Mahakarya Sang Pemenang

Tokoh Utama di Teater Mimpi Bagian 2



Tokoh Utama di Teater Mimpi Bagian 2

0Pertandingan itu menemui jalan buntu. Tim Forest berusaha keras melakukan serangan untuk membuat kedudukan menjadi imbang sebelum akhir pertandingan; mendapatkan satu poin lebih baik daripada tidak mendapatkan poin sama sekali.     

Sementara itu, Manchester United memperkuat posisi mereka dan memastikan sebuah pertahanan yang stabil. Mereka juga menyerang setiap kali ada kesempatan, membuat garis pertahanan Forest selalu waspada. Ini mencegah semua pemain Forest bisa menekan ke depan. Meski Ronaldo sudah dikeluarkan dari lapangan, George Wood masih harus tetap tinggal di belakang untuk menghadapi serangan dari Ruud van Nistelrooy, Paul Scholes, Rooney dan Giggs.     

Perbedaan antara sekarang dan sebelumnya adalah bahwa Forest semakin berani memanfaatkan sepenuhnya dua bek belakang mereka dalam melakukan assist ofensif. Mereka tidak perlu terlalu khawatir meninggalkan celah yang bisa dimanfaatkan oleh para pemain Manchester United.     

Mundurnya Roy Keane untuk bertahan juga sangat mengurangi tekanan pada Wood; dia tak lagi harus menghadapi dua pemain Manchester sekaligus dan bisa berkeliaran di seluruh lini belakang, menjadi pengawal Albertini.     

Pada menit ke-80 pertandingan, Tang En melakukan pergantian pemain. Dia memasukkan pemain depan, Crouch, untuk menggantikan bek tengah Matthew Upson, sehingga semakin meningkatkan kekuatan tempur mereka. Formasi Forest menjadi 3-4-3. Pada kenyataannya, lini belakang mereka hanya menyisakan tiga orang — Piqué, Wood, dan penjaga gawang Darren Ward — setiap kali mereka melakukan serangan.     

Para pemain tim Forest semuanya bertarung habis-habisan, dan Tang En juga sama. Mengatakan "Aku takkan marah kalau kita kalah" adalah hal yang baru akan dikatakan usai pertandingan. Saat ini, selama masih ada secercah harapan kalau mereka takkan kalah, mereka tidak boleh menyerah.     

"Waktunya sudah hampir habis. Para pemain Forest kelihatannya sudah tidak bisa berlari lagi ... Manchester United masih belum menyerah dalam menyerang, dan George Wood masih tetap sibuk di lini belakang. Dia selalu terlihat di seluruh lini belakang mereka. Apa anak itu tahu apa artinya lelah?"     

Komentator itu benar. Pertandingan sudah hampir berakhir, tapi seluruh pusat perhatian tidak terarah pada pemain penyerang Manchester United ataupun tim Forest. Semuanya terarah pada George Wood.     

Atas perintah Ferguson, Manchester United tidak berhenti melakukan serangan balik. Setiap kali mereka mendapat kesempatan, mereka akan bergegas maju dengan penuh tekad.     

Jadi, Wood tak punya pilihan selain sering mengisi celah yang ditinggalkan oleh rekan satu timnya, yang telah bergerak maju untuk membantu serangan. Dia akan muncul sebentar di posisi bek kanan, tak lama kemudian berdiri di bek kiri, dan diikuti dengan bermain sebagai pengganti bek tengah, membersihkan bola dengan sundulan.     

Di bawah serangan Forest, pertahanan Manchester United juga tak mau menyerah. Setelah kehilangan bola, Ferdinand menjadi jauh lebih berhati-hati. Wood, saat bertahan di lini belakang, juga memperhatikan situasi di depan. Melihat tak ada perubahan pada skor setelah waktu yang lama, ketidaksabaran pasti mulai dirasakan.     

Waktu yang tersisa dalam pertandingan semakin sedikit, dan para pemain Forest sudah kelelahan. Bahkan pemain seperti Ribéry merasa sulit untuk bisa berlari cepat ke depan. Di sebagian besar waktu, tim hanya bisa memanfaatkan umpan panjang ke Crouch atau Viduka, tapi taktik sederhana seperti itu tidak terlalu efektif melawan Manchester United.     

Saat ofisial keempat mengangkat tanda perpanjangan waktu selama empat menit dari pinggir lapangan, Tang En memunggungi lapangan. Sepertinya mereka hanya bisa menerima hasil ini.     

Sekarang, terlepas dari siapa yang mendapatkan bola, baik itu Forest ataupun Manchester United, udara di Old Trafford dipenuhi dengan cemoohan. Mereka tidak mengejek salah satu tim atau para pemain mereka melainkan pada empat menit perpanjangan waktu yang diberikan. Bagi Manchester United, yang hanya unggul satu bola atas lawannya, perpanjangan waktu selama empat menit itu terlalu lama.     

