Mahakarya Sang Pemenang

Inilah Timku Bagian 2



Inilah Timku Bagian 2

0Setelah mengatakan itu pada Wood, Tang En berbalik untuk menghadapi para pemain lain di ruang ganti. Dia merentangkan tangannya dan berkata, "Semuanya, ingatlah ini. Ini adalah pertandingan Liga Utama di kandang kita sendiri. Ini pertandingan yang harus kita menangkan kalau kalian tidak ingin kita ditendang kembali ke EFL di akhir musim ini. Jadi, kita tidak bisa membiarkan orang-orang London itu melakukan apapun yang mereka inginkan. Kuharap kalian mengerti. Terlepas dari bagaimana kita melihat pertandingan ini, Arsenal berniat untuk memasukkan pertandingan ini ke dalam rencananya, dan merayakan lahirnya sejarah rekor baru. Bukan gayaku untuk membiarkan lawanku merayakan kesuksesan mereka di stadion kandang kita sendiri."     

Tang En mengangkat bahu dan melanjutkan. "Aku sudah memberitahu kalian tentang taktik yang akan kita gunakan di pertandingan hari ini. Aku yakin semua orang sudah tahu apa yang harus kalian dilakukan."     

Semua orang mengangguk untuk menunjukkan bahwa mereka sudah memahami tugas mereka. Tang En menempatkan kedua telapak tangannya ke atas meja dengan papan taktis dan menatap tajam para pemainnya. Beberapa diantara mereka lebih tua darinya, tapi dia tak pernah meragukan kemampuannya sendiri dalam memimpin tim ini. Bahkan meski "Tony Twain yang asli" bisa ditemukan, Tang En tidak cemas 'dia' akan bisa mencuri tempat ini darinya.     

Ini adalah tim yang sepenuhnya miliknya. Dia ingin memberikan kepada tim ini semua aspirasinya, pemahamannya tentang sepak bola, kegigihannya menuju kemenangan, kebenciannya akan kegagalan, dan keserakahannya untuk menjadi juara. Dia ingin menanamkan semua ini ke dalam tim. Dia akan menanamkan ciri khasnya ke dalam tim Nottingham Forest ini, seperti si pria tua Clough. Setiap kali nama Red Forest yang pernah menyapu dunia sepakbola di seluruh Eropa dan Inggris disebutkan, nama Clough juga akan terdengar.     

Dalam waktu beberapa tahun, ia berharap orang-orang akan berbicara tentang Tony Twain dan tim Nottingham Forest-nya.     

"Guys, kalian harus ingat: Nottingham Forest tidak takut pada lawan. Entah itu Liverpool, yang menjadi juara UEFA selama tiga tahun dalam lima tahun, atau Arsenal, yang memiliki rekor 42 kemenangan beruntun tanpa-kekalahan... Kalahkan mereka!"     

※※※     

Fabregas berdiri bersama tim tamu di ruang tunggu. Tepat di sampingnya adalah tim tuan rumah, Nottingham Forest. Tak bisa diketahui apakah bocah Spanyol ini, yang berada di Inggris selama kurang dari satu tahun, telah menghafal nama 20 tim di Liga Utama. Bagaimanapun juga, nama "Nottingham Forest" akan menjadi nama yang paling tak terlupakan yang pernah ia dengar di sepanjang karir sepakbolanya.     

Saat dia masih menjadi inti utama di tim pemuda Arsenal, Nottingham Forest adalah tim yang menyeretnya, dari ketinggian di atas awan, dan langsung menjatuhkannya ke atas lumpur, mengajarinya bahwa sepak bola Inggris tidak semudah seperti yang dia bayangkan. Dia akan selalu mengingat pertandingan yang telah dimainkannya di lumpur dan hujan lebat dalam FA Youth Cup itu seumur hidupnya.     

Dan ada satu orang lagi yang tak bisa dia lupakan.     

Meskipun starting lineup tim Forest juga memasukkan sesama pemain Spanyol, Hierro, Fabregas nyaris tidak melihatnya dan tampak tak tertarik untuk menyapa seniornya itu. Malah, saat dia berdiri di antara anggota timnya, dia hanya menatap ke depan dengan mata terfokus pada satu pemain Forest.     

Pemain itu mengenakan jersey merah tim Forest dengan tulisan "13, G.Wood" di punggungnya. Setelah kegagalannya saat itu, Fabregas berharap dalam hati bahwa suatu hari nanti dia bisa kembali mengadu kemampuan antara dirinya melawan Wood. Dia tidak menyangka hari itu akan datang begitu cepat. Sekarang bahkan belum setahun, dan mereka akan bertemu di lapangan untuk yang kedua kalinya. Perbedaan antara sekarang dan dulu adalah bahwa ini bukanlah kompetisi tingkat rendah seperti FA Youth Cup. Saat ini, mereka mewakili tingkat kompetisi tertinggi di Inggris: Liga Utama Inggris!     

Fabregas tidak kaget melihat "rival lamanya" termasuk ke dalam starting lineup tim Forest. Setelah pertandingan terakhir itu, dia bisa mengatakan bahwa pria pendiam itu bukanlah pemain yang biasa-biasa saja. Di dalam tim yang lemah, selalu lebih mudah bagi anak muda untuk menjadi pusat perhatian. Bukankah Piqué sudah pernah mengatakan itu padanya? Dia memilih Forest hanya karena ada peluang yang lebih tinggi baginya untuk dimainkan dan mendapatkan lebih banyak latihan. Kalau tidak, kenapa dia tidak pergi ke Manchester United atau Arsenal saja?     

