Mahakarya Sang Pemenang

Senjata Makan Tuan Bagian 1



Senjata Makan Tuan Bagian 1

0Babak kedua pertandingan baru saja dimulai, dan pertandingan berjalan seperti yang dikatakan Tang En: Bolton Wanderers melancarkan serangan sengit ke gawang tim Forest dan sangat ingin kembali unggul. Kalau Tang En membuat timnya menyerang balik Bolton Wanderers saat ini, maka pasti ada yang salah dengan kepalanya.     

Sebagai fans sepakbola, Tang En sangat senang menonton kedua tim saling serang dimana tiap tim mencetak gol satu demi satu. Tapi setelah dia menjadi manajer, minat itu lenyap. Satu-satunya cara yang benar untuk memenangkan pertandingan sepakbola adalah dengan bertahan. Sebuah pertandingan sepakbola itu seperti piramida; serangan adalah puncak piramida yang paling mempesona dan mencolok, sementara pertahanan adalah bagian dasar dan pondasi. Tanpa ada pondasi yang kuat, maka serangan hanya seperti kastil yang melayang di langit. Serangan yang indah harus dibangun di atas pondasi pertahanan yang kokoh. Itulah kebenaran sejati dalam sepakbola.     

Tanpa Gunnarsson, Rebrov juga diminta untuk bertahan. Tapi tekanan yang paling besar diletakkan pada George Wood.     

Kevin Nolan dan Jay-Jay Okocha menghantam zona pertahanan Wood secara bergantian, dan kemampuan Rebrov untuk membantu pertahanan cukup terbatas. Pertandingan seperti ini adalah sebuah kesempatan yang bagus untuk membuatnya lebih kuat. Tang En berdiri di pinggir lapangan dengan tangan terlipat dan tidak melakukan apa-apa kecuali menonton Wood, yang tampak sangat sibuk. Dia percaya pada Wood. Bakat anak itu dalam melakukan pertahanan takkan mengecewakannya.     

Tang En membayangkan masa depan anak itu, George Wood akan menjadi gelandang bertahan seperti apa di masa jayanya nanti? Dia mungkin bukan tipe gelandang yang pandai menyerang dan bertahan seperti Roy Keane dan Patrick Vieira, dan dia juga mungkin bukan tipe gelandang dengan kemampuan mencetak gol yang luar biasa seperti Steven Gerrard dan Frank Lampard. Tapi dia masih bisa menjadi gelandang bertahan terbaik di dunia. Pada saat itu, bahkan jika Tang En mengatur tiga gelandang serang dari empat gelandang, ditambah dua bek belakang untuk memberikan assist, George Wood masih akan memiliki kemampuan untuk menguasai zona pertahanan Forest, membuatnya seolah zona itu dirantai dengan kuat... Tidak, zona itu akan seperti tembok, tembok kota yang sangat tinggi dan kokoh.     

Tapi dia tidak tahu seberapa jauh masa depan itu.     

Saat ini, Wood masih sangat tidak berpengalaman; dia belum bisa menutup zona pertahanan sepenuhnya, dan mempertahankan stabilitasnya juga masih menjadi masalah. Musim kejuaraan ini masih panjang, dan karier profesionalnya juga masih sangat panjang. Bagaimana mungkin dia bisa diharapkan untuk mengulangi penampilannya yang menakjubkan di pertandingan sebelumnya pada setiap pertandingan? Itu mustahil. Lebih baik berjalan maju dengan lambat.     

Di tengah kesibukannya, Wood melakukan kesalahan dan gagal melihat Okocha yang gesit. Pria Nigeria itu dengan gesit berlari melewati Wood, dan muncul di depan area penalti!     

Desis keras terdengar dari tribun penonton. Para fans Forest berharap bisa memberikan tekanan psikologis pada pria Nigeria itu.     

"Sial!" Walker memaki di samping Twain. Dia merasa Twain seharusnya tidak mengganti Gunnarsson di awal babak kedua. Setidaknya, dia seharusnya menunggu gelombang serangan lawan berakhir sebelum melakukan pergantian pemain... Tapi apa gunanya mengatakan itu sekarang?     

"Okocha menerobos George Wood! Kalau pemain Nigeria itu masuk ke area penalti, Nottingham Forest akan berada dalam bahaya!" Gray baru saja selesai berbicara saat Okocha jatuh tepat di luar area penalti.     

Peluit wasit terdengar, dan itu pelanggaran.     

Kali ini, orang yang menyelamatkan tim Forest bukanlah George Wood, melainkan Freddy Eastwood, yang telah bergerak mundur untuk mempertahankan bagian depan area penalti. Dia mendorong Okocha dari samping. Dia diberi kartu kuning, tapi dia telah membantu tim Forest menghentikan krisis yang besar. Kartu kuning itu tidak sia-sia.     