Apa yang bisa terjadi dalam empat menit di lapangan? Serangan, benturan kepala, atau operan bola yang tak berarti ...     

Manchester United menguasai bola, dan mereka sama sekali tak ingin mengoper ke depan. Sebaliknya, mereka sengaja berlama-lama dengan harapan bisa mengulur waktu. Dalam hal penguasaan bola, tim Forest bukan tandingan Manchester United. Eastwood, Viduka dan Crouch semuanya berusaha keras untuk mencuri bola di lini depan tapi mereka tak berdaya; kemampuan mereka tidak sebanding dengan keinginan mereka. Mereka berlari kesana kemari berkat operan yang dilakukan diantara pemain Manchester United.     

Waktu berjalan semakin cepat.     

Sepertinya tidak ada lagi yang bisa dilakukan Forest.     

Pertandingan memang seperti itu. Meskipun semua upaya tim Forest telah dimasukkan ke dalam kurun waktu ini, upaya itu sudah terlambat. Di titik ini, perbedaan satu gol saja menjadi sebuah hambatan yang tak bisa mereka lalui.     

Ferguson melangkah dari area teknis dan berdiri di pinggir lapangan. Dia bersiap untuk berjabat tangan dengan Tony setelah pertandingan berakhir. Terlepas dari hasil pertengkaran mereka sebelum pertandingan, dia adalah pemenang pertandingan sekarang. Meskipun Tony bukan manajer yang terkenal atau sangat dihormati di kancah sepak bola Inggris, ada kepuasan yang lebih besar setelah mengalahkan lawan yang tak bisa dipercaya dan sulit diatur seperti Tony daripada mengalahkan Kevin Keegan.     

Queiroz berdiri di samping bosnya, menunggu bersamanya untuk berjabat tangan. Mereka tampak sangat yakin dengan kemenangan mereka. Dengan Manchester United masih menguasai bola, apa mungkin lawan bisa merebut bola itu?     

Tiga menit perpanjangan waktu sudah berlalu. Akhir pertandingan tinggal semenit lagi. Para pemain Forest sudah siap untuk menyerah. Bagaimanapun juga, bola berada di kaki lawan. Kalau mereka hanya mengopernya di lini belakang, mereka bisa mencegah Forest mencuri bola.     

Mereka tak ingin membuang-buang energi mengejar bola, hanya untuk dipermainkan seperti orang bodoh.     

Setelah Rio Ferdinand mendapat bola, dia melihat bahwa bahkan Crouch, yang baru dimasukkan ke lapangan, tidak berusaha mendekatinya dan merebut bola. Pada saat itu, dia tahu kalau pertandingan telah berakhir; mereka hanya perlu menunggu peluit wasit ditiup lebih awal yang menandakan akhir pertandingan.     

Dia melihat wasit yang ada di depannya. Bagus, wasit sedang melihat arlojinya.     

Tunggu!     

Apa itu tadi?     

Segaris bayangan tiba-tiba muncul di bidang penglihatannya.     

"Ya Tuhan!" Bahkan komentator sendiri berseru. "Itu ... dari mana dia datang?! George Wood!"     

Pada saat itu, otak Ferdinand mengalami korslet; dia dikejutkan oleh sosok kuning yang tiba-tiba berlari di depannya.     

Tidak ada yang tahu bagaimana Wood bisa bergegas maju ke depan; bahkan para pemain Forest sendiri tidak tahu. Hanya Piqué yang melihatnya ... Saat para pemain Manchester United mulai saling mengoper antara satu sama lain di lini belakang dan para pemain Forest sudah terlalu lelah untuk bergerak maju dan menekan mereka, beberapa kali Wood tampak ingin bergerak maju.     

Tapi kali ini, dia memiliki tekad yang lebih kuat daripada sebelumnya. Dia tidak berniat kembali untuk bertahan setelah dia bergerak maju.     

Di menit ke-93, George Wood terlihat seperti baru berada di lapangan selama 93 detik. Dia benar-benar terlihat bersemangat dengan kecepatan lari yang tak berbeda jauh dari saat dia mengejar Cristiano Ronaldo. Seperti angin, ia seolah terbang melintasi lapangan, melewati Albertini, melewati Scholes, melewati Eastwood, melewati Roy Keane, melewati Kleberson, melewati Viduka, dan akhirnya muncul dengan cepat dari belakang Crouch!     

Ferdinand berdiri di depan area penalti saat dia mulai memperhatikan tindakan wasit. Pada saat itu, dia tidak menyangka masih ada pemain Forest yang memiliki kekuatan untuk maju dan mencuri bola!     