Tapi Gerard Piqué ada di daftar pemain cadangan sementara anak itu termasuk kekuatan utama... George Wood, seberapa besar kekuatanmu sekarang?     

Fabregas menatap Wood sambil melamun saat seseorang memanggil namanya dalam bahasa Spanyol. Terhenyak kaget, dia menyadari kalau yang memanggilnya adalah Hierro dari tim Forest, yang sedang tersenyum dan menyapanya. Pasti sudah takdir untuk bisa bertemu pemain Spanyol lain di sini, belum lagi fakta bahwa mereka pernah menjadi saingan satu sama lain di liga domestik.     

"Apa yang kau lihat, Cesc?" Fàbregas tidak punya waktu untuk berpaling sebelum Hierro akhirnya berhasil mengikuti pandangannya, menemukan rekan setimnya George Wood di ujung pandangan itu. Hierro tersenyum setelah menyadarinya. Saat jadwal pertandingan liga diumumkan dan pertandingan ketiga mereka adalah melawan Arsenal, Wes Morgan tidak membuang-buang waktu untuk menceritakan kepada para pemain baru bagaimana George Wood pernah membekukan Fabregas seorang diri. Setelah mendengar cerita itu, Hierro bisa sedikit banyak memahami dendam diantara kedua pemuda itu.     

Meskipun adanya persaingan antara Real Madrid dan Barcelona di Spanyol, mereka berdua masih tetap orang Spanyol, jadi Hierro masih sedikit tahu tentang pemain tim pemuda Barcelona, ​​seperti Fabregas. Menurut rumor, Fabregas pernah dianggap sebagai penerus Pep Guardiola dan Xavi. Bahkan tanpa melihat permainan Fàbregas, Hierro cukup tahu tentang Pep Guardiola untuk bisa memahami seberapa bagus permainan Fàbregas. Kalau George Wood berhasil membekukan pemain seperti itu, maka dia bisa disebut sebagai penerus siapa?     

Untuk menyelamatkan Fàbregas dari rasa malu, Hierro berpikir cepat dan mengubah topik pembicaraan. "Apa kau mencari Piqué? Dia tidak ada di starting line-up."     

Fàbregas mengangguk. "Sayang sekali, aku juga menyadari itu."     

Sekarang setelah mereka tak lagi bermain untuk tim lama mereka, tidak ada gertakan dan agresi di udara, bahkan sebagai lawan. Hierro bercanda, "Lihatlah kita. Kau dari Barcelona dan aku dari Madrid, tapi bahkan saat kita masih berada di Spanyol, kita tidak pernah saling bertarung satu sama lain. Sekarang, kita datang kesini, kita saling berhadapan..."     

Saat menyebut nama kedua tim lama mereka, Fabregas mulai tertawa. "Tapi aku sudah mengejekmu, Hierro ... dari tribun penonton.""Perang Abad Ini" dimana Hierro dulu menjadi bagian darinya tidak pernah kekurangan lontaran kata-kata kasar dan panas. Di lapangan, pemain Spanyol dari Barcelona ini, dengan jersey putihnya, sama sekali tak kenal ampun dan menjatuhkan siapapun yang berusaha menembus pertahanan besinya. Untuk itu, dia mungkin menerima cemoohan dan ejekan yang paling banyak. Tapi itu semua terjadi beberapa tahun yang lalu.     

Hierro juga tertawa. "Kebetulan sekali. Piqué juga pernah mengatakan itu padaku sebelum ini ..."     

Mereka berdua berdiri di koridor pemain dan saling mengobrol ringan tanpa ada ketegangan apapun untuk pertandingan yang akan segera dimulai. Di sisi lain, George Wood mempertahankan punggungnya tetap tegak dan menatap lurus ke depan ke arah pintu masuk stadion dan kelihatan tak tertarik pada percakapan yang terjadi di sekelilingnya.     

Hierro adalah seorang pemain veteran yang telah merasakan pertandingan penting yang tak terhitung jumlahnya; dia tahu bagaimana mengatur kecepatan dirinya secara mental dan fisik. Sementara itu, bagi George Wood, selama Tony Twain memerintahkannya, ia akan melaksanakannya dengan setia.     

Dan Twain mengatakan, "Arsenal adalah musuh kita! Kita harus mengalahkan mereka!"     

Wood memutuskan untuk melihat orang-orang di sekitarnya sebagai musuh-musuhnya dan menolak untuk melakukan kontak dengan mereka; benaknya dipenuhi pikiran untuk mengalahkan mereka. Meskipun ini mungkin membuatnya terlihat seperti orang yang hanya memiliki satu jalur pikiran saja, inilah hal yang disukai oleh Tang En darinya.     

Tiga wasit di depan kedua tim melihat ke belakang dan memberi sinyal kalau mereka akan segera memasuki lapangan. Segera saja, Hierro mengangguk kecil ke arah Fàbregas dan percakapan mereka berakhir. Senyum di wajah mereka lenyap dalam sekejap, dan dengan cepat, suasana ketegangan sebelum pertandingan penting kembali terasa di koridor pemain.     

Tak ada lagi obrolan atau bisikan apa pun.     

Siaran di stadion memperdengarkan suara nyaring. "Mari kita sambut tim yang akan bertanding, Arsenal dan Forest!"     

"Baiklah, saatnya bagi kita!"     

"Waktunya untuk pergi!"     

Para kapten dari kedua tim berteriak saat mereka memimpin tim mereka keluar.     

Gelombang sorakan dari tribun penonton menyambut mereka, menyelimuti wajah-wajah bangga mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.