Mahakarya Sang Pemenang

Perebut Bola yang Lebih Baik Bagian 1



Perebut Bola yang Lebih Baik Bagian 1

Tang En menyadari bahwa dia telah membuat lebih dari satu kesalahan. Pertandingan sudah berjalan selama lebih dari dua puluh menit, dan sejak Bolton Wanderers unggul, tim Forest tak segera menyusun serangan balik. Tapi ini bukan karena mereka tidak mau, melainkan karena mereka tidak bisa.     

Masalahnya terletak pada penempatan dan formasi para pemainnya.     

Dia membuat Rebrov bermain sebagai forward, dan semula berharap bisa menggunakan kecepatan pemain Ukraina itu untuk melawan pertahanan Bolton Wanderers yang lamban. Dia tidak mengantisipasi bahwa bola tidak bisa diteruskan ke kaki Rebrov sama sekali dari lini belakang mereka sendiri. Dan Rebrov juga kurang bagus dalam menjadi pemain pertama yang mencegat umpan-umpan panjang.     

Meskipun empat gelandang Bolton Wanderers berada di posisi paralel dalam daftar yang dikeluarkan sebelum pertandingan, formasi mereka menjadi 4-3-1-2 setelah mereka mulai bermain. Iván Campo, Kevin Nolan, dan Giannakopoulos adalah tiga bek utama di belakang Okocha. Kehadiran mereka adalah alasan utama kenapa serangan tim Forest tak bisa berjalan dengan mulus.     

Rebrov membutuhkan dukungan dari gelandang untuk memberinya lebih banyak umpan bawah dan bukan bola atas kalau dia sedang bermain sebagai forward. Tapi sekarang, karena adanya tiga gelandang bertahan Bolton Wanderers, serangan tim Forest tak bisa menembus lini pertahanan pertama mereka. Jelas, takkan ada dukungan untuk striker.     

Kesalahan lain yang dilakukan Tang En adalah membuat George Wood menjaga Okocha.     

Sekarang setelah dipikir-pikir lagi, penampilan Wood yang luar biasa di game sebelumnya mungkin bukan hal yang baik. Tampaknya dia telah menarik perhatian manajer Bolton Wanderers Allardyce. Seandainya Wood tak bermain luar biasa, dia akan bisa menjadi serangan kejutan Tang En untuk mengalahkan lawannya tanpa mereka sadari. Penampilan Wood di pertandingan sebelumnya begitu memukau sehingga meski dia tak menjadi pemain muda paling terkenal di Inggris, dia tak mungkin lolos dari perhatian Allardyce.     

Awalnya, Okocha adalah bagian yang sangat penting dalam serangan Bolton Wanderers, dan skill personalnya sering memberikan rewards yang tak terduga bagi tim. Tapi melihat pertandingan ini, Okocha lebih mirip "tempat singgah." Setiap kali bola dioper kepadanya, dia akan memberikannya ke pemain lain setelah bola itu menarik perhatian Wood. Dia jarang menggiring bola untuk menerobos lini tengah sebelum mengoper bola ke pemain lain, dan hampir tak pernah menembak ke gawang.     

Jelasnya, Allardyce telah secara khusus menyusun rencana sebelum pertandingan untuk mengurangi jumlah pemain bertahan Forest di lini tengah dengan mengorbankan Okocha. Kemudian dia mengatur agar Kevin Nolan muncul dari belakang untuk menembak ke gawang. Dia berhasil, dan, berkat strateginya, tim Forest saat ini tertinggal satu gol.     

Kevin Davies, yang mengalami sedikit cedera di kakinya, menggantikan pemain yang semula dijadwalkan bermain. Tapi kenapa memulai pertandingan dengan menggunakan Henrik Pedersen yang tinggi dan kuat? Itu untuk memberi pesan palsu pada Tang En: Aku akan terus bersikeras memainkan taktik tradisional bola atas dan bertarung dengan bola atas, jadi Twain akan memberikan fokus pertahanan timnya untuk bola atas di area penalti, dan kemudian Nolan akan menyelesaikan semuanya dengan tembakan yang menjadi keahliannya!     

Tujuan sejati Bolton yang sesungguhnya adalah mencetak gol dan mendapatkan tiga poin dalam pertandingan tandang ini sehingga mereka akan memiliki lebih banyak peluang saat mereka kembali bertanding di kandang mereka nanti. Pada saat itu, cedera Davies sudah akan lebih baik, dan tim Forest yang tertinggal akan langsung jatuh ke tangan Bolton Wanderers.     

Setelah mereka memimpin selama lebih dari sepuluh menit, Bolton Wanderers mengubah taktik dari yang semula selalu bergerak maju dan menyerang dengan agresif menjadi mundur dan bertahan di seluruh sisi lapangan mereka dan menggunakan umpan panjang untuk mengoyak lini pertahanan Forest.     

