Mahakarya Sang Pemenang

Satu Lawan Satu



Satu Lawan Satu

0Arsenal berusaha mendapatkan kembali kendali permainan lima menit setelah memasuki awal babak kedua. Henry lebih aktif daripada di babak pertama. Dia terus berada di sayap, mencari peluang untuk berkoordinasi dengan Pirès dan mencoba menerobos lewat sayap. Mereka hampir berhasil satu kali; Henry dan Pirès melakukan operan dua-lawan-satu di sayap dan kemudian menusuk masuk ke dalam area penalti. Bergegas maju untuk bertahan melawan Henry, kaki Matthew Upson terpeleset, dan tiba-tiba saja ia terjatuh.     

Henry tidak menduga ini terjadi, dan sebagai akibatnya, dia menembakkan bola ke arah tribun di belakang gawang.     

Semua pendukung Nottingham Forest terkesiap kaget. Twain juga sangat terkejut, dan hampir melompat dari tempat duduknya di area teknis.     

Upson bangkit dari tanah dan menoleh ke arah gawang dengan panik. Hierro menghampirinya dan menepuk pundaknya untuk menenangkannya.     

Di kubu Arsenal, Henry meletakkan tangannya di kepala. Dia tidak mengira tendangan volinya akan terlalu tinggi dan membuat bola terbang keluar. Saat Upson jatuh, hanya ada kiper tim Forest di depannya, dan gawang. Selama latihan dan bahkan selama pertandingan, situasi seperti itu biasanya mudah diatasi.     

Wenger bahkan tampak lebih sedih daripada Henry. Dia berdiri dari kursinya, melihat bolanya tidak masuk, tiba-tiba melambaikan tangannya, dan kembali duduk.     

Keberuntungan Arsenal sepertinya tidak terlalu baik hari ini.     

Setelah hampir saja kebobolan, tim Forest meluncurkan serangan mereka. Selama jeda turun minum, Twain mengatakan kepada mereka bahwa mereka sama sekali tidak aman dengan hanya unggul satu gol. Barusan itu, apa yang dikatakan olehnya hampir saja menjadi kenyataan; para pemain Forest akhirnya memahami ucapannya itu.     

Albertini bertanggung jawab untuk mengatur serangan tim. Bergkamp datang untuk mencegat bola, dan Albertini memilih untuk tidak menerobos, meskipun dia merasa yakin dia bisa melewati orang Belanda di depannya ini. Tapi dia melihat George Wood berdiri tak jauh dari sisinya.     

Dia teringat percakapan terpisah antara Twain dengannya usai sesi latihan.     

"Demetrio, bagaimana pendapatmu tentang George?"     

"Tidak buruk, sangat bagus." Bahasa Inggrisnya tidak terlalu baik, jadi dia tidak bisa banyak bicara.     

"Aku yakin kau tahu kalau aku sangat mempercayainya. Saat ini, dia sempurna dalam bertahan, tapi dia masih sangat kurang dalam menyerang. Aku berharap kau bisa membantunya."     

"Aku mengerti, Pak."     

Bergkamp melihat Albertini memindahkan bola ke kanan. Mengira dia akan menerobos, Bergkamp dengan cepat menggeser pusat gravitasinya. Lawannya memang berlari ke depan, tapi dia juga mengoper bola ke George Wood dengan menggunakan tumitnya.     

Wood menerima bola; tapi, Albertini berhadapan dengan Bergkamp. Apa yang harus dia lakukan?     

Fàbregas melihat Wood mendapatkan bola dan bergegas mendekatinya dengan gigi terkatup. Dia ingin membalas dendam. Aku tidak boleh selalu membiarkan anak itu menekanku. Kau merampokku, aku akan merampokmu lagi!     

Wood, yang telah menerima bola, tidak tahu apa yang harus dia lakukan setelah itu. Dia ingin mengoper bolanya ke Albertini, tapi dia melihat Albertini berhadapan dengan pemain lawan di sampingnya, jadi dia menghilangkan opsi itu. Saat dia sedang bingung, Fabregas bergegas maju!     