Saat Tang En membalikkan badan, bersiap untuk kembali ke area teknis, mengumpulkan papan taktisnya, dan berjabat tangan dengan Ferguson, dia mendengar teriakan keras Kerslake di sampingnya. "Tunggu! Tony! Tunggu ... Ya Tuhan, itu Wood! Dia bergerak maju!"     

Tang En kembali berbalik menghadap lapangan dan melihat Wood berlari ke depan Ferdinand. Sama seperti saat dia melakukan pertahanan di area penalti, dia menjulurkan kakinya untuk mencuri bola ...     

Cemoohan yang meledak dari tribun penonton Old Trafford terdengar lebih keras dari sebelumnya.     

"Ferdinand kehilangan bola!! Dia benar-benar tidak melihat Wood!"     

Masalah terbesar dengan gelandang termahal Inggris adalah bahwa dia, dari waktu ke waktu, akan kehilangan fokus saat berada di lapangan. Sekarang dia tertegun melihat Wood yang gigih; dia hanya merasakan kakinya sedikit tersandung, dan bolanya hilang!     

Wood telah membawa bola menjauh, menimbulkan gelombang cemoohan yang lain.     

Tidak ada pemain lain di depannya. Hanya ada gawang dan kiper Manchester United, Tim Howard. Tidak ada rekan setim yang maju ke depan untuk membantunya; mustahil baginya untuk mengoper bola.     

Saat Tang En melihat ini, dia langsung teringat adegan yang terjadi beberapa saat setelah babak pertama dimulai: upaya Wood untuk mencetak gol. Posisinya saat itu hampir sama seperti posisinya sekarang. Sebelum ini, Wood telah menendang bola langsung ke langit ... dan hasil latihan menembak bola saat latihan rutinnya juga bukan yang terbaik. Mempercayakan semua harapan Forest pada orang seperti itu ...     

Kenapa bukan Viduka, Eastwood, Crouch, Albertini, atau bahkan Chimbonda yang mencuri bolanya? Kenapa harus George Wood, pemain yang paling buruk dalam menembakkan bola!     

Dia tiba-tiba saja menyesal karena tidak membuat Wood melakukan lebih banyak latihan menembak bola.     

Bagaimanapun juga, dia masih berkata tanpa berpikir, "Tembak!"     

Wood menatap bola yang bergulir di bawah kakinya. Dia telah berhasil mencuri bola dengan gerakan cepat, tapi apa yang harus dia lakukan sekarang? Mengopernya? Tidak ada pemain lain yang bisa menerima operannya. Menembak?     

Menembak…     

Dia ingat apa yang dikatakan Albertini sebelum pertandingan. "Kadang-kadang, kau perlu bergegas ke area penalti lawan dan melakukan tembakan panjang yang kuat!"     

Bukankah sekarang saatnya?     

Sebuah suara tiba-tiba saja terdengar dari pinggir lapangan dan terbawa ke telinganya, "Tembak!"     

Tatapannya semakin tajam dan terfokus saat dia melihat ke bawah dan mulai mengangkat kaki kanannya.     

Aku tidak punya pilihan lain selain menembak.     

Dengan tumit dilengkungkan, jari kaki diruncingkan, ayunan lengan yang kuat, pinggang sedikit diputar, dan follow-through dengan ayunan kakinya ... Tembak!     

Di bawah lampu Theatre of Dreams yang berkilauan, bola kuning Nike itu berubah menjadi seberkas bintang jatuh, melesat melewati jari-jari Howard yang terulur dan terhempas ke jaring gawang!     

Ferdinand membalikkan badan untuk melihat bola terbang ke gawang. Tubuhnya yang masih setengah berputar tiba-tiba saja kehilangan momentum dan jatuh ke tanah.     

Roy Keane, yang bermaksud kembali bertahan, terhenti di tengah langkahnya, terengah-engah sambil menatap kiper Howard dengan mulut ternganga.     

Tang En memukulkan tinjunya ke tanah.     

Senyum di wajah Ferguson menjadi kaku, dan tangan yang terulur ke arah Queiroz melayang di udara seolah dihentikan.     

Cemoohan terhenti.     

Di televisi, sebuah suara keras terdengar dari speaker, "Ini luar biasa! Luar biasa! 93 menit 47 detik! 2:2! Gelandang bertahan George Wood berlari kencang melintasi setengah lapangan, mencuri bola dari kaki Ferdinand, dan menembak ... Dan dia berhasil! Malam ini, tokoh utama di Teater Mimpi, tepat saat gordennya akan ditutup, kembali menunjukkan penampilan yang luar biasa!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.