang ini. Di antara para manajer, yang dengan sengaja mengulur pertandingan menuju situasi yang ingin mereka lihat, tapi kemudian menyadari bahwa hasilnya tidak seperti yang mereka inginkan, Well, jenis insiden semacam ini cukup umum terjadi. "Sebuah tendangan penalti sangat bergantung pada keberuntungan untuk menentukan pemenang ..."     

※※※     

Tang En berjongkok di rumput, para pemain duduk di sekitarnya, terengah-engah. Dia memegang daftar nama para pemain, yang akan mewakili tim Forest dalam adu penalti. Permainan ini akhirnya mencapai momen dimana rencananya akan dijalankan. Dia, yang telah bertahan hingga lawannya melakukan upaya gila-gilaan di saat-saat terakhir pertandingan, tidak pernah merasa lebih percaya diri daripada saat ini. Ya, aku bisa menang! Aku bisa memenangkan trofi kejuaraan pertamaku sejak aku menjadi manajer! Kalau kau ingin menanyakan alasannya, jawabanku adalah: Tidak ada alasan! Aku hanya percaya aku bisa menang!     

Menatap para pemain yang duduk di sekelilingnya, yang sedang dipijat oleh tim medis, Tang En menggoyangkan papan daftar nama di tangannya dan berkata, "Aku sudah sering mendengar argumen ini, bahwa mereka pikir tendangan penalti adalah sebuah kompetisi keberuntungan, dan pihak yang menang lebih beruntung daripada yang kalah. Sekarang, aku ingin kalian tahu bahwa itu adalah omong kosong! Kalau tendangan penalti hanya mengandalkan keberuntungan dalam menentukan hasil pertandingan, kenapa kita harus terus melatihnya selama seminggu? Biar kukatakan pada kalian tentang faktor yang menentukan hasil akhir sebuah tendangan penalti: Kepercayaan diri dan kemauan! Hanya dua itu! Apa kalian percaya kalian bisa memenangkan pertempuran terakhir ini? Kita sudah melalui 120 menit tantangan yang sulit dan kita telah berhasil sampai akhir. Sekarang, apa masih ada yang ragu kalau kita bisa menang?"     

"Tidak, Bos!" para pemain menjawab dengan suara keras, meskipun mereka kelelahan.     

"Baiklah! Aku tahu kalian tak pernah ragu, karena kalian adalah para pemainku dan kalian sama percayanya sepertiku bahwa kemenangan akhir harus menjadi milik kita. Kalian semua adalah para pejuang yang berkemauan keras, yang tak mudah digoyahkan! Tutup mata kalian dan pikirkan tentang jalan yang telah kalian lalui selama musim ini, lalu ingatlah tentang lawan-lawan yang telah kita kalahkan dan kesulitan-kesulitan yang kita hadapi. Saat kita berada dalam situasi terburuk, dalam pertandingan tandang melawan Millwall, pertandingan seperti apa itu? Tang En memandu para pemain dengan sabar dan sistematis. Dengan mata tertutup, para pemain tampak marah dan mengepalkan tinju mereka, mengingat pertandingan itu. Para pemain yang tidak turut dalam pertandingan itu juga menutup mata mereka. Tang En tidak peduli apa yang mereka pikirkan, karena tidak satupun pemainnya berasal dari Millwall.     

"Dari mulai kemacetan lalu lintas, naik kereta bawah tanah, pertemuan dengan hooligan sepakbola, semua kesulitan itu, tapi kita akhirnya menang! 7:1! Kita membungkam semua orang, mereka yang telah menertawakan dan mempermalukan kita! Sebuah tim Liga Utama tidak bisa menghentikan kita, dan kita telah mencapai final. Sebelum semua ini terjadi, berapa banyak orang yang mengira kalau kita akan bisa berakhir di Stadion Millenium? Tidak ada, kecuali diri kita sendiri. Kita telah berusaha begitu keras untuk mengalahkan satu per satu lawan kita, menginjak tubuh mereka untuk bisa mencapai tahta, dan kini kita hanya tinggal selangkah lagi untuk mencapai mahkota yang gemerlapan itu! Alasan apa yang kita punya untuk terjungkal disini? Aku tahu kalian semua sangat lelah, seseorang bahkan mengalami kram di kakinya." Tang En memandang Gunnarsson, yang memakai jaket tim, sementara dia dipijat oleh dokter tim di satu sisi. Dia dibeli oleh mantan manajer Collymore, tapi semangat dan sikap profesionalnya telah membuat Tang En terus mempercayainya, dan dia lega bahwa dia tidak salah menilai Gunnarsson.      

