Mahakarya Sang Pemenang

Langkah Kaki Liga Utama Inggris Bagian 1



Langkah Kaki Liga Utama Inggris Bagian 1

0Kegilaan perayaan kembalinya Nottingham Forest ke liga sepakbola teratas di Inggris bertahan selama tiga hari penuh di jalan-jalan tua Nottingham City. Alun-alun Balai Kota selalu penuh sesak. Dalam sebagian besar artikel media yang diterbitkan, dikatakan bahwa peristiwa ini sekali lagi membuat orang-orang mengingat pertama kalinya Nottingham Forest memperoleh gelar juara Liga Eropa UEFA di tahun 1979. Pada saat itu, banyak orang dari Nottingham City turut menyambut kedatangan tim, dan kerumunan itu meluas dari Bandara Birmingham hingga Nottingham. Selama perjalanan kembali ke Nottingham City, jalan-jalan di kedua sisi bus tim dipenuhi para fans Nottingham Forest.     

Tentu saja, Nottingham Forest, yang hanya memperoleh peringkat kedua di klasemen Liga Satu, tidak membutuhkan parade seperti itu. Melakukan itu akan menunjukkan kesombongan semata.     

Meskipun demikian, Nottingham Forest masih mengadakan perayaan dengan pesta makan malam sederhana pada malam usai pertandingan. Edward Doughty memenuhi janji yang dibuatnya, dan mentraktir semua pemain dan staf pelatih ke restoran Cina paling terkenal di Nottingham. Di pesta makan malam itu, semua aturan menghilang dan alkohol bisa diminum dengan bebas. Bahkan meski mereka mabuk, takkan ada yang menyalahkan mereka.     

Edward Doughty juga merasa senang, tapi dia adalah ketua klub; dengan dia masih ada disana, tak ada yang bisa menikmati pesta itu sepenuhnya. Setelah menyadari ini, ia kemudian memberi selamat pada para pemain dan membagikan hadiah uang yang telah ia janjikan, sebelum kemudian menemukan alasan untuk pergi. Tentu saja, dia memiliki aktivitas perayaannya sendiri, tapi orang-orang yang menghadiri acara itu benar-benar berbeda dari para pemain yang berisik ini – perayaannya itu adalah pesta makan malam yang sangat sederhana, tapi semua orang yang seharusnya ada disana akan ada disana. Para tamunya berpakaian rapi dan sangat bagus, dan mereka juga membawa diri mereka dengan anggun dan elegan. Orang-orang itu mungkin bukan fans sepakbola, dan motif mereka untuk hadir di perayaan itu bukan untuk merayakan kembalinya Nottingham Forest ke Liga Utama. Sebaliknya, ada sesuatu yang jauh lebih menarik menunggu mereka.     

Setelah Edward dan Allan pergi, Tang En mengambil alih pimpinan, dan mereka semua beraksi gila-gilaan. Dia dipaksa minum oleh setidaknya lima belas orang, dan di akhir perayaan, Tang En benar-benar lupa berapa banyak bir yang sudah diminumnya. Entah bagaimana, sepertinya kaleng bir di tangannya tak pernah kosong. Jadi saat dia terbangun di tempat tidur keesokan harinya, pelipisnya berdenyut sakit.     

Sisa hari itu dipenuhi panggilan telepon dari mereka yang mengucapkan selamat. Ada panggilan telepon dari Yang Yan, dan juga dari Kenny Burns. Di malam pertandingan, dia mendedikasikan perutnya untuk tim. Malam ini, ia akan pergi ke Forest Bar, untuk berpartisipasi dalam acara gratis yang diadakan oleh Burns, untuk merayakan kembalinya Nottingham Forest ke Liga Utama Inggris. Di saat yang bersamaan, dia juga harus berterima kasih kepada para fans yang telah mendukung dirinya dan tim selama ini.     

Bagaimanapun, hari itu adalah hari lain yang dihabiskan dengan mabuk hingga larut malam. Mabuk selama dua hari berturut-turut telah membuat kulitnya menjadi pucat, dan sebagai akibatnya, semangatnya juga terpengaruh. Dia tak terlalu bersemangat dan merasa sedikit lelah.     

Dia sedang memikirkan tentang meeting terakhir musim ini dengan timnya yang akan diadakan siang nanti, dimana dia harus berbicara disana. Karenanya, secara khusus, Tang En menghabiskan waktu setengah jam untuk mandi agar membuat dirinya terlihat tidak seperti seorang pemabuk.     

Tanggal 11 Mei adalah pagi yang indah dengan sinar matahari bersinar cerah dan angin sepoi-sepoi yang nyaman. Dengan cuaca seperti itu, semangat Tang En akhirnya pulih.     

Ini mungkin pertama kalinya Tang En datang terlambat jika dibandingkan dengan para pemain. Saat dia bergegas menuju lapangan latihan, sudah ada sekelompok pemain di lapangan, berkumpul bersama dan mengobrol dengan santai. Ini bukan hari latihan jadi tentu saja tidak ada yang pergi ke ruang ganti untuk berganti pakaian dan memakai jersey mereka. Mereka hanya mengenakan T-shirt kasual dan celana pendek, dan tidak ada sedikit pun kegugupan terlihat di wajah mereka. Crouch adalah yang paling ekstrem; Dia membawa koper kulit besar ke kompleks latihan, dan memakai atasan bermotif kotak-kotak dan celana pendek.     