Tak mengherankan, George Wood, yang memang tidak pandai dalam mengontrol bola, kehilangan bolanya.     

"Arsenal kembali menguasai bola! Steal yang indah! Cesc Fabregas telah memberi Arsenal peluang untuk membalas, dan tim Forest masih belum bisa bertahan, karena semua orang masih dalam posisi menyerang!"     

Apa yang dikatakan Taylor memang benar. Saat para pemain Forest melihat bahwa Albertini menguasai bola, mereka semua menekan dengan penuh semangat, terutama semua pemain dari kedua sayap. Mereka semua bergegas maju dan bersiap melakukan serangan terkoordinasi tim.     

Apa yang tidak mereka duga adalah Albertini tidak mengoper bola ke Ribéry atau Ashley Young, melainkan justru ke George Wood, yang jarang berpartisipasi dalam melakukan serangan tim. Leighton Baines dan Pascal Chimbonda harus berlari kembali ke posisi mereka dengan membabi buta, seperti yang mereka lakukan dalam latihan sprinting. Dengan begitu, energi fisik mereka terbuang sia-sia.     

Wood melihat kilatan di depan matanya, dan tiba-tiba saja tidak ada apa-apa di depan kakinya.     

Dia telah kehilangan bola.     

Pada saat itu, Wood tidak lagi bertanya pada dirinya sendiri apa yang harus dia lakukan. Hampir secara insting, ia berbalik untuk mengejar Fàbregas. Dengan kekuatan fisiknya yang unggul, dia mengalahkan lawannya. Pemain muda Spanyol itu tidak bisa mempercepat larinya, dan tidak bisa melepaskan diri darinya.     

Fabregas ditabrak oleh Wood dari samping, membuatnya kehilangan keseimbangan dan langkahnya menjadi kacau. Bolanya tersingkir dan berada di luar jangkauan kendalinya. Hierro menerima bola dengan cepat, dan bola kembali berada di bawah kendali tim Forest.     

Twain, yang menyaksikan adegan itu dari area teknis, menggelengkan kepalanya dan berkata kepada David Kerslake, "Sepertinya kita harus memperkuat latihan ofensif Wood."     

Kerslake mengangguk setuju. "Dibandingkan dengan pertahanannya, serangannya hampir bisa dikatakan masih amatir."     

Pemandangan assist tidak langsung sejauh 60 meter untuk gol yang dicetak Freddy Eastwood selama debutnya untuk Tim Pertama Forest tak pernah terlihat lagi di kompetisi-kompetisi ataupun di latihan-latihan selanjutnya. Wood mungkin dirasuki oleh kekuatan gaib hari itu.     

Hierro mengoper bola kembali ke Albertini, yang mundur untuk memberikan dukungan. Kali ini pemain asal Italia itu tidak mengoper bola ke Wood, melainkan meneruskannya langsung ke depan kepada Viduka. Di bawah tekanan dari Touré, Viduka tidak bisa berbalik, jadi dia hanya bisa mengoper ke Ashley Young di sayap. Dan menghadapi pertahanan dari Ashley Cole, Young yang masih muda tidak punya pilihan lain; dia memilih untuk mengoper bola ke bek kanan, Chimbonda, yang baru saja menusuk maju ke depan. Pemain Perancis itu baru saja menerima bola saat rekan senegaranya, Pirès, turut maju. Dengan begitu, dia hanya bisa meneruskan bola ke Albertini di tengah , dan Albertini dengan cerdik memberikan bola.     

Setelah bola itu berputar-putar dalam satu lingkaran besar, bola itu kembali berakhir di depan kaki George Wood.     

Semua yang terjadi di lapangan setelah itu tampak seperti replay dari apa yang terjadi satu menit yang lalu; Fabregas maju lagi untuk merebut bola, George Wood kehilangan bola, tapi ia segera menggunakan insting bertahannya dan stamina manusia super untuk kembali merebut bola.     