Walker menghembuskan napas yang sejak tadi ditahannya. Tang En menatapnya dan tertawa. "Apa yang membuatmu sangat gugup, Des? Kita tak akan kalah. Apa kau tak percaya padaku? Masa depan kita sangat cerah."     

Eastwood menerima kartu kuning, lalu berlari kembali ke depan untuk menunggu kesempatan melakukan serangan balik. Wood membalikkan badan untuk menatapnya; Eastwood telah membantunya.     

Berbeda dengan Tang En yang santai, Tn Allardyce sangat marah meelihat pelanggaran itu, tidak hanya karena Eastwood telah menjatuhkan Okocha dan mencegah Bolton Wanderers melakukan serangan yang efektif, tapi juga karena wasit hanya memberi Eastwood kartu kuning. Dia menganggap bahwa memberinya kartu merah bukanlah hal yang berlebihan.     

Secara alami, seorang manajer selalu menginginkan penalti demi keuntungan timnya.     

※※※     

Pelanggaran yang dilakukan Eastwood adalah momen penting di dalam pertandingan. Serangan Bolton Wanderers berangsur-angsur melemah, sementara tim Forest, seperti pegas yang terkompresi, melenting dengan kuat setelah Bolton Wanderers melonggarkan serangan mereka.     

Tang En membungkuk di pinggir lapangan dan tampak santai saat serangan tim Forest meningkat. Ada tiga tembakan beruntun ke gawang lawan dalam waktu lima menit! Dia tidak merasa cemas, tapi Tn Allardyce, di area teknis tim tamu, menjadi tidak sabaran. Dia berjalan mondar-mandir antara pinggir lapangan dan area teknis dengan ekspresi gelap yang menakutkan di wajahnya.     

Tuan Allardyce, pikir Tang En. Apa kau punya trik lain? Kalau tidak, aku takkan menahan diri sekarang ... Tang En membalikkan badan menuju ke area teknis dan memandang ke arah Walker. Walker tahu dia akan bertanya soal waktu pertandingan. Twain punya arloji, tapi dia tak pernah melihat ke arlojinya. Waktu pertandingan ditampilkan di layar besar di stadion, tapi dia juga tak pernah melihatnya.     

"Sepuluh menit sudah berlalu." jawab Walker.     

Tang En mengangguk dan kembali ke pinggir lapangan. Dia meneriakkan nama Rebrov dan memintanya untuk sedikit maju.     

Tim Forest, seperti pegas berkawat yang terkompresi, akan melakukan serangan balik.     

Tang En percaya bahwa setelah kedua pemain sayapnya mulai aktif, para pemain Bolton Wanderers takkan bisa menghentikan mereka. Lihat saja pria jangkung di area penalti Forest! Kalau mereka menggunakan dua pemain untuk menjaga Crouch, maka Eastwood akan punya lebih banyak ruang. Dan kalau mereka menggunakan bek belakang untuk mengisi kekosongan itu, ruang di sayap yang akan kosong.     

Sekarang, yang harus dilakukan Tang En hanyalah menunggu di pinggir lapangan untuk sebuah gol.     

Dia berharap dia tak perlu menunggu lama ...     

※※※     

Tujuh belas menit telah berlalu di babak kedua, dan tim Forest sedang unggul. Mereka menekan Bolton Wanderers dengan serangan mereka yang seperti gelombang pasang. Big John melompat dan berteriak di tribun, "Benar! Benar begitu! Beginilah seharusnya permainan tim tuan rumah!"     

Ada banyak orang yang setuju dengan pendapatnya. Tim Forest yang kelihatan lelah dan lemah di babak pertama membuat para fans mereka tertekan. Memangnya kenapa kalau mereka bertanding melawan tim Liga Utama? Menurut fans Forest yang ambisius, setiap lawan yang menghalangi mereka bisa dikalahkan.     

Tim Forest bahkan tidak takut pada Liverpool, yang pernah mendominasi sepakbola Inggris dan Eropa di masa lalu.     

Tim Brian Clough memiliki temperamen pantang menyerah jadi mereka sama sekali tidak takut dengan lawan yang kuat. Sebaliknya, mereka justru akan lebih termotivasi. Sekarang, kalau Tony Twain ingin mencapai kesuksesan yang sama seperti Clough, timnya harus sama dengan tim Forest saat itu: tak peduli mereka melawan tim Liga Utama atau klub besar Eropa, mereka harus berani dan tak kenal takut.     

※※※     

Saat Nolan melihat gaya George Wood yang kasar dalam merebut bola, dia tiba-tiba saja punya ide. Karena satu-satunya posisi gelandang bertahan di tim Forest ditempati oleh bocah bodoh itu, kenapa tidak memancingnya keluar dari posisinya, dan kemudian meluncurkan serangan balik untuk menghilangkan rintangan yang tersisa?     

