Mahakarya Sang Pemenang

Babysitter Gratis Bagian 1



Babysitter Gratis Bagian 1

0Shania, yang pernah tinggal bersamanya selama lebih dari sepuluh hari, yang pernah ikut dengannya ke Spanyol dari Inggris, yang diam-diam dia pertimbangkan untuk diadopsi, saat ini berdiri di depannya dan tersenyum dengan kedua tangan di belakang punggungnya. Dia sangat senang karena bisa mengejutkan Tang En.     

Seolah-olah semua ingatan Tang En tentang musim panas lalu ditiup keluar dari matanya; dia hampir tak berani mempercayai apa yang dilihatnya.     

"Apa yang terjadi? Apa kita kembali ke masa lalu?" Dia mengerutkan alis dan bergumam, sebelum kemudian menganggukkan kepalanya. "Ah benar, aku tahu ... Tentu saja aku tahu bagaimana caranya pergi ke Branford Garden Street nomer 13. Apa kau mencari bibimu?"     

Shania terkikik dan berkata, "Tidak, aku mencari Paman Tony. Apa dia tidak ada di dalam?"     

Tang En memutar matanya, sebelum membuka pintu dengan kecepatan kilat, bergegas masuk ke dalam rumah, dan menutup pintu di belakangnya. Setelah itu, dia segera membuka pintu lagi dan mengeluarkan kepalanya untuk mengintip. Saat itu Tang En melihat ke arah Shania dan berkata kepadanya, "Aku dengar seorang gadis muda mencariku? Ah! Lihat siapa yang datang!" Dia membuka pintu lebar-lebar dan berjalan keluar rumah dengan tangan terbentang lebar. "Shania! Kenapa kau datang kemari?"     

Bahasa tubuh dan ekspresi Tang En yang berlebih-lebihan membuatnya tampak seperti sedang berakting dalam sebuah pertunjukan. Pemandangan itu membuat Shania terkikik tak terkendali.     

"Kau tidak lari lagi dari rumah, kan? Kau anak nakal..."     

Shania cemberut. "Aku tidak lari dari rumah. Mereka setuju dengan kunjunganku ke Inggris kali ini. Dan aku tidak datang ke sini hanya untuk liburan. Aku mungkin akan tinggal di Inggris untuk waktu yang lama kali ini."     

"Hm?" Tang En merasa agak bingung, dan menunggu penjelasan dari Shania.     

"Karena mereka berdua sangat sibuk dengan pekerjaan mereka, mereka merasa kalau mereka tak punya waktu dan energi untuk merawatku. Jadi, mereka memutuskan untuk mengirimku ke rumah bibiku di Inggris, dan aku juga akan bersekolah di sini ..."     

"Kau berencana untuk berhenti menjadi model?"     

"Aku masih melanjutkannya. Ada model di Inggris dan Brasil ... Itu sama saja di mana-mana." Shania mengangkat bahunya. Saat mereka berbicara tentang model, level keriangannya turun drastis. Dengan cepat Shania mengubah topik pembicaraan. "Aku lebih dulu pergi ke rumah bibiku di Newcastle, sebelum datang kemari. Karena raportku bagus, aku bisa menghabiskan seluruh musim panas sesuai rencanaku! Kali ini, aku akan tinggal gratis di tempatmu, lalu kita bisa pergi ke Spanyol untuk bermain dan berlibur. Tapi aku tidak mau pergi ke beberapa lapangan sepakbola kali ini..."     

Saat dia menyebutkan tentang pergi bermain, level keriangannya naik lagi.     

Tapi, Tang En jadi agak cemas setelah mendengar tentang itu. Dengan Shania di sisinya, rencananya untuk mencari one-night-stand di pantai telanjang Spanyol akan harus dicoret. Dia tidak mungkin merayu seorang gadis yang setengah telanjang di depan seorang anak, kan? Itu sama sekali tak terbayangkan.     

"Um ... Ayo masuklah dulu. Tentu saja aku takkan memintamu membayar sewa kamar. Kau bisa tinggal selama yang kau inginkan. Bagaimanapun, rumah ini cukup kosong karena aku satu-satunya orang yang tinggal disini." Setelah menyambut Shania, Tang En mengambil tas dari tangannya. Tas itu tak seberat yang dibayangkannya. Kemungkinan besar isinya hanyalah pakaian dan mainan.     

Saat memasuki rumah, Shania meninggalkan Tang En dan berlari ke atas. Bunyi langkah kakinya terdengar di atas kepala Tang En. Setelah itu, dia mendengar Shania berteriak keras, "Totoro!"     

Tang En, yang ada di lantai bawah, mulai tersenyum. Dia masih menyimpan boneka itu, meletakkannya di kamar yang pernah ditinggali Shania. Perabot dan dekorasi di kamar itu tetap tak tersentuh. Selain pembersihan mingguan oleh petugas kebersihan yang disewanya, bahkan Tang En sendiri jarang masuk ke kamar itu.     

