Mahakarya Sang Pemenang

Masa Depan Para Pemain Muda Bagian 2



Masa Depan Para Pemain Muda Bagian 2

0Kalimat terakhir itulah yang menjadi faktor penentunya. Pique mengangguk kecil dan berkata, "Tuan Canales, kau benar. Tapi saat ini, pihak Manchester United ... Tuan Ferguson punya harapan yang sangat tinggi padaku."     

Canales menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kau tidak perlu khawatir tentang itu. Biar aku saja yang disalahkan. Kita hanya perlu bertanya padanya apa Manchester United bersedia memberimu posisi di tim utama musim depan. Dan kita sudah tahu apa jawaban pertanyaan itu. Kalau begitu, kenapa kau harus bergabung dengan klubnya, sementara Nottingham Forest bersedia memberimu posisi di tim utama mereka? Apa Manchester United memberi kita janji atau jaminan? Apa mereka sudah membayar kita uang muka? Mereka tidak memberi kita apa-apa. Ingat Gerard, masa depanmu adalah hal yang paling penting untuk kita pertimbangkan. Kau tentunya tak ingin melihat dirimu sendiri tetap tak terdengar setelah meninggalkan Barcelona, ​​kan?     

Pique menggelengkan kepalanya.     

"Kalau begitu, lakukan seperti yang kukatakan: tunggu. Jangan beri dia jawaban sekarang. Katakan saja pada manajer itu kalau kau harus membicarakannya dengan orang tuamu, dan bahwa kau akan memberinya jawaban setelah satu hari. Jangan terlihat terlalu cemas, aku ingin memberimu kontrak terbaik yang bisa kau dapatkan."     

Keduanya akhirnya selesai berdiskusi. Pique memberi tahu Tang En, "Tuan Twain, janji-janji yang Anda tawarkan sangat bagus. Tapi, saya harus membicarakannya dulu dengan orang tua saya. Saya akan memberi Anda jawaban besok."     

"Baiklah, aku akan menunggu teleponmu di Barcelona." Tang En bangkit berdiri dan menjabat tangan Pique, menunjukkan kalau dia tak keberatan untuk menunggu. Setelah itu, saat Canales dan Tang En berjabat tangan, Tang En mengedipkan mata; kedua belah pihak memiliki pemahaman yang sama tentang situasi ini.     

※※※     

Selama sisa hari itu, Tang En dan Dunn berada di kompleks latihan pemuda Barcelona, ​​La Masia, menonton tim pemuda Barcelona sedang berlatih. Dia menemukan beberapa pemain yang familiar di sana. Ada Giovani dos Santos, yang mirip Ronaldinho dalam hal gaya rambut, warna kulit, dan skill. Sebagai akibatnya, ia dijuluki "Ronaldinho Meksiko muda." Francisco Merida, gelandang tim pemuda nasional Spanyol dan tim pemuda Barcelona, ​​juga ada di sana. Lalu ada Bojan Krkic, "anak ajaib" yang menjadi harapan tinggi Barcelona ... dan kemudian Messi yang terkenal itu. Dia sudah dipindah ke tim utama oleh Rijkaard, dan akan memulai latihannya dengan pemain bintang papan atas seperti Ronaldinho, Puyol, Giuly dan Xavi, begitu musim panas dimulai. Karena itu, ia takkan muncul di La Masia setelah musim panas ini.     

Melihat para pemain yang luar biasa itu, Tang En benar-benar memiliki dorongan untuk membeli mereka semua sekaligus. Tapi dia tahu itu tidak mungkin, dan hanya ada kemungkinan yang sedikit lebih besar untuk bisa mendekati Merida ... Tapi kelihatannya gaya bermainnya takkan cocok dengan sepakbola Liga Utama Inggris. Kalau ingatan Tang En benar, Merida akan berseteru dengan eselon atas klub saat dia berusia lima belas tahun, dan dia akan menolak menandatangani kontrak dengan Barcelona. Setelah itu, ia meninggalkan Barcelona dan pergi ke Liverpool untuk uji coba. Tapi, Tang En tidak tahu detail mendalam tentang situasinya, dia hanya sempat mendengar kalau Merida tidak bergabung dengan Liverpool. Setahun kemudian, Merida akan bergabung dengan tim pemuda Arsenal.     

Di satu sisi, tim utama menghabiskan banyak uang untuk membeli pemain bintang sepak bola terkenal; di sisi lain, ada peningkatan talenta yang dipupuk di tim-tim pemuda. Kontradiksi ini takkan pernah bisa didamaikan. Manajer tim utama memiliki kecenderungan untuk tidak mempercayai pemain muda, karena tekanan yang diberikan pada manajer ini jauh lebih besar daripada tekanan pada manajer tim pemuda. Saat Tang En memainkan Football Manager, dia mengalami dilema yang sama.     