"Aku benar-benar tidak mengerti! Sejak kapan Wood jadi inti tim Forest?" para fans yang merasa tidak puas mengeluh keras di tribun. Mungkin mereka mengira kalau Albertini yang membawa bola, tim pasti sudah menyerang ke area penalti lawan, dan mereka tak perlu terlibat dalam pergelutan teknis di lini tengah.     

Bahkan Kerslake bisa melihat bahwa Albertini memang sengaja memberi George Wood peluang untuk membawa bola. Dia menoleh untuk memandang ke arah Twain, dan Twain menatap balik dan mengangkat bahunya, menunjukkan bahwa ini bukan idenya.     

Faktanya, Twain tahu betul bahwa Albertini yang melakukan ini pasti ada hubungannya dengan permintaannya pada Albertini untuk mengajari Wood.     

Apa yang dipikirkan Albertini?     

Twain meletakkan dagu di tangannya dan memandang sosok Albertini yang sedang berlari.     

※※※     

Albertini percaya tak ada cara yang lebih baik untuk mengajari orang seperti Wood selain memojokkannya ke dalam situasi yang tak bisa dihindari. Dia mengoper bola ke Wood lagi dan lagi, memaksa Wood untuk memikirkan tentang bagaimana caranya mengoperkan bola itu ke depan, bukan hanya ke samping dan ke belakang.     

Saat Wood menerima bola lagi, dia melihat Fàbregas melesat maju, jadi dia bertindak sesuai dengan refleksnya yang terkondisikan dan mengoper bola ke belakang.     

Albertini melambai padanya dan berteriak, "Maju!"     

Wood bingung sejenak. Kemudian dengan patuh dia berlari ke depan dan melewati Fabregas, yang sudah bergegas ke arahnya. Di saat yang sama, Albertini mengoper bola ke depan kakinya. Sebuah umpan dua-lawan-satu!     

Para pemain Arsenal tidak mengira bahwa George Wood akan menggiring bola dan melakukan serangan. Bahkan Fabregas tidak bereaksi. Dia memutar tubuh ke samping dan memandang Wood, yang masih menggiring bola dengan canggung, dan lupa untuk bertahan.     

Tidak ada pemain yang memakai jersey kuning Arsenal dalam jarak lima meter dari Wood. Apa yang harus dia lakukan sekarang?     

Albertini berlari dari belakang, melambai pada Wood. "Disini!"     

Wood mendengarkan dan memberikan bola padanya. Albertini berteriak lagi, "Maju!"     

Wood terus bergerak maju, dan para pemain Arsenal bereaksi. Tim Forest berencana memanfaatkan koordinasi antara kedua pria di lini tengah ini untuk melakukan terobosan!     

Bagaimana mungkin kami akan membiarkan kalian lolos begitu saja?     

Cygan bergegas maju untuk memblokir rute lari Wood, dan Touré berada di sayap untuk melindungi Cygan kapan pun diperlukan. Pada saat ini, dua bek tengah Arsenal memfokuskan semua perhatian mereka pada George Wood, yang tiba-tiba saja melangkah maju, dan mengabaikan yang lain.     

Albertini membuat gerak tipuan dan tiba-tiba saja melepaskan tembakan langsung!     

Tiba-tiba, Viduka tak lagi berada dalam posisi offside; terlebih lagi, dia telah menerima bola. Dia akan melakukan tembakan itu sendiri!     

City Ground seolah meledak dengan suara sorakan yang memekakkan telinga. Ini adalah kesempatan yang luar biasa. Pikiran yang sama muncul di benak semua orang secara bersamaan: kalau kita memimpin dengan dua poin, kita pasti akan menang!     

Lehmann menyerang, dan Viduka menerima bola dan berbalik. Tak ada waktu baginya untuk menentukan posisi kiper, jadi dia hanya mengayunkan kakinya dan menembakkan bola.     