"Tapi sekarang ... Meski kita harus memanjat, kita akan memanjat! Tak ada bedanya apa kita kalah di langkah terakhir atau langkah pertama, kita semua akan menjadi pecundang! Kita harus menang! Kita jelas harus menang!" Tang En mengepalkan tangannya dan menggeram. Giginya yang dikertakkan dan tatapannya yang ganas membuat semua orang juga merasakan kehausannya akan kemenangan dan kejuaraan.     

Walker menyaksikan "pengaturan taktik tendangan penalti" khusus ala Twain itu dalam diam. Menurut akal sehat, sebagian besar manajer akan berusaha untuk meringankan tekanan dalam diri para pemain sebelum adu penalti yang penting seperti ini, mengatakan kepada mereka untuk tetap normal atau tak perlu memikirkan tentang hasil. Hanya Tony yang berusaha dengan keras membuat semua orang paham bahwa kemenangan adalah satu-satunya jalan keluar, untuk mengatakan pada mereka bahwa mereka harus memenangkan pertandingan ini, dan memberikan tekanan yang lebih besar kepada mereka, agar mereka meningkatkan penampilannya. Tidakkah dia takut kalau para pemain akan hancur oleh tekanan itu? Ataukah ... dia mempercayai para pemainnya lebih tinggi daripada manajer lainnya?     

Tiba-tiba saja, sebuah pikiran muncul di benaknya, dimana Tony menyatakan dengan berani, "Aku melatih mereka, dan mereka akan bisa melakukannya saat aku butuh mereka untuk melakukannya." suara Tony dipenuhi kebanggaan, seperti seorang jenderal yang menatap barisan prajurit terlatih berjalan melewatinya menuju ke medan perang. Dia melatih mereka, dan mempercayai mereka, dan mereka membalas kepercayaannya dengan tindakan yang nyata.     

Bos bilang kalau kita bisa menang, maka kita pasti akan menang! Bos bilang kita bisa melakukannya, maka kita pasti bisa melakukannya!     

Kenapa? Kau bertanya alasannya padaku? Kenapa? Aku tidak bisa memberitahumu, karena kami juga tidak tahu, tapi kami percaya padanya, sama seperti dia percaya pada kami. Tak perlu alasan apapun!     

Walker berpikir, mungkin ini adalah karisma seorang manajer. Sama seperti bosnya, Brian Clough. Meski dia jarang muncul di tempat latihan, dan dia hanya akan melihatnya beberapa kali seminggu, semua orang bersedia mengikutinya, mempercayai setiap kata-katanya, dan bahkan mematuhi pengaturannya. Kalau bos mengatakan, "Guys, kita membutuhkan kemenangan", maka mereka akan berjuang untuk memenangkan pertandingan berikutnya.     

Dan jenis manajer seperti ini semakin langka saat ini. Sekarang adalah era dimana usia pemain melampaui kepribadiannya, dan manajer menjadi seorang pegawai yang tak lagi berkualifikasi. Mereka memang mengarahkan pertandingan, tapi tak bisa mendisiplinkan tim. Mereka bisa diberhentikan oleh bos kapan saja, dan karenanya menjadi kambing hitam tim atas catatan pertandingan yang buruk. Tanpa mengatakan apa-apa, apakah seorang manajer di masa sekarang berani menampar pemain utama tim? Apakah dia berani memukul seorang pemain di perutnya, karena penampilannya yang buruk? Beresiko datang terlambat saat pertandingan final Liga Champions UEFA, hanya untuk membawa seorang pemain kembali ke hotel dan mencukur janggutnya?     

Tidak, manajer seperti itu tidak akan ada lagi. Karena pria semacam itu takkan bisa bertahan lama di lingkungan sepakbola saat ini!     

Meski Tony takkan berani menampar pemainnya sendiri, dan takkan pernah membiarkan para pemain menyemir sepatunya, dia benar-benar seperti "The Boss" di area tertentu! Tak heran kalau Bowyer mengatakan bahwa akan ada orang yang akan membandingkan Tony dengan "The Boss".     

Seorang manajer, yang bisa memenangkan hati para pemain, dan membuat mereka bersedia mengikutinya, adalah manajer yang benar-benar mengagumkan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.