Mahakarya Sang Pemenang

Wood Belajar Menjadi Seorang Pemain Bintang Bagian 2



Wood Belajar Menjadi Seorang Pemain Bintang Bagian 2

0Hal yang secara langsung memicu terjadinya peristiwa itu di timeline asli adalah fakta bahwa selisih poin total mereka dengan Chelsea dan Arsenal tidak berubah karena gol penyeimbang yang dicetak Fulham sehingga skor menjadi 1:1. Sebagai akibatnya, di ruang ganti usai pertandingan, Alan Smith yang telah mencetak gol, menuduh Ronaldo hanya bermain sendiri dan tidak tahu bagaimana caranya bekerja sama dengan rekan setim. Pertengkaran antara kedua pria itu berkembang menjadi pertarungan fisik. Ferguson kemudian mengumumkan bahwa kondisi Ronaldo tidak cukup baik dan bahwa dia sebaiknya kembali ke kampung halamannya di Portugal selama kurun waktu tertentu.     

Ada seringai di wajah Twain saat dia mengingat ini. Mungkin pemicu barunya adalah hasil imbang 2:2 saat Manchester United melawan Nottingham Forest.     

Dari sejarah yang dia ketahui, berapa banyak yang telah diubahnya secara langsung, dan berapa banyak lagi yang masih akan dia ubah?     

Karena Ferguson secara tak sengaja mengalihkan perhatian media dalam konferensi pers paska-pertandingan, Ronaldo menjadi fokus diskusi semua orang, dan Twain merasa terbebaskan. Dia menonton pertunjukan itu dengan gembira dan bertanya-tanya apakah Ronaldo akan kembali ke Portugal lebih cepat dari yang diingatnya.     

Twain, yang sepenuhnya memahami situasi ini, merasa bahwa ini cukup menarik jika dibandingkan dengan sejarah yang ia alami dan ingat.     

※※※     

Keesokan harinya, sebuah foto besar wajah Ronaldo diterbitkan oleh The Sun. Semua orang membahas tentang masalah internal Manchester United, dan mengabaikan Nottingham Forest.     

Semakin banyak berita panas digali oleh para wartawan yang menyebalkan itu, hal-hal seperti fakta bahwa tim Manchester United telah cukup lama bersabar dalam menghadapi kelakuan bocah Portugal itu; bahwa van Nistelrooy dan Ronaldo tidak cocok; bahwa Gary Neville mengkritik Ronaldo karena tidak memikirkan tentang teman satu timnya saat bermain; dan seterusnya.     

Belakangan ini tabloid Inggris sama ramainya seperti dalam sebuah perayaan yang meriah.     

Tapi, media lokal Nottingham sama sekali tidak tertarik dengan drama antara Ronaldo dan Manchester United. Fokus mereka terarah pada tim Forest dan George Wood, "si jenius,""si anak ajaib,""pemuda fenomenal." Semua gelar itu diberikan padanya.     

Pada awalnya, pemain seperti Wood memiliki jumlah fans yang terbatas, orang-orang seperti Big John dan kelompoknya, tanpa ada fans perempuan.     

Tapi, saat tim Forest menjalani latihan rutin di hari pertama setelah kembali ke Nottingham, Twain melihat ada beberapa fans gadis muda di luar lapangan latihan yang memegang foto-foto Wood dan berharap bisa mendapatkan tanda tangan idola mereka.     

Gadis-gadis itu masih muda dan penuh semangat. Setiap kali Wood berada dekat pagar kawat di sisi itu, mereka akan menjeritkan namanya.     

Sebagai akibatnya, seringkali terdengar siulan dari para pemain lain selama latihan berlangsung. Semua orang sudah cukup familiar dengan Wood setelah berinteraksi dengannya untuk waktu yang lama, dan mereka tahu bahwa meskipun anak itu tidak terlihat ramah, karakternya masih cukup baik. Dia tidak akan marah saat digoda dengan lelucon semacam ini.     

"George, kau punya fans cewek!" Wes Morgan mungkin termasuk pemain yang paling dekat dengan Wood, karena mereka sama-sama berasal dari tim pemuda Nottingham dan pernah berpartner bersama sebelumnya. Memanfaatkan jeda istirahat selama latihan, para pemain duduk di sekitar Wood dan bercanda tentang itu.     

"Apa kau cemburu, Wes?" tanya Ribéry dari sampingnya.     

"Bagaimana mungkin? Aku sudah punya pacar ...," balas Wes.     

Di ruang video, Twain dan Kerslake baru saja selesai menganalisa latihan mereka. Metode Dunn dalam merekam latihan tim pemuda ke dalam video telah memberikan hasil yang luar biasa. Karena itu, Twain juga mengadopsinya di Tim Pertama, dan hasilnya sama baiknya. Saat mereka berdua keluar, mereka melihat para pemain duduk bersama, mengobrol dan tertawa. Twain dan Kerslake saling tersenyum.     

