Mahakarya Sang Pemenang

Rekor Bagian 1



Rekor Bagian 1

0Seminggu setelah FA Community Shield, Liga Utama Inggris musim 04-05 dimulai secara resmi.     

Saat ini, hampir semua penduduk Inggris memperhatikan Arsenal. Mereka hanya membutuhkan dua pertandingan lagi untuk bisa memecahkan rekor tak-terkalahkan yang telah bertahan selama 25 tahun. Sejak kemenangan luar biasa atas Southampton dengan skor 6:1 di tanggal 7 Mei 2003 dalam pertandingan kandang yang dijadwal ulang di musim 02-03, tim sepak bola Prancis Arsène Wenger berhasil memecahkan serangkaian rekor dalam sepak bola Inggris: Preston North End telah mempertahankan rekor kemenangan beruntun di musim 1888-89, yang merupakan prestasi luar biasa meski saat itu hanya memiliki 22 pertandingan dalam satu musim; Burnley berhasil mempertahankan rekor 30 kemenangan beruntun tanpa kekalahan di musim 1920-21, hanya kalah tiga pertandingan di awal liga sebelum kemudian merevitalisasi diri mereka sendiri dan mengamuk hingga akhir musim (mereka juga berhasil menjadi juara liga untuk yang pertama kalinya sepanjang sejarah klub); Leeds United berhasil memenangkan 29 pertandingan beruntun tanpa kalah di musim 1973-74; dan Liverpool memiliki rekor 29 kemenangan tak-terkalahkan di musim 1987-88.     

Di awal musim, Arsenal sudah memiliki prestasi yang menakjubkan setelah menjalani 40 pertandingan liga tanpa kalah. Hari ini, satu-satunya rekor yang menghalangi mereka adalah rekor 42 pertandingan tak-terkalahkan milik Nottingham Forest yang dipimpin oleh Brian Clough antara musim 1977-78 dan musim 1978-79!     

Kalau mereka berhasil menang di dua pertandingan pertama musim ini, Arsenal akan setara dengan rekor itu. Setelah itu, mereka hanya membutuhkan satu pertandingan lagi untuk bisa memecahkan rekor lama dan membuat rekor baru untuk kemenangan beruntun.     

Pada saat ini, Arsenal berada dalam kondisi yang bagus. Bahkan jika mereka harus menghadapi Everton di pertandingan pertama sebagai tim tandang, tidak ada banyak hal yang perlu dikhawatirkan.     

Dan seperti yang diharapkan, Arsenal bisa menang mudah atas Everton dengan skor 4:1 di pertandingan tandang dan mempertahankan rangkaian 41 kemenangan beruntun!     

Di sisi lain, Nottingham Forest milik Tony Twain tampaknya tengah menemui sedikit kesulitan ...     

※※※     

Selama transfer musim panas, Nottingham Forest terus beraksi. Aktivitas mereka bahkan sebanding dengan Chelsea, yang dimiliki oleh seorang taipan Rusia; mereka menjadi pusat perhatian. Orang-orang memiliki harapan besar untuk tim Tang En, dan bahkan media lokal di Nottingham menantikan tim Forest yang baru.     

Di putaran pertama, Forest akan menantang Blackburn dalam pertandingan tandang. Sebelum pertandingan, Tang En menghabiskan banyak upaya untuk meneliti lawan mereka — tim, para pemain, dan manajer. Dia menyelidiki dan menganalisis semuanya. Karena itu, dia percaya bahwa dia sudah akrab dengan Blackburn. Seperti biasa, ia memimpin timnya ke rumah Blackburn Rovers, Ewood Park, dengan penuh percaya diri.     

Setelah 90 menit, tim Forest, yang dipenuhi harapan untuk musim baru, kalah 0:1 dari Blackburn.     

Meskipun ini mungkin hal yang sangat bagus kalau dilihat berdasarkan skor pertandingan, dimana tim yang baru dipromosikan hanya kebobolan satu gol saat melawan tim veteran, tapi kenyataannya tidak seperti itu. Skor pertandingan takkan pernah bisa sepenuhnya menunjukkan perbedaan antara kedua tim.     

Untuk pertandingan ini, Tang En telah menggunakan formasi 442, yang paling sering dipraktikkan saat latihan tim. Dia juga mengirim 11 pemain yang menurutnya berada dalam kondisi terbaik mereka. Kiper adalah Darren Ward. Dua bek tengah adalah Fernando Hierro dan Matthew Upson. Bek kanan adalah pemain Perancis Pascal Chimbonda, yang penampilannya lebih baik daripada John Thompson selama latihan, sedangkan bek kiri adalah Leighton Baines, yang bisa mempertahankan salah satu posisi utama sejak paruh terakhir musim lalu. Gelandang diposisikan berdampingan, dengan pemain Perancis Franck Ribéry di kiri, Ashley Young di kanan, dan George Wood dan Albertini dengan mantap menjaga lini tengah. Terakhir, di garis depan terdapat pasangan Freddy Eastwood dan Mark Viduka.     

