Mahakarya Sang Pemenang

Chief Bagian 1



Chief Bagian 1

0Tim Forest telah berhasil mencapai kemenangan pertama mereka musim ini, yang dianggap sebagai berita besar di Nottingham. Selama beberapa hari berturut-turut, laporan-laporan baru membahas tentang seputar pertandingan melawan Manchester City. Hari-hari Keegan semakin sulit, tapi Tang En tak mempedulikannya. Tekanan pada dirinya untuk sementara ini telah hilang, dan sekarang lingkungan internal dan eksternal bagi timnya sama-sama sempurna.     

Dengan ketenangan pikiran, ia bisa mempersiapkan pertandingan kualifikasi Liga Eropa tanggal 16 September melawan Ostrava, babak pertama kompetisi mereka.     

Kalau bukan karena babak kualifikasi Liga Eropa UEFA, Tang En mungkin takkan mencoba untuk mengenal tim Ostrava. Setelah mendapatkan pemahaman tentang tim itu, Tang En merasa bahwa tim itu takkan bisa memberikan masalah bagi tim Forest; apalagi mereka akan bermain di stadion kandang.     

Timnya sedang bersemangat tinggi sekarang, dan kalau mereka mengalami kesulitan bermain melawan tim Republik Ceko di kandang mereka, maka mereka sebaiknya melupakan tentang bisa berprestasi di Liga Eropa UEFA.     

Ternyata memang masuk akal bagi Tang En untuk merasa percaya diri.     

Tim Nottingham Forest dengan mudah mengalahkan tim tamu Ostrava dengan skor 3:0. Meskipun lawan mereka cukup lemah, stadion City Ground tetap dipenuhi penonton karena ini adalah "pertempuran pembuka" tim Forest di turnamen Eropa setelah delapan tahun absen. Liga Utama telah dimulai lebih dari sebulan yang lalu, dan stadion City Ground secara resmi terhitung memiliki tingkat penjualan kursi penonton tertinggi: full house, 100%!     

Tampak jelas bahwa para suporter Nottingham Forest sangat penasaran apakah mereka akan berhasil mencapai turnamen liga top. Mereka melepaskan semua emosi yang telah mereka pendam selama delapan tahun. Emosi mereka jelas bisa dirasakan di seluruh Inggris.     

Setelah mendapatkan kemenangan atas Ostrava, para penduduk Nottingham masih bersukacita, dan tampaknya hampir bisa dipastikan bahwa tim mereka akan bisa lolos kualifikasi setelah babak pertandingan tandang selanjutnya.     

Setelah memenangkan pertandingan pertama mereka di liga dan unggul tiga gol di babak kualifikasi pertama Liga Eropa UEFA, sepertinya penampilan tim Forest sudah mulai membaik. Tapi, pada tanggal 18 September, dalam pertandingan tandang melawan Fulham FC, tim Forest menyia-nyiakan tiga peluang bagus untuk mencetak gol, dan akhirnya hanya bisa bermain imbang dengan skor 1: 1.     

Dalam rencana keseluruhan musim yang dipersiapkan untuk timnya, Twain meminta para pemainnya agar sebisa mungkin mencoba mendapatkan tiga poin, terlepas dari apakah itu adalah pertandingan kandang atau tandang, saat melawan tim-tim yang berada dibawah peringkat kesepuluh. Sebagai tim yang baru dipromosikan, tim Forest hanya bisa meraih poin dari tim dengan kekuatan yang sama dengan mereka. Kalau mereka kebobolan gol terlalu sering saat melawan tim-tim itu, maka tim Forest benar-benar akan harus berjuang hanya untuk bisa tetap berada di liga.     

Hasil pertandingan imbang jelas tak bisa memuaskan Twain, tapi demi tim, ia masih harus tersenyum untuk mengurangi kegelisahan para pemain muda.     