Naluri seorang striker membuatnya memilih sebuah sudut tembakan, berharap bisa memotong Lehmann. Tapi saat pria Jerman yang jangkung itu mendarat dari lompatannya, jari kakinya masih menyentuh bola, membuat bola itu memantul dan menyentuh tiang gawang lalu bergulir keluar melewati garis lapangan.     

"Bolanya tidak masuk! Itu adalah peluang terbaik bagi tim Forest di babak kedua sejauh ini; bahkan lebih baik daripada peluang Henry. Sayang sekali Viduka tidak berhasil." Taylor menggelengkan kepalanya dan menghela nafas, "Lehmann menyelamatkan tim dan menyelamatkan Wenger."     

Apa yang dikatakan Taylor memang benar. Saat dia melihat bahwa lawan langsung menyerang ke jantung timnya dari tengah, Wenger tidak bisa duduk diam. Dia tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju tepi lapangan. Penampilan tim masih belum membaik, dan pertahanan tim Forest yang ketat telah sepenuhnya menghambat taktik Arsenal.     

Dia melirik ke arah Twain, yang juga sedang berdiri di tepi lapangan. Laki-laki itu kelihatannya terfokus pada permainan dan tidak memperhatikannya.     

Wenger kembali ke area teknis, dan berkata pada asisten manajernya, Pat Rice, "Suruh Ljungberg dan Reyes melakukan pemanasan."     

Partner jangka panjangnya, Rice, bisa mendengar bahwa suara Le Professeur tak seringan biasanya.     

※※※     

Tembakan Viduka pada akhirnya hanya bisa menghasilkan tendangan sudut, tapi tembakan tadi berhasil mengejutkan Twain. Dia merasa jantungnya hampir melompat keluar dari mulutnya.     

Dia bergegas ke pinggir lapangan. Saat dia melihat bahwa bola tidak berhasil masuk ke gawang, dia menggaruk kepalanya dengan sedikit malu.     

Tapi dia tidak berkecil hati, karena barusan dia melihat adegan yang penuh harapan.     

Albertini menyuruh George Wood berlari ke depan, dan mengajarinya langkah demi langkah tentang cara mengoper bola dan memposisikan dirinya; Wood juga berhasil melakukannya dengan baik.     

Dia jarang menekankan serangan dari tengah. Tim Forest adalah tim yang mengutamakan serangan melalui sayap. Tapi, kalau Wood bisa berkembang dengan cepat, lini tengah juga bisa menjadi sebuah titik pemicu serangan yang penting.     

Viduka telah menyia-nyiakan umpan Albertini yang luar biasa. Hampir tidak mungkin lagi mendapatkan kesempatan lain seperti itu karena lawan sekaliber Arsenal sangat mahir dalam menyesuaikan diri.     

Tapi Albertini tidak menggerutu tentang Viduka. Sebaliknya, ia melangkah maju untuk menepuk pundak pria Australia itu dan mengacak-acak rambut pendeknya. Tanpa sepatah kata pun, dia berlari mengambil posisi untuk melakukan tendangan sudut. Albertini adalah pemain pertama tim Forest untuk melakukan tendangan bola mati.     

Saat tim menggunakan tendangan bola mati untuk menyerang, tugas Twain bagi Wood adalah berada di belakang untuk tetap bertahan. Hierro dan Upson keduanya berlari ke depan, dan Wood berbalik dan berlari kembali ke belakang. Berdiri di posisinya dan melihat ke arah area penalti yang ramai, dia masih terhanyut dengan apa yang barusan dilakukannya.     