Selain itu, di bangku cadangan terdapat kiper Paul Gerrard, bek belakang Wes Morgan dan Gerard Piqué, gelandang Kris Commons, dan striker Peter Crouch.     

Formasi ini adalah formasi terkuat milik Tang En. Selama latihan pra-musim, formasi ini juga terbukti merupakan starting line-up yang paling stabil. Tang En percaya kalau formasinya ini sebanding dengan formasi milik Blackburn Rover.     

Tapi Blackburn, yang hanya berada di peringkat ke-15 musim lalu, memberikan pelajaran yang bagus bagi Forest. Sangatlah naif untuk percaya bahwa mereka akan bisa menjadi tim Liga Utama yang kuat hanya karena ada pemain-pemain baru yang dibeli selama musim panas. Liga Utama adalah dunia yang sama sekali berbeda dari EFL.     

Kekalahan takkan terhindarkan kalau kau bersaing di Liga Utama dengan sikap yang sama seperti saat bermain di EFL.     

Banyak tim yang baru dipromosikan tak bisa tampil sebaik yang diharapkan. Meskipun sebagian alasannya adalah kurangnya investasi di bursa transfer, sebagian besar alasannya bisa dihubungkan dengan mentalitas mereka.     

Dari apa yang terjadi di lapangan, masalah tim Forest jelas terletak pada transisi mereka antara bertahan dan menyerang. Albertini kelihatannya masih kesulitan membiasakan diri dengan kecepatan yang intens dalam permainan sepak bola Inggris, yang mengakibatkan ketertinggalan ritme. Bagi Wood ... selain bertahan, dia tidak bisa diharapkan melakukan hal lain.     

Tang En tahu tentang masalah ini. Untuk menangkalnya, ia meminta dua gelandang sayap untuk lebih aktif dan mencoba menerobos saat mereka mendapat bola, sehingga bisa membukakan peluang dari sayap. Pada saat yang sama, kedua penyerang harus sering berpindah posisi dan terus bergerak bolak-balik untuk menarik perhatian garis pertahanan Blackburn. Ini akan menciptakan ruang bagi gelandang sayap untuk menerobos.     

Ide itu memang bagus. Baru 10 menit atau lebih setelah pertandingan dimulai, sayap tim Forest sudah mulai memberikan kesulitan bagi Blackburn. Tapi manajer Blackburn, Mark Hughes, dengan cepat menyadari niat Tang En, dan bahwa bahaya terbesar tim Forest berasal dari sayap. Setelah melihat alokasi pemain di lini tengah Forest, tidak mungkin mereka bisa mengancam gawang Blackburn dari sana. Hughes, oleh karenanya, memperkuat pertahanan di sayap. Karena itu, meskipun Ribéry dan Ashley Young mencoba melakukan terobosan beberapa kali, mereka tidak berhasil melakukannya. Kadang-kadang, mereka bahkan tidak bisa berbalik setelah menerima bola. Mereka benar-benar ditekan.     

Serangan tim Forest bergantung pada dua sayap, jadi saat Tang En melihat Ribéry dan Ashley Young dijaga ketat oleh lawan mereka, ia memutuskan untuk mengaktifkan manuver serangan level kedua dan meminta para pemain belakang untuk mendukung serangan. Pascal Chimbonda dan Leighton Baines sama-sama bek sayap yang suka dan sangat bagus dalam mendukung serangan. Dalam latihan rutin yang biasa, Tang En juga meminta kedua bek sayap untuk aktif dalam melakukan serangan, sehingga menciptakan serangan ofensif Forest yang lebih mendalam.     

Keterlibatan bek sayap dalam melakukan serangan telah menghidupkan manuver ofensif Forest, dan kedua tim bolak-balik saling menyerang, berganti dengan cepat antara menyerang dan bertahan. Tapi, babak pertama masih berakhir dengan skor 0:0. Di babak kedua, setelah Mark Hughes membiasakan diri dengan strategi serangan Forest, ia menemukan metode untuk melumpuhkan sayap Forest: ia meminta timnya untuk memperkuat serangan mereka di sayap, sehingga bertarung secara langsung antara kedua belah pihak. Mereka akan menangkal serangan dengan serangan; dan bertahan dengan tetap melakukan serangan. Dengan masih kurangnya pengalaman dan koordinasi antar pemain yang masih dalam tahap berkembang, sayap Forest secara bertahap semakin tertekan. Dan kemudian... Blackburns mencetak gol.     