Mereka ingin mempertahankan skor saat ini.     

Tak heran mereka menggunakan tiga gelandang bertahan di lapangan dengan kebugaran fisik, kemampuan berlari, dan kemampuan mencegat bola yang sangat bagus. Lini tengah Forest didesak mundur hingga tiga puluh meter dari area penalti mereka. Para striker Forest, Rebrov dan Eastwood, pada dasarnya terkepung, tanpa memiliki ruang untuk bisa menunjukkan kemampuan mereka.     

Dan bagaimana dengan dua sayap tim Forest? Tiga bek Bolton Wanderers di lini tengah pada dasarnya mengurus lini tengah, sayap kiri, dan sayap kanan. Setiap kali Ashley Young dan McPhail menggiring bola untuk menerobos, mereka akan dihadang oleh setidaknya dua pemain Bolton Wanderers - bek sayap dan gelandang bertahan.     

Jadi, meski bagian tengah sisi lapangan Bolton Wanderers mungkin tampak sedikit kosong, Allardyce tak merasa cemas, karena dia tahu tim Forest tak punya gelandang serang yang bisa merebut bola di tengah lapangan, menyusun serangan, dan menerobos. Dua gelandang bertahan, Gunnarsson dan George Wood, tidak bisa merebut bola untuk mengatur serangan.     

Dia telah memperhitungkan dengan seksama semua pengaturan tim Forest sebelum dia membuat pengaturan taktis ini.     

Tang En memandang Sam Allardyce, yang berdiri di pinggir lapangan, menonton pertandingan dengan lengan terlipat di dada. Dia benar-benar pria yang mampu mengambil alih Newcastle. Dia bisa melihat langsung ke dalam pikiran Tang En.     

Tim Forest berniat melakukan umpan panjang ke Rebrov dan Eastwood di depan, tapi bek tengah Bolton Wanderers mampu menghentikannya dengan sundulan mereka. Para pemain Bolton Wanderers sama sekali tidak takut dengan bola atas. Mereka bermain seperti ini di Liga Utama, jadi secara alami mereka tahu bagaimana harus menghentikan tim Tang En.     

Tang En melihat ke arah para pemainnya, yang mengalami kebuntuan dalam menyerang. Kemudian dia kembali memandang Allardyce di pinggir lapangan, yang sedang melambaikan tangan untuk mengarahkan pertahanan timnya.     

Allardyce dianggap sebagai seorang manajer tingkat menengah atas di Liga Utama. Dan kalau tim Forest mencapai Liga Utama, Tang En harus bermain melawan manajer seperti Ferguson dan Wenger, dan master taktis Rafael Benítez. Manajer-manajer kelas dunia itu jauh lebih kuat daripada Sam Allardyce.     

Kalau kau tidak bisa menangani orang-orang seperti Sam Allardyce, kata Tang En pada dirinya sendiri, kalau kau bahkan tidak bisa mengalahkan Bolton Wanderers, yang berada di peringkat tengah klasemen Liga Utama... Maka saat kau berada di Liga Utama, kau akan cepat terkena degradasi!     

Jangan menganggap pertandingan ini sebagai semifinal EFL Cup. Persetan dengan trofi! Anggap saja pertandingan ini sebagai pertandingan Liga Utama! Periksa kembali apakah kau, sebagai manajer, sudah berkualifikasi untuk berada di Liga Utama. Cari tahu apa kau mampu memimpin tim ini ke masa depan yang kaubicarakan pagi ini!     

Para pemain memperhatikanmu, tim pelatih sedang mengawasimu, Ketua yang duduk di dalam boks VIP juga memperhatikanmu. Para fans setia di tribun memperhatikanmu, dan bahkan Gavin kecil juga memperhatikanmu dari surga!     

Allardyce ... Tang En menoleh lagi dan menatap pria itu. Kalau kau ingin mempertahankan tiga poin ini, aku akan membiarkanmu bertahan. Aku ingin melihat berapa lama kau bisa bertahan!     

Dia berbalik untuk berjalan kembali ke area teknis dan bertanya pada Walker, "Des, berapa banyak waktu yang tersisa untuk babak pertama?"     

Walker melihat arlojinya. "Sekitar tiga puluh menit lebih sedikit. Tony, serangan kita benar-benar tak bisa maju..."     

Tang En mengulurkan tangan untuk menghentikan keluhan Walker dan kemudian berkata kepada Peter Crouch, yang duduk di bangku pemain cadangan, "Crouch, pergilah lakukan pemanasan dan masuklah ke ruang ganti saat jeda nanti!"     

