Mahakarya Sang Pemenang

Gangguan dari Tony Twain Bagian 2



Gangguan dari Tony Twain Bagian 2

0Mungkin Tang En adalah satu-satunya orang di dunia yang mempercayai kemampuan Dunn. Tapi kalau dia tidak bisa membuat orang lain ikut mempercayainya, meski Dunn memang luar biasa, itu tak ada gunanya. Dia telah mengundang Dunn karena dorongan hati, dan sudah seharusnya dia tidak membiarkan Dunn pergi hanya karena Tang En tidak bisa mendapatkan kepercayaan orang lain. Dia harus bertanggung jawab atas tindakan yang telah dilakukannya.     

Selain itu, Tang En juga tahu bahwa cara terbaik untuk membuat orang lain mempercayai kemampuan Dunn adalah dengan membuktikannya melalui hasil aktual. Tapi akankah orang lain memberikan Dunn kesempatan dan waktu untuk membuktikannya? Tang En tidak tahu.     

Pertama-tama, dia harus memperjelas semuanya dengan Edward.     

Twain tentu saja bisa menggunakan wewenangnya untuk menempatkan Dunn di posisi asisten manajer secara paksa. Tapi sebagai akibatnya, reputasinya di tim akan terpengaruh dan hal itu akan menyebabkan keretakan yang tak bisa diperbaiki antara dirinya dan Edward. Tang En tak ingin itu terjadi.     

Sekarang, selain menghadiri kelas training untuk pelatih yang diadakan oleh Football Association Inggris, Dunn jarang pergi keluar rumah. Dia kelihatannya berusaha keras menebus waktu yang telah hilang selama satu setengah tahun. Tapi melihat Dunn seperti ini justru membuat Tang En semakin pusing. Dunn tidak pandai berkomunikasi dengan orang lain. Mungkin karena dia merasa senasib dengan Tang En maka dia bisa lebih sering berbicara dengannya.     

Dalam kenyataannya, sebagai individu, Dunn cukup malas dan tidak suka mencari masalah. Jadi kenapa Tang En yang selalu mengambil inisiatif untuk mengundang masalah seperti itu?     

Setiap hari, Tang En akan pulang dan terus mengoceh tanpa henti, bahkan meski Dunn hanya berbicara sepuluh kata malam itu. Dia akan terus berbicara dan mengoceh tentang hal-hal yang ditemuinya saat dia pertama kali tiba di sini dan tentang setiap hal kecil yang telah terjadi selama satu setengah tahun terakhir. Kalau memang tak ada hal yang perlu dikatakan, dia hanya akan mengoceh omong kosong.     

Dia berharap Dunn yang pendiam akan sedikit lebih bersemangat. Dia tidak ingin Dunn tiba-tiba saja menyemburkan kata-kata dengan deras, tapi dia juga tidak ingin Dunn menjadi sangat tidak komunikatif dan tak punya apa-apa untuk dibicarakan selain sepakbola.     

Setiap kali Tang En mencoba membuatnya pergi minum ke bar milik Kenny Burns, Dunn selalu menggelengkan kepalanya dan menolak. Kalau Tang En bertanya alasannya, Dunn takkan menjelaskan apa-apa kecuali mengatakan bahwa dia telah bersumpah untuk tidak minum alkohol lagi. Tang En sudah mencoba menggunakan banyak cara, tapi Dunn tetap menolak untuk pergi. Tang En akhirnya bertemu dengan seorang pria yang lebih keras kepala daripada dirinya.     

Edward akan kembali ke Inggris besok. Dia telah menghubunginya secara pribadi dan ingin agar Tang En membawa asisten manajer yang baru untuk menemuinya. Kelihatannya dia juga masih khawatir tentang asisten manajer tim.     

Apa yang akan terjadi besok?     

Melihat ke arah Dunn, yang masih meneliti video pertandingan sepakbola, Tang En menggaruk kepalanya.     

"Dunn ... Well, besok, Edward — dia Ketua klub yang masih muda, aku sudah menceritakan tentangnya padamu sebelum ini — Dia ingin ... dia ingin bertemu denganmu."     

Dunn tahu apa yang terjadi saat dia melihat Tang En mendesah.     

"Apa kau cemas identitasku takkan diterima?"     

Tang En mengangguk. "Ini benar-benar ironis. Seorang pria Cina yang tidak mengerti apa-apa langsung diterima, hanya karena tubuhnya berbeda. Tapi pelatih sepakbola yang sebenarnya bahkan tidak bisa mendapat kesempatan untuk membuktikan diri hanya karena dia berada di tubuh yang berbeda. Hei, Dunn, apa kau pernah membenciku? Kau tahu kan, karena semua yang kumiliki sekarang seharusnya adalah milikmu?" Tang En selalu merasakan ini saat dia bertemu dengan Dunn. Posisi miliknya direnggut oleh orang asing yang bisa bekerja cukup baik, tapi sebaliknya, dia ... Tang En tidak tahu harus berkata apa.     

Bukankah orang normal akan berpikir seperti ini?     

