Mahakarya Sang Pemenang

Penyesuaian Bagian 2



Penyesuaian Bagian 2

0"Tim Forest bermain dengan indah." Taylor, di tribun penonton, memuji tim tuan rumah, yang berhasil mempertahankan keunggulan mereka di babak pertama. "Tentu saja, aku tidak mengacu pada gaya sepakbola mereka, atau keunggulan satu poin yang mereka miliki. Sebenarnya, lini pertahanan Arsenal telah bermasalah selama dua putaran terakhir, yang memungkinkan lawan mereka mencetak gol. Tapi, kontrol Forest atas ritme pertandingan menunjukkan ..."     

"... sebuah peluang untuk mengungguli Arsenal!" seru Gray, tanpa takut menyinggung para suporter Arsenal.     

Meskipun Tang En tidak bisa mendengar pujian yang diberikan untuknya oleh dua komentator itu, dia bisa melihat bahwa Forest mendapatkan keuntungan dari situasi yang ada di lapangan. Sorak-sorai gemilang dari tribun penonton untuk tim Forest tak pernah berhenti walaupun hanya sejenak. Bahkan asisten manajer David Kerslake, yang duduk di sebelahnya, tak bisa berhenti tersenyum saat dia menyaksikan pertandingan. Dia tidak mengharapkan hasil seperti ini, bisa memimpin dengan satu poin dan benar-benar membatasi lawan mereka.     

Tapi Tang En hanya mengerutkan kening dan tidak tampak gembira. Dari waktu ke waktu, lensa kamera akan menyorot ke wajahnya. Dengan ekspresi itu, dia yakin dia pasti bisa menyesatkan siapa saja yang baru menyalakan televisi mereka dan beranggapan bahwa tim Forest telah tertinggal.     

Dengan kemampuan Forest saat ini dalam menghadapi lawan seperti Arsenal, memimpin dengan satu poin tidak cukup untuk menghentikan kekhawatiran Tang En.     

1: 0. Menurut pendapat Tang En, itu adalah skor yang paling tidak stabil.     

Tidak lama kemudian, wasit utama meniup peluit tanda berakhirnya babak pertama di tengah-tengah sorak-sorai penggemar Forest. Para pemain Arsenal menundukkan kepala saat mereka dengan cepat menuju ke koridor pemain. Mereka bukan tidak senang dengan skor ini. Sebaliknya, mereka kesal karena mereka tetap tertinggal di sepanjang babak pertama; mereka juga kesal karena mereka telah dipukuli hingga tak berdaya oleh tim yang baru dipromosikan dan sama sekali tidak bisa melakukan serangan yang efektif. Meskipun mereka memimpin liga dalam hal kemampuan teknis mereka, kombinasi pelanggaran yang kasar, tekanan yang kuat dengan mengabaikan stamina, banyak trik kecil, dan sedikit bias dari wasit telah menyudutkan mereka.     

Kembali ke ruang ganti, para pemain Arsenal terengah-engah. Mereka bahkan terlihat lebih lelah daripada para pemain Forest, yang telah berlari tanpa henti sepanjang seluruh babak pertama.     

Tentu saja, Wenger tidak menganggap ini sebagai pertanda adanya masalah fisik. Dia berdiri di ruang ganti dan mengamati para pemainnya. Tak peduli apapun yang terjadi, para pemain tidak boleh kehilangan semangat mereka.     

Orang Prancis itu mulai berbicara. "Kupikir pertandingan yang paling penting adalah putaran liga sebelumnya."     

Dia berbicara dengan nada datar yang tidak terburu-buru dengan volume normal. Seolah-olah dia sedang berbicara tentang sesuatu hal yang tidak ada hubungannya dengan dirinya sendiri.     

"Apa kalian masih ingat betapa menyakitkannya kita dihantam oleh Middlesbrough di stadion kita sendiri? Dalam tiga menit, kita kehilangan dua gol langsung dan membiarkan lawan kita mengungguli kita dengan skor 1: 3. Pada saat itu, semua orang mengira kita telah kalah; bahwa tekanan untuk mencoba menyamakan kedudukan dengan rekor tak terkalahkan itu terlalu besar bagi kita. Tapi bagaimana skor akhirnya? 5: 3."     

Wenger mengulurkan tangannya, menunjukkan lima di sebelah kiri dan tiga di sebelah kanan.     