Saat bek sayap veteran Blackburn, Craig Short melakukan tendangan sudut dan mencetak satu-satunya gol di sepanjang pertandingan, Ewood Park menjadi hiruk pikuk. Blackburn Rovers memiliki awal yang baik, dan Forest merasakan kekalahan yang pahit.     

Meskipun kalah dalam pertandingan pertama liga, Tang En tidak berperilaku seperti yang diduga oleh semua orang dan mengamuk kepada para pemainnya. Sebaliknya, selama konferensi pers usai pertandingan, ia mengakui bahwa timnya tidak terlalu bagus, tapi itu karena "Anda tidak bisa mengharapkan tim yang menukar hampir separuh pemain utamanya selama musim panas bisa segera menunjukkan permainan yang luar biasa atau melakukan serangan yang alami dan mengalir. Saya merasa sangat puas bahwa kami hanya kebobolan satu gol dari tim tuan rumah."     

Itu memang benar. Tang En bahkan sama sekali tidak kehilangan emosinya kepada para pemainnya usai pertandingan. Kekalahan ini sudah diperhitungkan olehnya. Dia menganggapnya sebagai upah atas pelajaran pertama yang diterimanya di Liga Utama. Dan kalau dia benar, dia masih perlu membayar upah ini dari waktu ke waktu. Nottingham Forest bukan Arsenal, dan Tony Twain bukan Arsene Wenger. Dia tidak tertarik untuk memuliakan rekor masa lalu yang dibuat oleh klubnya 25 tahun yang lalu. Mereka yang ingin mempertahankan kemenangan beruntun harus terus melaju, sama halnya dengan mereka yang ingin bertaruh sebagai juara. Tujuan Tang En sederhana: untuk bisa berdiri tegak dan kuat di Liga Utama dan terus bertahan disana.     

Daripada menyalahkan pemain yang tampil buruk di tim, dia lebih suka memikirkan tentang apa yang bisa diperbaiki di dalam tim. Dia masih punya waktu seminggu. Dia bisa berkolaborasi dengan tim manajerial untuk merancang latihan yang lebih baik.     

Setelah pertandingan putaran pertama berakhir, media mengomentari penampilan masing-masing tim. Komentar yang diberikan pada tim Forest adalah "mengecewakan." Media merasa bahwa tim Forest telah gagal menunjukkan permainan yang bagus setelah menghabiskan 12 juta pound selama musim panas dan membeli 11 pemain. Malahan, mereka menggunakan serangan rutin dari sayap yang membosankan dan bermain di jalan buntu.     

Tapi, Tang En sangat yakin bahwa terus menyerang dari sayap adalah langkah yang tepat. Dia hanya perlu membereskan masalah koordinasi antara lini tengah dan sayap saat melakukan serangan, seperti misalnya kesadaran posisi para pemain dan detail kecil lainnya. Pada saat yang sama, ia berharap Albertini akan segera terbiasa bermain di Liga Utama. Kalau Albertini bisa menunjukkan separuh dari kehebatan masa jayanya di AC Milan, itu sudah cukup untuk menghidupkan lini tengah Forest.     

Tujuh hari setelah tanggal 22 Agustus, City Ground menyambut pertandingan kandang pertama tim Forest, empat tahun setelah mereka terakhir kali mengadakan pertandingan Liga Utama disini. Bagi banyak fans Forest, ini adalah hari yang penting dan patut diingat.     

Di hari pertandingan, stadion City Ground, dengan kapasitas penonton 27 ribu, tidak memiliki kursi kosong. Meskipun para fans merasa kecewa dengan kekalahan yang mereka alami di pertandingan pertama, mereka masih tetap menjadi suporter kuat tim muda ini. Sejak mereka memasuki stadion, seluruh tempat itu dipenuhi gelombang suara nyanyian yang tak ada habisnya.     

Saat Tang En masih seorang fans, ia sering menonton La Liga, terutama menonton Real Madrid dan Barcelona. Setelah menyaksikan ini, Tang En tak bisa menahan diri untuk mendesah panjang mengingat perbedaan budaya sepakbola antara Inggris dan Spanyol. Mengarahkan sebuah pertandingan di dalam lingkungan seperti itu adalah impian dari hampir setiap manajer.     

Bagi para fans mereka yang setia, mereka benar-benar harus memenangkan pertandingan ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.