Umumnya, pemain cadangan yang takkan diturunkan dalam permainan untuk sementara, akan dipimpin oleh tim pelatih agar melakukan pemanasan di lapangan dan tidak pergi ke ruang ganti selama istirahat turun minum. Hanya ada satu jenis pemain cadangan yang diminta untuk mengikuti starting lineup ke ruang ganti saat jeda istirahat, dan itu adalah pemain yang akan diturunkan saat babak kedua dimulai.     

Crouch tertegun. Dia tak menduga akan mendapatkan kesempatan bermain secepat ini.     

"Cepat, pergi!" Walker menoleh ke arahnya dan memberi isyarat.     

Crouch segera bangkit berdiri dari bangku. Terdengar suara "deng" keras, dan dia memegang kepalanya lalu duduk kembali. Walker dan Tang En memalingkan muka; mereka tak tega melihatnya. Kepala Crouch terbentur atap yang ada diatas bangku pemain cadangan.     

Kamera secara alami menangkap adegan lucu itu, dan Andy Gray tertawa di boks pers, "Mungkin tim Forest harus memiliki kursi khusus untuk Crouch: sebuah atap terbuka diantara atap untuk bangku pemain cadangan mereka!"     

"Hei, hei!" seru Tang En, "Apa kau harus dibawa ke rumah sakit dengan tandu sebelum kau bahkan bisa bermain? Bagaimana perasaanmu, Crouch?"     

Ketika mereka mendengar Twain, para pemain cadangan di sekitarnya tak bisa menahan tawa mereka. Crouch memegangi kepalanya dan bergumam, "Jangan keluarkan aku, Bos, aku ... aku bisa melakukannya ..."     

Bahkan Tang En tertawa terbahak-bahak.     

"Kau bahkan belum bermain, Peter!"     

Dengan wajah merah, Crouch pergi untuk melakukan pemanasan.     

Saat Crouch berlari ke kejauhan, Tang En kembali ke pinggir lapangan. Walker mengikutinya, dan menyuarakan keraguannya. "Tony, Crouch memang tinggi, tapi kemampuan sundulannya tak terlalu bagus. Apa dia bisa bermain melawan bek lawan?"     

"Des, bek Bolton Wanderers yang paling tinggi hanya enam kaki dua inci. Bagaimana mereka bisa dibandingkan dengan Crouch? Selisih lima inci itu tak bisa ditebus dengan mudah. Lagi pula, aku tak hanya berusaha membuatnya mencegat bola dengan sundulan." Tang En melirik Allardyce. Dia sudah melihat Crouch, yang sedang melakukan pemanasan di pinggir lapangan. Crouch memang terlalu mencolok meski berusaha untuk tak menonjolkan diri. "Bagaimana pendapatmu tentang seorang pria setinggi enam kaki tujuh inci yang bisa mengayuh dan menggiring bola?"     

"Agak aneh." Walker tahu siapa yang dibicarakan oleh Twain.     

"Ya, kemampuannya memang berada di luar pemahaman normal kita. Bahkan meski dia tak pandai menyundul bola, tinggi badannya di lapangan bisa menghalangi para bek. Kemampuannya untuk memberi assist pada rekan setimnya sangat bagus. Kita bisa memanfaatkan itu dan mengoper bola padanya. Dia berbeda dari Rebrov karena dia tidak takut pada pertahanan gaya-Inggris. Dan kurasa dia akan membuat bek Bolton Wanderers merasa sangat tidak nyaman."     

Setelah mendengarkan kata-kata ini, Walker tak mengatakan apa-apa lagi, karena penampilan Crouch selama latihan memang tampak jelas. Kakinya yang panjang memang mempersulit Wes Morgan dan Robert Huth untuk bertahan saat melawannya, apalagi Clint Hill, yang bertubuh lebih pendek. Mereka tak bisa mengikuti langkah Crouch.     

Saat ia baru akan kembali ke area teknis, Tang En menambahkan, "Satu hal lagi, Des. Setelah pertandingan ini, rancanglah program latihan khusus untuk Crouch agar dia bisa memperkuat sundulannya. Tinggi badannya akan sia-sia kalau dia tidak memiliki sundulan yang bagus untuk melengkapinya."     

Crouch memang bisa mencetak gol karena sundulannya, tapi itu karena keunggulan tinggi badannya. Dia masih kurang memiliki kemampuan dalam menyundul bola. Tang En ingin membuat Crouch sebagai "Master Bola Atas" yang sesungguhnya, tapi hal semacam ini bukanlah sesuatu yang bisa diperoleh dalam semalam.     

Selain masalah striker, dua sayap tim Forest tidak tampil luar biasa seperti yang dibayangkan oleh Tang En. Di bawah tekanan lawan yang kuat, McPhail dan Ashley Young akhirnya bisa mendapat peluang langka untuk melakukan terobosan individu yang menghasilkan beberapa bola mati untuk tim Forest.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.