Langkah kaki itu terdengar lagi. Kali ini, Shania berlari menuruni tangga sambil memeluk Totoro. Dia berkata dengan gembira pada Tang En, "Kupikir kau sudah membuangnya, Paman Tony!"     

Tang En menggaruk kepalanya dan menjawab, "Kenapa aku mau melakukan itu ... Boneka itu bahkan tak memakan banyak tempat. Plus, aku sendiri tak punya kebiasaan membuang barang-barang. Tapi aku punya kebiasaan buruk memungut hal-hal yang kulihat di jalan, seperti misalnya kamu..." Tang En berkata dengan wajah cemberut, sambil menunjuk ke arah Shania.     

Shania bersembunyi di belakang Totoro, hanya matanya yang terlihat saat dia memandang Tang En takut-takut.     

Tang En tak tahu kenapa, tapi setiap kali Shania memandangnya seperti itu, jantungnya seolah-olah dicengkeram dengan erat, dan sebuah perasaan yang tak bisa dijelaskan akan menyelimutinya.     

Melihat Tang En tiba-tiba menatapnya sambil melamun, Shania perlahan-lahan menggeser Totoro ke atas hingga boneka itu benar-benar menutupi wajahnya. Setelah itu, dia mulai meniru suara yang dibuat Totoro dalam film kartun. "Uwaaa Uwaaa ..."     

Setelah tersentak dari lamunannya, Tang En melihat Shania dan tertawa malu. "Berapa lama kau akan tinggal di Inggris?"     

"Aku tidak tahu, mungkin dua tahun, atau mungkin aku akan tinggal di sini selamanya!" kata Shania sambil masih bersembunyi di balik Totoro.     

Setelah mendengar jawabannya, Tang En bergumam, "Itu bagus sekali ..." Apa yang bagus tentang itu? Dia tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata.     

Keheningan tiba-tiba menyelimuti seluruh ruangan; tak satu pun dari mereka mengucapkan apa-apa.     

"Um, apa kau lelah?" Tang En sedikit bingung harus berkata apa. Kedatangan Shania mengejutkannya. Setelah kegembiraannya mereda, tampak jelas kalau dia kurang siap untuk ini.     

"Aku tidak lelah." Shania berbalik dan kembali berlari menaiki tangga. Sangat mungkin dia kembali ke kamarnya untuk membongkar isi tasnya. Tang En memanfaatkan kesempatan itu untuk duduk di ruang tengah sambil bertanya-tanya bagaimana dia akan menghabiskan liburannya. Tampaknya Shania pasti akan bersamanya selama liburan, jadi Spanyol jelas tak bisa dikunjungi. Rencananya untuk pergi ke Italia atau negara lain untuk melihat lapangan sepakbola mereka juga tak mungkin dilakukan. Musim panas lalu, sekembalinya dari Spanyol, Tang En baru bisa merenungkan tindakannya setelah Shania pergi. Dia sadar bahwa dia hanya peduli pada dirinya sendiri saat itu, dan telah sepenuhnya mengabaikan perasaan Shania. Shania awalnya hanya ingin pergi bermain dengan Tang En, dan sama sekali tak punya niatan untuk menjadi seseorang yang dibandingkan dengannya.     

Tapi dia benar-benar tak punya pengalaman berurusan dengan anak-anak ... Apa yang harus dia lakukan dengan seorang gadis remaja di sampingnya?     

Saat Tang En masih tenggelam dalam pikirannya dan sama sekali tak punya ide, Shania berjalan menuruni tangga dengan sebuah telepon di tangannya.     

"Ayahku ingin bicara denganmu."     

Tang En menerima telepon, dan suara suara sopan seorang pria terdengar dari ujung yang lain. "Halo, Tuan Twain? Ini ayah Shania. Saya benar-benar minta maaf karena dia mengganggu Anda lagi."     

Yang terjadi selanjutnya hanyalah obrolan basa basi. Singkatnya, ayahnya mengatakan bahwa putrinya agak nakal, dan bahwa dia berharap putrinya takkan menyebabkan banyak masalah bagi Tang En.     

Setelah menutup telepon, Tang En memandang Shania dan berkata, "Aku merasa aku bekerja sebagai babysitter gratis untukmu."     

Shania tersenyum. "Maksudmu sugar daddy!"     

Tang En mengangkat tangannya dan membuat gerakan mengetuk di kepala Shania. "Aku bukan salah satu dari orang-orang tua yang mencuri hati gadis-gadis dengan membelikan mereka hadiah-hadiah mahal."     

Shania mengangkat boneka lembut Totoro tinggi-tinggi di udara, sampai benar-benar menutupi wajahnya. Setelah itu, dia berteriak dengan gembira, "Ini buktinya!"     

Tang En mengangkat bahunya. "Tapi itu tak ada nilainya."     