Tekanan yang ia rasakan seharusnya tidak diarahkan ke pemain. Tekanan itu harus ditanggung oleh manajer sendiri. Ini adalah prinsip yang dipegang erat oleh Twain.     

Pada konferensi pers paska pertandingan, seorang reporter bertanya kenapa penampilan tim Forest selalu naik turun; saat semua orang mengira bahwa mereka bisa memenangkan permainan, mereka tidak menang.     

Dalam hal ini, Twain merasa bahwa karena tim Forest adalah tim yang relatif muda, maka normal jika penampilan mereka masih belum stabil, dan karenanya tidak ada yang perlu diributkan dari hal itu.     

Terlepas dari apa yang dia katakan, Twain tidak akan toleran terhadap kelompok pemain yang tidak stabil. Usai pertandingan berakhir, saat tim Forest masih berada di dalam bus tim untuk kembali ke Nottingham, meskipun pertandingan berikutnya masih akan dilaksanakan empat hari setelahnya pada tanggal 22 September, Twain mengumumkan bahwa hari libur mereka dibatalkan.     

Pada saat itu, para pemain, yang telah banyak menonton laporan berita dan mengira Twain tidak marah, kini menyadari bahwa bos mereka merasa sangat tidak puas dengan ketidakstabilan yang ditunjukkan oleh tim saat ini.     

Enam putaran sudah datang dan pergi di Liga Utama, dan tim Forest telah mendapatkan hasil satu menang, empat imbang, dan satu kalah. Dengan skor tujuh poin, mereka memiliki skor yang sama dengan Liverpool. Sebagai tim yang baru dipromosikan, mereka seharunya merasa puas dengan hasil itu. Tapi Twain adalah seorang pria yang tidak merasa puas dengan status quo. Dia bermain di bawah bendera tim yang baru dipromosikan, tapi dia punya rencana untuk bersaing dengan enam tim teratas di liga. Bagaimana dia bisa berharap untuk memperkecil jarak di antara mereka sejak awal kalau mereka tidak menang?     

Dengan lima kemenangan dan satu hasil imbang, Arsenal telah mengumpulkan enam belas poin, yang menempatkan mereka di puncak klasemen liga. Mereka diikuti oleh Chelsea milik Mourinho dengan empat kemenangan dan dua kali imbang. Dan di tempat ketiga adalah Everton milik Manajer Moyes, dengan empat kemenangan, satu imbang, dan satu kalah. Twain yakin seandainya tim Forest memenangkan pertandingan melawan Fulham, mereka sudah akan mengumpulkan sembilan poin sekarang, yang setidaknya akan menempatkan mereka di level kedua dari atas, antara tempat ketujuh dan kesembilan. Tapi, tim Forest saat ini berada di peringkat ke-13.     

Dalam segmen BBC Match of the Day minggu itu, Gary Lineker dan Mark Lawrenson berbicara tentang tim Forest milik Tony Twain. Lawrenson, yang telah mencukur kumisnya, tampaknya bertekad untuk berperan sebagai seseorang yang tidak menyukai Twain. Di acara itu, ia mengatakan bahwa Tony Twain mengaku mengejar kemenangan saat masih berada di Liga Satu, dan hasil kepemimpinannya konsisten dengan pernyataan yang dibuatnya; tim Forest memiliki tingkat kemenangan yang tinggi, dan menduduki peringkat atas di Liga Satu. Tapi saat mereka telah berada di Liga Utama, Twain tak lagi berbicara tentang "mengejar kemenangan." Jelasnya, dia telah mendapat pelajaran dan tahu bahwa Liga Utama tidak sama dengan liga tingkat bawah. Dia takkan bisa mendapatkan peringkat yang bagus hanya dengan sedikit memberikan komentar arogan .     