Sebagai seorang player di game itu, Tang En menyukai pemuda ajaib yang memiliki banyak potensi. Tapi, setiap kali dia menemukan bintang sepak bola terkenal di bursa transfer, dia takkan bisa menahan keinginan untuk tidak membelinya.     

Ada juga klub besar lain dengan masalah yang sama seperti yang dihadapi Barcelona: Real Madrid.     

Sebagai klub sepak bola dengan gelar juara La Liga terbanyak yang melekat di nama mereka, Real Madrid juga memiliki tradisi yang bagus dalam memberikan penekanan untuk pelatihan pemain muda. "Vulture's Cohort" Real Madrid selama tahun 1980-an adalah contoh paling klasik dari penekanan mereka terhadap pelatihan pemuda. Akan tetapi, memasuki abad ke-21, seiring dengan penerapan kebijakan "satu bintang sepak bola setiap tahun" oleh Florentino, jumlah pemain yang dipindahkan ke tim utama dari tim pemuda Real Madrid secara bertahap mulai menurun. Kebijakan "Zidane + Pavon", yang dirusak oleh antusiasme berlebihan, hanyalah sebuah lelucon. Meskipun tim pemuda Real Madrid selalu mendapatkan hasil yang baik di La Liga 2 setiap tahunnya, terlepas dari kenyataan bahwa media dan fans akan selalu bisa menemukan anak ajaib atau rookies setiap tahunnya, pada akhirnya, hampir tidak ada pemain dari tim pemuda yang berhasil masuk ke tim utama Real Madrid. Portillo, misalnya, adalah penyerang yang disebut-sebut akan menjadi penerus Raul, tapi bakatnya menurun saat dia seringkali dipinjamkan ke tim lain. Mejia pernah menjadi kapten tim Real Madrid B, dan merupakan seorang pemain bek tengah inti di dalam tim. Tapi, setelah dia dipindahkan ke tim utama Real Madrid, ia menjadi pemain yang mudah cemas. Ada orang lain yang berada dalam situasi yang sama sepertinya, dan orang itu adalah Raul Bravo. Raul pernah dianggap sebagai pengganti Roberto Carlos, dan bahkan telah terpilih untuk menjadi bagian dari tim nasional Spanyol. Tapi, ia hanya dicadangkan saat berada di tim utama Real Madrid. Selain itu, setelah Portillo, Soldado muncul entah dari mana; dan meskipun dia memecahkan rekor yang dibuat Raul di tim pemuda Real Madrid, tak ada tempat baginya di tim utama Real Madrid.     

Selain semua nama yang disebutkan diatas, masih ada banyak "calon bintang masa depan" lain dari Real Madrid yang telah sepenuhnya terlupakan. Di mana mereka, dan apa yang mereka lakukan sekarang?     

Ironi terbesarnya adalah meskipun Real Madrid memiliki kompleks latihan termegah di seluruh Spanyol, talenta-talenta yang dipupuk di kompleks latihan pemuda semuanya berakhir dengan bermain untuk klub sepak bola Spanyol selain Real Madrid.     

Saat ini, Tang En tidak perlu mencemaskan tentang pemain Nottingham Forest berusia muda yang tak bisa bermain di dalam pertandingan. Satu-satunya hal yang dia khawatirkan adalah tak bisa menemukan pemain untuk bermain dalam pertandingan.     

Tim-tim kecil selalu memiliki kekhawatiran tentang kemampuan pemain cadangan mereka, sementara tim-tim besar justru sebaliknya, mereka selalu berada dalam dilema tentang siapa yang harus mereka turunkan ke lapangan.     

Keesokan harinya, Pique bertemu dengan Tang En lagi. Kali ini, jawaban yang mereka berikan sudah diantisipasi oleh Tang En: Pique setuju bergabung dengan Nottingham Forest dan menolak Manchester United. Dia berharap Manajer Tony Twain memenuhi janjinya untuk memberinya waktu bermain yang cukup di lapangan.     

Tang En tersenyum dan berkata, "Tentu saja, Gerard. Aku tidak melakukan perjalanan jauh-jauh dari Inggris ke Barcelona hanya untuk mencari pemain berbakat yang akan bergabung dengan tim pemuda. Sebentar lagi kau akan sadar bahwa keputusanmu untuk bergabung dengan Nottingham Forest ini sangat bijaksana."     

Setelah itu, Tang En mewakili Nottingham Forest dan menandatangani kontrak profesional selama empat tahun dengan Gerard Pique Bernabeu di restoran. Sejak saat itu dan seterusnya, Pique, pemain Barcelona murni yang lahir di Catalonia, menjadi pemain Nottingham Forest.     