"Setelah pertandingan itu, kupikir kalian sudah menemukan cara untuk mengatasi masalah rekor ini. Kita mungkin melawan Forest, tapi manajer mereka, Tony Twain, mengatakan sesuatu yang sangat benar: 'Rekor dibuat untuk dipecahkan.' Gunakan hatimu dalam pertandingan, dan jangan memikirkan apa pun yang datang setelahnya."     

Pada saat itu, Wenger memandang Fàbregas. Bocah Spanyol itu masih berusaha mengatur napas, kepalanya menunduk. Sepertinya dia benar-benar dipersulit oleh George Wood di babak pertama.     

Wenger bertanya, "Cesc, apa pendapatmu tentang pemain Nomer 13?"     

Menanggapi pertanyaan manajer, Fabregas mendongak, napasnya tiba-tiba menjadi stabil. Dia menggelengkan kepalanya. "Tidak ada masalah. Aku bisa mengatasinya."     

Wenger tersenyum dan tidak melakukan apapun yang bisa merusak harga diri pemuda itu. Tapi itu tidak sama dengan apa yang bisa dilihatnya; Fabregas tidak tampil baik di hadapan George Wood. Secara fisik Wood memang melampaui fisik Fabregas. Mungkin kalau dia memainkan Patrick Vieira, situasinya akan berbeda. Pengalaman, teknik, dan kebugarannya akan memungkinkan mereka untuk mendapatkan kembali kendali di lini tengah. Sayangnya, Vieira mendapat cedera sebelum awal musim.     

"Bagus. Di babak kedua, pastikan kau mempersingkat waktu penguasaan bolamu."     

Fàbregas mengangguk. Ini adalah yang pertama bagi Fabregas untuk mengalami kegagalan dua kali berturut-turut melawan pemain tanpa nama seperti George Wood.     

Wenger tahu apa yang sedang dipikirkan Fàbregas, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Sebaliknya, ia menoleh ke Kapten mereka, Henry, untuk membahas keberhasilan dan kegagalan mereka di babak pertama. Dengan yang satu menonton dari kursi manajer, dan yang lainnya mengalaminya secara langsung di lapangan, keduanya harus bekerjasama untuk mendiskusikan pikiran mereka.     

※※※     

Di sisi lain, suasana di ruang ganti Forest tidak semeriah yang diharapkan. Alis Tang En, yang masih bertaut erat, segera disadari oleh para pemain yang masuk ke ruang ganti. Ekspresinya membuat mereka merasa tidak yakin apakah mereka telah melakukan sesuatu yang buruk, dan mereka semua akhirnya bisa tenang.     

Untungnya, Tang En dengan cepat menjawab pertanyaan mereka yang tak terucapkan itu. "Apa kalian tahu kenapa aku masih mengerutkan dahi? Kalian melakukannya dengan sangat baik, dan aku harus memuji kalian. Tapi kuharap kalian juga menyadari bahwa pertandingan ini masih memiliki 45 menit lagi. Keunggulan satu poin tidak menjadi jaminan, dan setelah gol di babak pertama itu, kita menghabiskan terlalu banyak upaya untuk bertahan. Di babak berikutnya, kita harus membuat beberapa perubahan..."     

Dia menunjuk ke papan taktis, yang sudah diisi dengan formasi kedua tim.     

"Ribéry dan Ashley Young. Saat kita menguasai bola, aku ingin kalian berdua memotong ke dalam dan memungkinkan Baines dan Chimbonda untuk maju ke sayap dan menarik bek belakang Arsenal. Kalau kalian mendapat kesempatan, cobalah untuk masuk dari sisi area penalti."     

Tang En menggambar sebuah panah saat dia menjelaskan, "Deme, misimu adalah mengirim bola ke area yang sama di garis pertahanan mereka. Kalau lawan mulai memperhatikan posisimu, kirim bola langsung ke jalur tengah."     

Albertini mengangguk menandakan dia paham saat dia melihat panah dan garis yang saling menyilang di papan taktis. Dia merasa kondisinya sedang bagus; seharusnya tak jadi masalah baginya untuk mengirim bola seperti itu.     

Tang En kemudian menatap Wood dan berkata, "George. Saat kita menyerang, prioritas utamamu adalah melindungi Deme. Kau tahu apa yang harus dilakukan, kan?"     

Wood mengangguk.     

"Luar biasa. Semua orang sudah tahu apa target mereka. Jangan malas! Lawan kita bukan dari tim Liga Satu. Kuharap kita semua bisa merayakan kemenangan bersama usai pertandingan berakhir!"     

Tang En bertepuk tangan dan mengangkat tinjunya.     

"Biarkan mereka yang memandang rendah kita pergi ke neraka!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.