Twain memintanya untuk mempelajari gaya bermain si pemain Italia itu dan bagaimana caranya mengontrol bola. Jadi dia memperhatikan Albertini dengan sangat cermat selama pertandingan. Dia ingat adegan barusan dimana Albertini membuatnya menyerang lawan, tapi tidak memberikan bola padanya. Sebaliknya, dia mengoper bola ke Viduka. Jujur saja, dia bahkan tidak mengantisipasi itu. Dia tidak melihat posisi Viduka saat dia menyerang tadi. Padahal, dia tadi menghadap ke arah depan dan Viduka; sementara punggung Albertini menghadap ke arahnya. Bagaimana dia bisa tahu kalau Viduka ada di dalam area penalti?     

Dan ada juga umpan panjang di babak pertama. Itu sangat akurat! Dia tidak pernah menendang operan yang panjangnya lebih dari lima belas meter, tapi umpan kapten tim itu diperkirakan sejauh lima puluh meter! Dia kelihatannya sudah tahu kalau di daerah itu tidak ada lawan, dan dia juga tahu lebih dulu kemana Ashley Young akan berlari, jadi dia bisa mengatur waktu untuk melepaskan umpannya dengan sempurna. Itu menakjubkan!     

Wood hampir tidak pernah mengagumi siapa pun, dan tidak akan mengatakan hal-hal baik tentang orang lain. Tapi, saat ini, ia dengan tulus mengagumi kapten tim dan mentornya yang tidak banyak berbicara dalam bahasa Inggris.     

Saat dia tersentak kembali dari lamunannya, tendangan sudut tim Forest dilakukan.     

Lehmann tidak terlalu mempercayai bek tengah timnya, Cygan. Dia berdiri di antara dua pria itu dan menghalau tendangan sudut Albertini. Fàbregas dengan indah menjatuhkan bola di luar area penalti. George Wood masih berada di lini tengah tim Forest. Sekarang tak ada yang bisa mengancamnya, dan dia akhirnya bisa mengontrol bola dengan nyaman.     

Henry mulai bergerak!     

Fabregas melihat titik ini dari sudut matanya, dia segera melepaskan umpan langsung dan mengirim bola secara akurat ke kaki kapten timnya.     

"Serangan balik Arsenal! Kecepatan mereka luar biasa!"     

Para pemain Forest berlari kembali ke posisi mereka seolah-olah hidup mereka tergantung pada hal itu, tapi bagi seorang pemain veteran seperti Hierro, pikirannya ingin melakukan itu, tapi tubuhnya tak berdaya.     

"Tembakan tunggal tim Forest telah meningkatkan semangat para pemain, dan hampir semua orang bergegas maju untuk mengantisipasi tendangan sudut; mungkin mereka mengira bahwa mereka hampir saja mencetak gol ... tapi sekarang, tekanan skala-besar tim Forest membuat para pemain Arsenal merasa mereka lebih dekat ke gawang!"     

"Saat ini, kecuali kiper, Darren Ward, satu-satunya pemain Forest di lini belakang adalah bek kiri, Leighton Baines, dan George Wood! Serangan balik Arsenal sangat cepat. Selain Henry, Pennant dan Pirès dengan cepat turut mengikuti, tiga lawan dua! Peluang yang bagus sekali untuk Arsenal ... jangan sampai terlewatkan!"     

Saat Taylor berteriak penuh semangat, Twain sama sekali tidak bersemangat. Dia mengutuk, "Sialan!"     

Dia tiba-tiba saja teringat salah satu gol yang dicetak Henry. Saat itu Arsenal melawan Tottenham Hotspur. Bola lemparan masuk Tottenham Hotspur disundul oleh salah satu pemain Arsenal; kemudian Henry menerima bola di lini tengah, dan memulai serangan jarak jauh. Menggunakan perubahan kecepatan dan ritme, ia terus bergerak melewati hadangan Matthew Etherington, Stephen Carr, Ledley King dan pemain Tottenham Hotspur lainnya, dan akhirnya menembakkan bola ke gawang Tottenham Hotspur, yang membantu Arsenal menang dengan skor 3: 0.     

Itu terjadi pada November 2002. Apa dia akan mengulang gol itu di City Ground pada 2004?     