Dan Nottingham Forest hanya perlu membayar dua ratus dua puluh ribu pounds. Bagi Barcelona, ​​jumlah uang itu hampir tak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan jumlah yang telah dihabiskan klub untuk memupuk seorang pemain seperti Pique. Tapi, mereka tak punya pilihan selain menonton tanpa daya saat pelatih asal Inggris itu membawanya pergi, merebut calon pemain lini belakang inti tim.     

Tentu saja, orang-orang Barcelona punya alasan untuk merasa marah tentang hal ini. Bagaimanapun juga, mereka telah membina Pique selama ini, dan kakek Pique adalah wakil ketua Barcelona FC di masa lalu. Hubungan tambahan itu akan membuat masyarakat Barcelona melihat kepergian Pique sebagai bentuk pengkhianatan. Tapi, orang yang paling marah bukanlah orang Barcelona, melainkan orang Skotlandia.     

Pique menandatangani kontrak atas namanya, mengakhiri kekhawatirannya tentang masa depan, yang telah mengganggunya selama setengah tahun. Dia menunjukkan senyum santai pada Tang En dan berkata, "Haruskah saya belajar dari para pemain Inggris itu dan memanggilmu Bos? Pak?"     

"Hmm, itu tidak perlu ... Selamat datang di keluarga besar Nottingham Forest. Kau akan punya banyak kebebasan di sana, termasuk bagaimana kau bisa memilih panggilan untukku. Ada beberapa cara yang bisa kau pilih untuk memanggilku: A. Bos; B. Pak; C. Chief; D. Manajer. Mana yang kau suka?" Tang En berkata pada Pique, menirukan suara robot.     

Pique tersenyum dan menjawab, "C"     

"Bagus sekali, Nak! Kau akan menyukai tim ini, aku jamin itu!" kata Tang En, sambil tertawa keras dan menepuk bahu Pique. Dia adalah orang yang akan menjadi pilar masa depan tim!     

※※※     

Saat Pique dan Tang En menandatangani kontrak di restoran, manajer Manchester United, Sir Alex Ferguson, yang sedang melakukan persiapan untuk musim depan di Manchester, menerima telepon dari Barcelona.     

"Bos, berita buruk. Pique tak lagi jadi milik kita."     

"Apa?" Ferguson mengira dia salah dengar. Setengah bulan yang lalu, asistennya memberi tahunya bahwa Pique sangat ingin menandatangani kontrak dengan Manchester United. Manajer Skotlandia itu merasa sangat puas karena dia bisa mengalahkan Arsenal dalam hal persaingan untuk memperoleh bakat muda. Dia sama sekali tak menduga bahwa setelah dua minggu ... "Apa dia orang Prancis?" Orang pertama yang dipikirkan Ferguson adalah Wenger. Karena mereka berdua adalah musuh bebuyutan, tentu saja Wenger adalah orang pertama yang muncul di pikirannya kapanpun rencananya mengalami kegagalan.     

"Tidak, bos. Bukan Arsenal. Mereka sudah menyerah. Ini orang Inggris yang lain ... Tony Twain."     

Ferguson sempat bingung selama sesaat. Nama itu kedengarannya familiar, tapi dia tidak bisa mengingat siapa itu. Dia bertanya, "Siapa itu?"     

"Manajer Nottingham Forest, bos. Mereka baru saja dipromosikan ke Liga Utama musim ini."     

Setelah mendengar nama itu, Ferguson mengingatnya dengan jelas. Pemuda itulah yang membuat Mark Lawrenson mempermalukan dirinya sendiri dan mencukur kumisnya di sebuah program televisi!     

"Alasan apa yang dia berikan? Aku ingin tahu apa yang dilakukan tim yang baru dipromosikan itu untuk merebut pemain kita!" Wajah Ferguson mulai memerah. Itu biasanya menandakan awal munculnya ledakan kemarahan.     

"Dia tidak membeberkan detil yang spesifik. Dia hanya mengatakan meski Manchester United bisa menjanjikan masa depan, Nottingham Forest mampu menjanjikannya masa kini."     

Kata-kata itu bagai menghantam tumit Achilles Manchester United, membuat kemarahan Ferguson tertahan di tenggorokannya, tak bisa dikeluarkan. Manchester United tidak bisa membantah alasan yang digunakan untuk merebut pemainnya itu. Ferguson tiba-tiba saja merasa sangat tertarik pada "manajer termuda Liga Utama Inggris," yang mana ia tak tahu banyak tentangnya sebelum ini.     

Siapa dia? Kemampuan apa yang dia miliki?     

Dan yang paling penting ... Apakah dia bisa menimbulkan ancaman bagi Manchester United?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.