Tidak suka, cemburu, dendam, benci ... Seseorang pasti ingin mengambil kembali apa yang menjadi milik mereka. Bukankah itu yang biasa dirasakan oleh orang normal? "Itu milikku! Kejayaan! Uang! Wanita cantik! Status! Itu semua milikku! Kau baru saja merampok tubuhku dan sekarang kau menikmati semua yang seharusnya adalah milikku! Kau ke**rat! Kembalikan semua milikku!"     

Bukankah siapapun akan menganggap perilaku itu konsisten dengan akal sehat, dan merupakan hal yang logis untuk dilakukan?     

Tang En juga berpikir begitu. Kalau dia kembali ke Cina dan menemukan Dunn dikelilingi oleh banyak wanita cantik, duduk di helikopter bersama Angkatan Udara yang mengawalnya ke Chunxi Road untuk jalan-jalan, disembah dan dipuja oleh orang-orang di sekelilingnya, tanpa perlu memiliki uang, dan dia bisa langsung mengambil apapun yang ingin dibelinya ... Saat itu, dia pasti akan merasa cemburu walaupun dia sudah cukup sukses di Inggris.     

Dunn menatap Tang En dan kemudian mengalihkan pandangannya kembali ke layar televisi.     

"Kalau aku tiba-tiba saja melompat, menjatuhkanmu ke lantai dan menggunakan semua kekuatanku untuk mencekikmu, berharap aku bisa membunuhmu, apa menurutmu itu akan bisa memperbaiki semuanya?" tanyanya tiba-tiba, dengan punggung masih menghadap Tang En.     

Tang En sedikit takut setelah mendengar kata-kata itu. Kalau Dunn benar-benar melakukan itu, dia tidak akan terkejut. Orang yang pendiam biasanya memiliki aura gelap, kan? Saat memikirkan pertanyaan itu, dia baru sadar bahwa dia dan orang ini telah tinggal dibawah atap yang sama selama lebih dari seminggu. Dia benar-benar berani melakukan itu. Tang En tidak bisa menahan diri untuk tidak menggosok lehernya.     

"Kalau aku mengatakan bahwa aku sangat senang melihat apa yang telah kaucapai, maka aku pasti bohong." lanjut Dunn, "Kalau aku mengucapkan selamat, Manajer Twain, maka aku pasti sedang membuatmu bingung agar kau menurunkan kewaspadaanmu padaku. Dan suatu hari nanti, kalau penampilanmu cukup buruk untuk dikritik oleh media, orang yang berbicara buruk tentangmu di belakang punggungmu dan yang ingin menggantikanmu adalah aku. Jadi, sekarang, apa kau mulai menyesal telah mengundangku datang ke Nottingham?"     

Saat dia mendengar kata-kata Dunn, Tang En tertegun sejenak, dan kemudian dia tertawa.     

Dunn agak heran dengan reaksi Tang En. Dia mengerutkan kening dan bertanya, "Apa yang kau tertawakan?"     

"Bukan apa-apa. Rasanya senang bisa mendengarmu bicara begitu banyak dalam satu tarikan napas. Kalau kau tidak bicara seperti ini, aku akan benar-benar mengira kau punya gangguan bicara." kata Tang En sambil tersenyum dan mengangkat bahu. "Apa kau tahu? Saat aku tahu kalau aku berada di dalam tubuhmu, aku merasa sangat marah untuk waktu yang lama ... Ya, tapi aku sudah melihat wajah ini sepanjang hari, dan aku sudah cukup terbiasa setelah satu setengah tahun. Aku tidak tahu bagaimana caramu beradaptasi dengan situasi ini, tapi kurasa aku telah beradaptasi dengan sangat cepat. Mungkin aku memang orang yang tidak punya hati."     

Dia menatap Dunn, dan Dunn balas menatapnya. Tak satu pun dari mereka yang berbicara.     

Setelah beberapa saat, Dunn kembali menonton video pertandingan, dan berkata samar, "Kurasa ini adalah takdir kita yang sesungguhnya."     

Apa maksudmu kita dilahirkan di tempat yang salah?     

Tang En menggelengkan kepalanya dan berkata pada Dunn, "Besok, demi kau, aku akan berusaha yang terbaik saat berargumen dengan Edward."     

Dunn memotongnya. "Aku tahu apa yang kau cemaskan. Kau bisa menjadikan David Kerslake asisten manajer untuk Tim Pertama. Dia adalah pelatih yang sangat bertanggung jawab."     

"Bagaimana dengan tim pemuda?" Tang En berhenti bicara dan melihat Dunn terdiam. Bukankah Tony Twain yang asli dipindahkan dari posisi kepala pelatih tim pemuda ke Tim Utama? Baiklah, dia sendiri dan Kerslake juga telah bekerja bersama di tim pemuda selama setengah musim dan mereka bisa bekerja sama dengan cukup baik.     

"Itu ide yang bagus. Kalau kau bisa menerima keputusan itu, maka aku juga takkan mempermasalahkannya. Kurasa masih cukup sulit membujuk Edward untuk menyetujuinya, tapi kurasa itu masih lebih mudah daripada berusaha meyakinkannya untuk membuatmu jadi asisten manajer."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.