Twain masih belum memberikan tanggapan tentang itu, dan media lokal di Nottingham juga tidak merilis artikel yang membahas komentar itu. Pierce Brosnan menulis artikel balasan untuk menyanggah omong kosong Lawrenson, dan mengatakan bahwa komentar tak adil dari Lawrenson tentang Twain dan tim Forest adalah pembalasan dendamnya karena kalah taruhan, dan bahwa ia hanya menunggu kesempatan untuk melakukan itu.     

Liga Utama tidak pernah kekurangan adegan-adegan ramai seperti itu.     

Karena Brosnan sudah membantunya, Twain enggan membuang-buang energi untuk media. Dia sedang berkonsentrasi pada latihan tim untuk menghadapi putaran berikutnya. Di putaran ketujuh turnamen, Nottingham Forest akan bermain di kandang melawan Chelsea. Ini jelas akan menjadi pertempuran yang sulit!     

※※※     

Pada tanggal 20 September, Senin pagi, matahari bersinar cerah. Twain akan memimpin tim untuk melakukan latihan seperti biasa. Dia tiba-tiba saja melihat ketua klub, Edward Doughty, yang sudah lama tidak muncul, berdiri di tepi lapangan latihan.     

Kalau Ketua ada di sana, maka itu pasti ada hubungannya dengan Twain. Twain memberi isyarat pada David untuk melanjutkan latihan dan berbalik untuk berjalan keluar dari lapangan latihan.     

"Edward, aku jarang melihatmu di sini. Kalau kau ada di sini, itu pasti sesuatu yang penting!" Twain bercanda sambil berjalan menghampiri Edward. Meskipun timnya menunjukkan penampilan yang rata-rata, Twain selalu bertindak optimis di hadapan Edward.     

"Yah, ini memang sesuatu yang penting ... Tony, aku baru saja mendapat telepon dari Derby City General Hospital." Edward tidak tersenyum saat mendengar lelucon Twain. Dia berkata dengan ekspresi serius, "Brian Clough baru saja meninggal dunia. Kanker perut."     

Twain membeku sesaat. Dia mengira dia salah dengar. "Apa katamu?"     

"Mrs. Clough ingin kau menghadiri pemakaman pribadi besok. Aku tahu hubungan antara kau dan Chief, Tony ..." Edward menepuk pundak Twain dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia berbalik dan meninggalkan lapangan latihan.     

Twain masih berdiri di pinggir lapangan sendirian, menatap kosong ke arah punggung Edward yang berjalan menjauh, dan tidak bereaksi selama beberapa waktu.     

Edward baru saja menghilang dari pandangannya saat Twain melihat Pierce Brosnan tersandung di luar pagar kawat dan menggerakkan tangannya dengan panik, berharap agar Twain mendekat ke arahnya.     

Saat Twain berjalan mendekat, Brosnan bertanya dengan napas terengah, "Tony, aku mencoba meneleponmu... Apa kau tidak menerima panggilan teleponku?"     

"Aku tidak membawa ponselku saat latihan ..."     

"Aku baru saja menerima kabar, aku datang untuk memberitahumu: Clough ... Brian Clough meninggal dunia!" kata Brosnan dengan khawatir. Baginya, ini adalah momen besar dalam sejarah sepakbola Nottingham. Sebuah peristiwa yang sangat penting. Reaksi Twain tidak sekuat yang dibayangkan olehnya.     

"Edward, Ketua klub, baru saja memberitahuku. Aku diundang untuk menghadiri pemakaman pribadi besok." Twain menunjuk ke arah dimana Edward menghilang. Wajahnya tidak tampak kaget ataupun sedih saat dia mengatakan ini.     

Brosnan menatap Twain, lalu mengangguk, "Kalau begitu, aku akan pergi dulu dan menuju Derby untuk menindaklanjuti ceritanya."     

"Sampai jumpa, Tuan Reporter."     

"Sampai jumpa, Tony."     

Saat Brosnan juga telah menghilang dari pandangannya, sepertinya pikiran Twain baru bisa mulai merespon kabar berita itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.