Tim Forest sedang berada dalam suasana hati yang baik. Meskipun hasil yang mereka peroleh masih tidak stabil, tidak ada yang perlu dia khawatirkan sebagai manajer.     

Dia berjalan menghampiri dan berdiri di luar kerumunan saat dia berkata pada Wood, "Hei, George. Apa kau tidak akan memberikan tanda tanganmu pada gadis-gadis cantik itu? Apa kau benar-benar tega mengecewakan mereka?"     

Saat mendengar itu, para pemain bahkan tidak perlu menoleh ke belakang untuk tahu kalau manajer mereka ada di sana.     

"Aku ..." Wood tidak pernah berurusan dengan fans perempuan, apalagi fans gadis muda yang sangat antusias dan melambai padanya dari kejauhan serta berteriak kapanpun mereka melihatnya memandang ke sana.     

"Kenapa kau ragu? George, kau sekarang adalah seorang bintang, dan kau tidak boleh mengecewakan para fans." Twain mencoba menghasut Wood. "Pergi sana dan berikan tanda tanganmu untuk mereka! Itu bagian dari latihan!"     

Wood menoleh ke belakang untuk menatap Twain yang tampak serius dan akhirnya dia bangkit berdiri dari tanah. Kemudian dia berjalan menuju para fans yang tampak sangat gembira. Wood tidak terlihat seperti orang akan memberikan tanda tangan bagi para penggemarnya. Dia justru tampak seperti akan menemui Sang Pencipta.     

Kemudian seseorang tertawa.     

Twain mengangguk dan berkomentar di belakangnya, "Jangan tertawa, boys. Aku berani bertaruh kalau gadis-gadis itu akan semakin menyukainya sekarang. Belakangan ini, semua gadis suka pria yang cool dan keren!"     

Tawa itu terdengar lebih keras.     

Memang, seperti yang telah diduga oleh Twain, Wood menunjukkan ekspresi dingin selama dia memberikan tanda tangannya bagi sejumlah fans wanita disana, dan dia juga memenuhi permintaan mereka untuk berfoto bersama. Pada akhirnya, dia membuat mereka semua merasa senang. Dia benar-benar menjadi semakin populer diantara para gadis itu.     

Setelah satu pertandingan itu, George Wood benar-benar menjadi terkenal. Twain tahu kalau adegan seperti itu akan menjadi hal yang umum terlihat di masa depan. Bagi Wood, ini mungkin kesempatan yang bagus untuk mengubah kepribadiannya secara bertahap. Tentu saja, Tang En akan harus berada di belakangnya untuk memberinya dorongan dari waktu ke waktu.     

Sial, Wood, kau seperti tube pasta gigi. Kalau tidak ditekan, tidak ada yang akan keluar darimu!     

※※※     

Dalam pertandingan liga berikutnya yang diadakan pada tanggal 4 Desember, Nottingham Forest menang melawan Portsmouth dalam pertandingan tandang dengan skor 3:2. Pertahanan tim Forest telah menjadi fokus perhatian mereka. Forest kebobolan dua gol meski mereka hanya menghadapi Portsmouth. Pertandingan itu sangat menegangkan bagi Twain yang menonton sambil duduk di area teknis.     

Di awal pertandingan, semuanya berjalan lancar bagi tim Forest. Mereka segera memimpin dengan satu gol. Tapi, kesalahan di lini pertahanan membuat lawan bisa mencetak gol yang menyeimbangkan skor. Kemudian, dengan semburan energi yang mereka miliki, Portsmouth mencetak gol lain lagi. Kalau Twain tidak membuat penyesuaian terhadap taktik mereka selama jeda turun minum, mereka mungkin kalah dalam pertandingan itu.     

Setelah membalikkan keadaan, dan mengubah kekalahan menjadi kemenangan, Twain tidak merasa sesenang seperti yang dirasakannya di Old Trafford.     

Pada tanggal 11 Desember, di putaran ke-17 pertandingan liga, dalam sebuah pertandingan dimana semua analis merasa cukup yakin Forest akan memenangkannya, Nottingham Forest justru kalah dari Charlton di pertandingan kandang dengan skor 1:2.     

Untungnya, pada tanggal 15, dalam pertandingan terakhir babak penyisihan grup Liga Eropa UEFA, tim Forest berhasil mengalahkan Partizan Belgrade di kandang Forest dengan skor 3:0 dan berhasil lolos dari babak kualifikasi penyisihan grup, yang memberi mereka tambahan semangat.     

Tapi, meski mereka baru meraih kemenangan di turnamen Eropa, saat mereka kembali ke kompetisi liga, tim Forest kalah dari Birmingham City FC dengan skor 0:2.     

Twain tahu sudah waktunya untuk melakukan sebuah perubahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.