"Tidak!" teriak Shania. "Ini sangat bernilai bagiku!"     

Gadis ini... Tang En tak lagi berdebat dengannya tentang masalah ini. "Hmm, Shania ... kurasa kita tidak bisa pergi ke Spanyol lagi."     

"Kenapa?" tanyanya sedih.     

Bahkan Tang En tidak bisa menjelaskan alasan spesifiknya. Mungkin karena pergi ke tempat yang sama dalam dua perjalanan liburan berturut-turut akan membuatnya bosan. Tapi, dia tidak bisa mengatakan itu pada Shania. Matanya tiba-tiba menyala, dan dia memikirkan sebuah ide yang cukup cerdik. "Karena aku memikirkan tempat yang lebih baik daripada Spanyol."     

"Dan di mana itu?"     

"Cina!" Tang En telah memutuskan akan mengunjungi orang tua dari kehidupan masa lalunya secara diam-diam, dan pada saat yang sama mengajak Shania berkeliling untuk menikmati pemandangan di Cina. Provinsi Sichuan memiliki pemandangan yang indah, dan jelas merupakan tempat yang bagus bagi mereka untuk menghabiskan liburan sambil berkeliling.     

Reaksi Shania melampaui ekspektasi Tang En; dia kelihatan sangat senang, dan dia berseru gembira, "Keren! Aku memang ingin pergi kesana sejak lama!"     

"Eh?"     

"Karena aku keturunan Cina! Orang-orang sering bilang kalau aku mirip seperti orang Timur!"     

"Mirip tidak selalu berarti kau keturunan Cina..."     

Leluhur Cinanya pastilah sangat jauh karena saat mencapai generasi Shania, tak ada yang tersisa untuk menunjukkannya. Selain fitur wajahnya dan matanya yang memang sedikit mirip, tak peduli dari sudut mana seseorang memandang gadis itu, mereka takkan bisa menghubungkan Shania dengan Cina.     

Tapi, koneksi tambahan ini langsung membuat Tang En merasa lebih dekat dengan Shania. Meskipun saat ini dia adalah orang Inggris, hal itu tak mencegahnya untuk menyukai segala hal yang berhubungan dengan Cina. Bagaimanapun, dia masih seorang pria Cina tulen.     

"Bagus sekali. Aku tadinya khawatir kau takkan mau bepergian ke tempat sejauh itu." Tang En mulai menghubungi perusahaan maskapai penerbangan, membuat reservasi untuk penerbangan dari London ke Hong Kong dalam dua hari.     

Shania tertawa disampingnya saat melihat Tang En menelepon. Kelihatannya dia menantikan perjalanan itu. Tang En meliriknya sekilas dan berpikir, "Benar-benar anak kecil ..." Shania mirip seperti Tang En saat dia masih muda. Setiap kali Tang En mendengar kalau keluarganya akan pergi ke pasar kota, Tang En akan sangat gembira. Selama dia bisa meninggalkan rumahnya dan pergi ke lingkungan yang tak dikenalnya, dia akan merasa sangat senang.     

Meski tinggi badan Shania sudah mencapai tinggi badan seorang wanita dewasa, dia masih seorang gadis berusia empat belas tahun. Dia masih menyukai hal-hal yang disukai gadis seusianya, dan membenci hal-hal yang mereka benci.     

Tang En sama sekali tidak menduga kalau kelembutan hatinya saat itu akan membuatnya jadi babysitter gratis. Tapi Tang En suka merawat anak-anak seperti Shania. Itu benar, dia sangat menyukainya!     

Malam itu, mereka berdua pergi ke restoran Cina tempat tim Forest merayakan promosi mereka ke Liga Utama. Tang En memberitahu Shania kalau hal ini disebut sebagai "makan malam selamat datang" di Cina, makan malam resmi yang diadakan untuk menyambut tamu yang datang dari jauh. Di meja makan, Tang En menggunakan kesempatan ini untuk menjelaskan beberapa hal yang berhubungan dengan Cina pada Shania: makanan dan minuman Cina, adat lokal Cina, etiket dan hal-hal tabu di Cina ... Tang En menganggap ini sebagai pelajaran budaya yang akan menjadi bekalnya sebelum mereka pergi ke Cina.     

Tampak jelas bahwa Tang En, yang minum sedikit anggur merah, jadi terlalu bersemangat; dia berbicara lebih banyak dari biasanya. Dia bahkan mulai berbicara tentang tipuan yang digunakannya di stadion Milenium Cardiff, membuat Shania tertawa terbahak-bahak.     

Tang En terkejut saat menyadari bahwa melihat Shania terkekeh di meja makan itu membuatnya merasa sangat puas. Perasaan itu sebanding dengan perasaan memimpin tim dan memenangkan pertandingan!     

Tang En menggaruk kepalanya, berpikir bahwa dia mungkin sudah minum terlalu banyak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.