Ribéry mengejar Henry dengan kecepatan penuh dan meluncur di belakang lawan untuk menyekop kakinya, dengan risiko mendapat kartu merah.     

Saat itu seolah-olah Henry memiliki mata di belakang kepalanya. Dia mempercepat bola ke depan, lalu melompat tepat waktu untuk menghindari sapuan kaki Ribéry, dan terus bergerak maju!     

Semua orang di tribun, baik fans Hutan ataupun fans Arsenal, berdiri di tempat duduk mereka.     

Apakah ini akan menjadi gol yang luar biasa untuk disoraki para fans Arsenal? Atau apakah fans Forest akan dipermalukan?     

"Henry berhasil melewati Ribéry! Sekarang, satu-satunya yang menghalangi jalannya adalah George Wood!"     

※※※     

George Wood melihat Henry, yang sedang menggiring bola ke arahnya, dan tidak menunjukkan kebingungan atau kepanikan. Tidak ada waktu baginya untuk melakukan hal seperti itu. Henry sedang melaju seperti angin.     

Apa aku harus melakukan pelanggaran? Atau haruskah aku ...     

Henry tidak memberikan waktu bagi Wood untuk membuat pilihan. Dia tiba-tiba saja melambat dan membiarkan Wood mengira bahwa dia akan melakukan tipuan untuk melewatinya. Wood tertipu, dan menurunkan pusat gravitasinya.     

Henry senang melihat ini. Dia adalah orang yang paling frustrasi dalam pertandingan ini. Lini tengah Arsenal sepenuhnya dikendalikan oleh permainan destruktif tim Forest, dan sama sekali tidak bisa mendukungnya secara efektif. Saat dia akhirnya bisa mendapatkan bola setelah melalui banyak kesulitan, dia dikelilingi oleh para pemain Forest dan sulit untuk menerobos. Sekarang semuanya akan baik-baik saja; selama dia bisa melewati anak ini di depannya, semuanya akan terbuka lebar di hadapannya!     

Wood baru saja menurunkan pusat gravitasinya saat dia melihat Henry tiba-tiba mendorong bola ke arah luar dan kemudian mempercepat larinya! Dia bermaksud melewatinya dari samping!     

"Dan dia berhasil melewatinya!"     

Dia telah menerobos!     

Reaksi Wood juga cepat. Sorakan para fans Arsenal baru saja mulai terdengar saat dia berbalik dan mengejar Henry.     

Dia tidak menyerah; dia tidak tahu bagaimana harus menyerah. Yang dia tahu hanyalah Twain telah mengatakan padanya untuk menjaga garis pertahanan tetap aman, untuk tidak membiarkan lawannya menerobos masuk tepat di depannya, dan dia harus melakukannya. Ini adalah pekerjaanku. Kalau aku tidak bisa melakukan ini, bagaimana aku bisa dibayar?     

Sambil memikirkan hal ini, Wood melaju ke arah Henry.     

"Oh, tidak! Dia belum melepaskan diri darinya! Jarak antara George Wood dan Henry tidak melebar!" seru Andy Gray. Bahkan dia tidak mengira kalau kecepatan George Wood akan setara dengan Henry, yang dikenal luas sebagai striker cepat.     

"Lewati dia!!" Para fans Arsenal mencondongkan tubuh ke depan dan berteriak di tribun.     

"Hentikan dia!" Para fans Forest meraung, melambaikan tangan mereka.     

Henry sedikit terkejut mendapati dirinya kembali terhambat. Dia tahu itu adalah pemain Nomer 13, yang tak diduganya ternyata begitu ulet. Dia memutuskan untuk mengganti kecepatan lagi dan berhenti dengan tiba-tiba. Dia mendorong bola sedikit ke arah kiri dengan bagian luar kaki kirinya; Wood luput dan menendangnya terlalu keras. Henry kembali berlari dan akan mengejar bola, berpikir bahwa kali ini dia pasti sudah melepaskan diri dari bayangan yang menyusahkan itu sekarang.     