Kevin Nolan mengagumi kecerdikannya sendiri dalam menemukan taktik yang efektif di tengah situasi yang sangat rumit di lapangan. Mengambil keuntungan dari adanya bola mati, dia memanggil Okocha dan Giannakopoulos untuk memberi tahu mereka tentang taktiknya. Mereka semua berpikir itu layak untuk dicoba. Okocha juga membenci Wood. Akan sangat sempurna kalau mereka bisa memancingnya keluar dari zona pertahanan.     

Karena itu, ketiga pria itu menyatukan kepala mereka dan, setelah diskusi sederhana, mereka memisahkan diri dan menunggu waktu untuk melaksanakan rencana mereka.     

Allardyce selalu ingin agar Nolan, si pemain muda, bisa menjadi komandan masa depan Bolton Wanderers di lini tengah. Karenanya, dia sering menasihatinya selama latihan agar lebih sering menggunakan otaknya saat bermain. Sekarang, Nolan merasa bahwa dia sudah tahu cara menggunakan otaknya untuk bermain, karena dia bisa membuat taktik khusus berdasarkan keadaan aktual selama pertandingan.     

Hatinya dipenuhi rasa bangga, dan sangat bersemangat menantikan adegan berikut ini:     

Mulai dari Okocha, Wood akan perlahan dipancing keluar dan semakin dijauhkan dari zona pertahanan. Kemudian, melalui passing bolak-balik yang terus menerus, mereka akan benar-benar mengeluarkannya dari zona pertahanan, dan dengan cepat mengoper bola ke Okocha untuk meluncurkan serangan balik. Setelah itu, mereka akan menerima sorakan dari tribun selatan. Dia, Kevin Nolan, akan dipuji di media karena merancang strategi ini secara pribadi, dan lahirnya komandan lini tengah ini akan diumumkan! Sangat menarik untuk memikirkan tentang ini!     

Okocha menerima operan Nolan; punggungnya menghadap ke arah gawang lawan. Seperti yang diharapkan, Wood bergegas menghampiri. Okocha mendongak dan melihat isyarat Nolan padanya. Sudah waktunya untuk beraksi.     

Dia berusaha keras melindungi bola dan tak membiarkannya direbut Wood, sementara itu dia perlahan-lahan menggiring bola sambil mundur, memberikan kesan seolah dia sedang ditekan dengan kuat dan dipaksa mundur. Pada saat yang sama, ia memperhatikan situasi di belakangnya dan merasa lega melihat bahwa tekanan itu masih ada disana.     

Sekarang, dia harus membuat aksinya tampak lebih orisinil, jadi anak yang tak punya pengalaman itu akan tertipu ...     

Dia merasakan tekanan di belakangnya semakin kuat, dan dia buru-buru memberikan bola kepada Nolan, yang datang untuk menyelamatkannya.     

Nolan, yang baru saja menerima bola, mendongak dan merasa senang melihat George Wood melepaskan Okocha untuk mulai menghampirinya.     

Jadi, dia pura-pura berbalik arah dengan panik untuk menjaga bola.     

Bahkan Martin Taylor dan Andy Gray di boks siaran tertipu oleh penampilan Nolan: "George Wood sedang melakukan aksinya, menekan Okocha dengan keras hingga dia hanya bisa mengoper bolanya. Dan sekarang, giliran Kevin Nolan!"     

Kalau Nolan bisa mendengar komentarnya itu, dia akan merasa senang dengan dirinya sendiri. Wood dengan agresif menekannya dari belakang, dan dia tampak tak sabaran. Benar-benar idiot yang tak berpengalaman, pikir Nolan.     

Nolan ingin memprovokasi Wood lebih jauh lagi, jadi dia bergerak mundur. Kemudian dia mengoper bola ke Giannakopoulos, yang lebih jauh di belakang. Lalu dia melihat Wood melepaskannya untuk bergegas menuju ke pria Yunani itu. Seringai di wajahnya semakin lebar. Dia bisa membayangkan adegan selanjutnya: Giannakopoulos akan menendang umpan panjang setelah menerimanya, dan Okocha akan menggiring bola dan menerobos ke area penalti untuk menembakkan gol kemenangan ... Tidak, Nolan mengoreksi dirinya sendiri. Menggiring bola ke area penalti, lalu tersandung oleh bek lawan, dan itu akan jadi tendangan penalti! Kita kehilangan satu poin karena tendangan penalti itu, jadi kita harus mendapatkan kembali keunggulan melalui tendangan penalti!     

Karena jarak antara Giannakopoulos ke Nolan sangat dekat, dia tidak menggunakan banyak kekuatan untuk mengumpan; ini dilakukan karena dia mempertimbangkan rekan setimnya, dan dimaksudkan agar rekannya itu bisa menghentikan bola dengan lebih mudah. Tapi Nolan yang masih berkhayal tak menyadari seberapa cepat Wood berlari ... berlari melewatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.