Tang En melihat ke arahnya selama beberapa saat, membuatnya merasa sedikit malu. Saat itulah Tang En mengerutkan alisnya dan bergumam, "Apa-apaan, Peter. Kau pasti ada di tempat yang salah. Ini Wilford, bukan Hawaii."     

Di tengah suara tawa yang terdengar di belakang mereka, Crouch berkata, "Bos ... Sebenarnya, aku membeli tiket pesawat ke Barcelona yang akan berangkat siang ini. Aku berencana untuk langsung pergi ke bandara Burmington usai dari sini."     

Tang En menaikkan alisnya dan berkata lagi "Kalau begitu, aku akan mempersingkat meeting ini, kalau tidak kau akan ketinggalan pesawat. Kalau kau ketinggalan pesawat, kau takkan bisa menikmati pantai yang cerah di Spanyol dan juga pantai-pantai telanjang! Gadis-gadis Spanyol yang penuh gairah itu sudah mengundangmu kesana dan sedang menunggumu, kan? Tapi kalau kau tak segera naik pesawat, maka semua itu akan sia-sia... kau pasti akan sedih, kan, Peter?"     

"Tidak ... Bukan itu yang kumaksud, Bos ..." Crouch yang canggung tidak tahu bagaimana harus menjelaskan, dia takut kalau manajer akan benar-benar marah padanya.     

"Baiklah, aku takkan menyita banyak waktumu. Dibandingkan dengan pria paruh baya sepertiku yang terus-menerus mengoceh, gadis-gadis Spanyol yang telanjang jauh lebih menarik, aku tahu itu." Tang En sengaja mengatakannya dengan nada kecewa, dan suara tawa di sekitar mereka menjadi sedikit lebih pelan; mereka sudah kehabisan energi untuk bisa tertawa keras-keras. "Sebenarnya, kau bisa menganggapnya sebagai kecemburuan seorang pria tua, yang bahkan tak bisa mendapat pacar sampai sekarang ..."     

Tepat setelah dia mengatakan ini, Tang En sendiri mulai tertawa. Dia tidak bisa mempertahankan ekspresi tegas di wajahnya, terutama setelah melihat wajah Crouch yang tersipu.     

"Apa semua orang sudah disini?" Dia menyapukan pandangannya ke arah mereka semua, dan Walker menjawabnya dari samping. "Semua orang ada di sini, Tony."     

"Bagus sekali. Agar tidak menunda perjalanan Tn. Peter Crouch yang jangkung dan tampan ke Spanyol untuk mencari cinta, mari kita mulai meeting ini." Mendengar Tang En mengatakan itu, semua orang berkumpul sambil tertawa.     

"Cuacanya bagus," kata Tang En saat dia berdiri di tengah-tengah lingkaran, menyipitkan matanya sambil mengangkat kepalanya dan memandang matahari di langit. Berdiri di sampingnya, tangan Walker benar-benar kosong, sama sekali tak memegang benda seperti papan taktik. "Moodku juga sedang bagus. Aku yakin saat kalian semua bangun pagi ini, terlepas dari hal apa yang pertama kali kalian lihat saat membuka mata, atau siapa yang berbaring disamping kalian, hal pertama yang kalian lakukan pastilah memeriksa dompet kalian dan menghembuskan napas lega. 'Santa Maria, uang hadiah itu masih ada disini!'"     

Semua orang tertawa terbahak-bahak.     

"Aku harus mengatakan ini, guys. Sekarang kalian tak perlu khawatir akan dihukum kalau terlambat latihan. Bahkan meski kalian tidur sampai tengah malam, kalian takkan menerima panggilan telepon penuh cinta dari klub: 'Halo! Bayi kecilku, pemalas, saatnya bangun! Kau akan terlambat ke sekolah ...'" Tang En memiringkan kepalanya, meniru adegan seorang ibu yang menelepon. Setelah itu, dia tiba-tiba menjerit. "Tidak! Kau sudah terlambat, dasar bocah nakal, apa yang kau lakukan semalam?!"     

Gelombang tawa yang lebih keras terdengar. Sejak Tang En kembali ke stadion City Ground, dia telah membuat serangkaian peraturan yang membatasi para pemain, dan ada salah satu aturan seperti ini: kalau seorang pemain datang terlambat latihan hingga setengah jam, staf pelatih akan menelepon mereka untuk "menyampaikan salam mereka", dan bertanya kenapa si pemain tidak datang latihan.     

Setelah Tang En selesai bercanda, dan mereka yang tadinya belum bangun kini menjadi lebih segar dan waspada, dia memutuskan untuk membicarakan hal-hal yang lebih serius. Dia membalikkan badan dan melihat kearah seluruh tim pelatih yang berdiri di belakangnya, sebelum kemudian berkata kepada para pemain, "Musim ini memiliki paruh pertama yang mengerikan, dan paruh kedua yang tak bisa lebih baik lagi. Untuk bisa memperoleh hasil yang sangat bagus dibawah kondisi yang sangat kurang menguntungkan.... Well, aku ingin berterima kasih pada staf pelatihku, juga pada dokter tim. Aku ingin berterima kasih pada semua orang yang bekerja untuk tim. Tanpa dukungan kalian semua, aku takkan mampu memimpin tim ini menuju kemenangan."     

Tepuk tangan terdengar dari kedua sisi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.