Tidak!     

Setelah Wood sadar bahwa dia telah kehilangan targetnya, dia tiba-tiba berhenti, dan kemudian berbalik, melemparkan tubuhnya dan meluncur ke arah bola secepat yang bisa dilakukannya.     

Dia mungkin masih kurang pengalaman dalam hal teknik kalau dibandingkan dengan Henry, tapi dalam hal kebugaran fisik, dia takkan kalah dari siapa pun.     

Bola bergulir di depan Henry; selama dia bisa mendapatkan bolanya, dia akan menyelesaikannya dengan satu tembakan ....     

Tiba-tiba saja, ada kaki yang melintas di depan matanya, dan bolanya tersapu oleh kaki itu dan melayang keluar!     

Sial!     

Siapa itu?!     

Saat Henry melompat untuk menghindari kaki itu, ia melihat bahwa pria yang berbaring di tanah adalah si Nomer 13!     

Bagaimana — mungkin — ini — bisa — terjadi?! Dari mana dia datang? Aku tadi jelas sudah melepaskan diri darinya. Dia tidak mungkin muncul lagi!     

Henry yang sudah berpengalaman menatap George Wood dengan mata terbelalak, dan menyaksikannya bangkit dari tanah dan terhuyung-huyung untuk menendang bola di depannya keluar dari garis tepi lapangan, meskipun faktanya adalah tak ada pemain Arsenal lain selain dia. Seharusnya dia bisa mengambil bola dan memanfaatkan peluang itu untuk membalas Arsenal dengan melakukan serangan balik.     

"Benar-benar pahlawan! George Wood!!"     

Gray menggunakan nada yang disimpannya untuk sorakan setelah gol untuk meneriakkan nama Wood.     

Saat Henry pertama kali mulai mempercepat giringan bolanya, melewati Ribéry, dan menyerbu melintasi lingkaran tengah, siapa yang akan percaya sedikit pun bahwa Wood akan bisa menghentikan gerakan King of Arsenal?     

Saat Henry mengubah kecepatan antara cepat dan lambat untuk bisa melewatinya, siapa yang akan percaya bahwa anak ini masih bisa berbalik dan tetap membayanginya?     

Saat Henry berhenti tiba-tiba untuk membuat Wood luput dalam menendang bola, berapa banyak orang yang mengira bahwa Henry sudah berhasil?     

Bocah itu telah melakukannya. Meski tidak ada yang tahu bagaimana caranya, dia telah mengejutkan semua orang. Dia berhasil bertahan melawan penyerang kelas dunia dalam pertahanan satu-lawan-satu dengan penggiring bola yang cepat, Henry.     

Momen saat mereka melihatnya berbalik untuk mencegat bola dari posisi yang nyaris mustahil, memaksa Henry untuk melompat, bahkan lebih menarik daripada menonton gol dicetak!     

Para fans merasakan hal yang sama. Seruan "Wood! Wood!" di seluruh City Ground terdengar lebih keras daripada sorakan yang diberikan usai gol yang dicetak Eastwood.     

Albertini bergegas kembali dan memeluk Wood. Dia kemudian menepuk punggungnya dan berulang kali berteriak, "Bagus sekali! Bagus sekali!"     

Dia hampir menyerah saat dia masih berlari untuk kembali ke posisinya saat itu, dan banyak rekan satu timnya mungkin memiliki pemikiran yang sama. Tapi penampilan George Wood memacu semangat mereka, dan mereka mempercepat langkah mereka yang sudah melambat. Mereka mengertakkan gigi dan berlari kembali, sambil terengah-engah, ke posisi bertahan mereka.     

Dipuji oleh Albertini, George Wood tidak menunjukkan ekspresi bahagia di wajahnya, tapi hatinya sedikit bersemangat.     

Ini terasa luar biasa!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.